Beranda / Historical / Tabib Kesayangan Tuan Jenderal / Bab 23 Legenda pedang elang

Share

Bab 23 Legenda pedang elang

Penulis: Jackie Boyz
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-04 11:11:17

Pada keesokan harinya, rencana Dania untuk pergi menemui tabib di Gunung Timur sebenarnya sudah Dania batalkan karena semalam dia sudah bertanya pada Chang An. Menurutnya jika tetap pergi ke sana maka dia juga tidak akan mendapatkan hasil apa pun mengingat Chang An tidak memiliki jawaban yang ingin Dania tanyakan.

Dania melamun sambil duduk menikmati sarapannya. Juan dan Butai juga duduk di sana, kedua kakak Waning tidak ada yang berani membuka kata.

Jiwenhu berniat mengatakan titah dari Raja Yu pada Waning, tapi dia ragu dan cemas kalau Waning akan menyalahkannya.

Dania sejak tadi menyuap makanan sambil melirik ke arah Jiwenhu, ayah Waning sepertinya sedang menghadapi masalah.

“Ayah? Ada yang ingin Ayah katakan padaku?” tanyanya.

“Ti-tidak ada! Kamu makan saja, Ayah akan berangkat ke kerajaan, banyak bahan obat yang harus Ayah periksa! Ayah sangat sibuk dan akan pulang larut!” ujarnya seraya berdiri dari kursinya.

Baru berjalan beberapa langkah menuju ke r
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Tabib Kesayangan Tuan Jenderal    Bab 56 Kericuhan Warga Kota Utara

    Tak lama kemudian Dania berdiri dari kursinya lalu bergegas pergi ke ruang belakang sementara Chang An tetap duduk di kursinya. Sejak tadi Sutangji duduk di kursi tak jauh dari posisinya sambil terus mengawasi Chang An, pelayan yang melayani Chang An mengeluarkan sesuatu dari dalam lengan bajunya lalu diserahkan pada Chang An, Sutangji tidak tahu apa itu. Setelah membaca secarik kertas tersebut Chang An berkata pada pelayan pribadinya. “Berikan surat ini pada Jenderal Agung Su!” perintahnya. “Baik, Tuan!” jawabnya lalu bergegas menyerahkan surat tersebut pada Sutangji. Sutangji agak terkejut karena pelayan Chang An tiba-tiba pergi menghampirinya. Wanita tersebut menyerahkan kertas yang tadi dibawanya dari luar gedung pada Sutangji. “Ini dari kediaman Kakek Anda Jenderal Agung Su,” ujar pelayan Chang An pada Sutangji. “Apa ini?” tanyanya dengan ekspresi wajah tidak mengerti. “Baca saja, nanti Anda juga akan tahu,

  • Tabib Kesayangan Tuan Jenderal    Bab 55 Ulah Chang An

    Pada keesokan harinya, Dania bangun dari atas ranjangnya dia melihat selimutnya berantakan di lantai. “Pantas saja aku kedinginan semalam, selimutku jatuh dari atas ranjang,” gumam Dania sambil menguap. Dania meregangkan otot-otot tubuhnya tiba-tiba dia ingat dengan suatu kejadian yang dia rasa mustahil disetujui olehnya. Apa ini? Semalam Sutangji kembali melakukan tindakan gila itu? Tapi sepertinya tidak benar-benar terjadi. Batin Dania sambil mengusap tubuhnya sendiri. Baju yang dipakainya juga masih lengkap sama seperti sebelum dia tidur malam kemarin. “Aku rasa itu hanya mimpi.” Gumam Dania lalu turun dari atas ranjangnya dan pergi ke kamar mandi. Di dapur dan di ruang obat, para tabib sudah sibuk bekerja, mereka merebus resep ramuan obat yang sudah disiapkan oleh Dania. “Sudah waktunya kembali bekerja!” gumamnya sambil mengukir senyum. Dania melihat mereka sebentar lalu berbalik untuk menuju ke kamar mandi, tepat pada saat itu Dania menabrak Sutangji yang tengah ber

  • Tabib Kesayangan Tuan Jenderal    Bab 54 Jeratan Gairah

    Ketika pelayan Gongye kembali dan memberikan kotak ukiran yang sebelumnya dia berikan pada Dania, Gongye pikir Dania masih marah padanya kemudian mengembalikan benda tersebut karena kesal.“Apa-apa ini?” tanya Gongye pada pelayannya.“Nona Hu meminta saya untuk memberikan kotak ini pada Tuan Besar,” ujarnya dengan punggung membungkuk hormat.Gongnye menerimanya lalu membawanya ke dalam ruangan di mana dirinya dan Dania sebelumnya bercakap-cakap. Di sana Gongye duduk di kursi lalu menghela napas berat. Gongye membuka kotak tersebut dan melihat satu tangkai bunga aprikot yang masih segar, aromanya harum semerbak menyebar ke seluruh penjuru ruangan. Gongye memeluknya sambil menangis, dia merasa sangat bersyukur sekali. “Terima kasih Yang-mulia Dewi Tinggi, akhirnya Anda bersedia memaafkanku,” ujarnya sambil menyeka kedua pipinya.***Di sisi lain, Dania hendak pergi menuju kamarnya tapi mendengar keributan di belakang gedung. Melihat orang-orang ikut berlari ke

  • Tabib Kesayangan Tuan Jenderal    Bab 53 Karma buruk

    Setelah mengantarkan Putra Mahkota, Gongye bergegas untuk kembali menemui Dania di ruangan yang tadi dijadikan ruangan untuk pertemuan khusus dengan Dania dan Chang An.Saat Gongye kembali menghadap Dania, Dania bisa melihat dengan jelas perubahan ekspresi wajah Gongye. “Tuan Gong? Apa ada masalah?” tegurnya seraya mengukir senyum lembut lalu menghirup teh dari cangkirnya.Chang An hanya menahan senyumnya, sejak tadi dia duduk di sana bersama Dania. Rasanya dia sangat puas dan merasa kehidupannya sudah kembali ke semula sama seperti saat di Kota alam Dewa didampingi oleh Dania.“Maaf atas kelancangan saya! Yang-mulia Dewi, saya tadi bermaksud hendak memberikan mantra penangkal iblis karena aura di tubuh Putra Mahkota menyimpan kekejaman yang tidak bisa dimaafkan dan sudah melakukan perbuatan yang sangat keji terhadap Yang Mulia Dewi sehingga membuat iblis-iblis yang saya tanam di dalam patung menjadi tidak tenang. Saya ragu, tapi saya memutuskan demikian karena stat

  • Tabib Kesayangan Tuan Jenderal    Bab 52 Mantra Emas pemusnah jiwa dari Kota alam dewa

    “Kenapa? Kamu tidak senang melihatku?” tanyanya pada Sutangji sambil mengedikkan dagunya agar Sutangji mengikutinya.Sutangji langsung memasukkan pedangnya kembali lalu mengekornya.“Kamu ingin membawaku ke mana?” tanya Sutangji dengan ekspresi tidak mengerti.“Menjadikanmu tumbal untuk mengakhiri wabah di wilayah Kota Utara.” Jawabnya dengan enteng.Sutangji tidak bisa terus bersabar jadi dia kembali menghunuskan pedangnya lalu mengarahkannya pada sisi leher Chang An.“Kau! Di mana Waning? Apa dia terluka? Aku pastikan kamu akan membayarnya dengan nyawamu! Kamu sengaja menggunakan Wali Kota untuk membawanya ke tempat ini!” Ancam Sutangji pada Chang An.Chang An dengan santai langsung menepis pedang Sutangji dari sisi lehernya. “Lihatlah! Pria kaku sepertimu tidak akan pernah laku nikah! Siapa yang sudi menikah dengan pria yang memiliki karakter kejam sepertimu?” ejek Chang An sambil membuka kipas di genggaman tangannya lalu mengipasi wajahnya sendiri. Dengan

  • Tabib Kesayangan Tuan Jenderal    Bab 51 Patung Iblis

    Ketika hari petang, Dania memutuskan untuk istirahat membersihkan tubuhnya. Arahan yang Dania berikan pada para tabib yang membantu menangani pasien sebelumnya cukup untuk menangani masalah pasien dengan gejala yang sama selama beberapa waktu kecuali ditemukan masalah lain dengan kondisi yang berbeda. Selesai berganti baju, Dania melihat seorang pelayan dari kediaman Gongye datang untuk menyampaikan pesan dari Gongye pada Dania. Kebetulan Dania hendak mengambil jatah makan malamnya pada pelayan dapur yang bertugas memasak.“Nona Hu, saya diutus oleh Tuan Gong untuk menyampaikan pesan pada Nona Hu. Beliau mengundang Nona untuk pergi ke kediaman beliau, saya sudah menyiapkan kereta di luar gedung.” Tuturnya pada Dania.Dania baru saja ingin mengambil nasi hangat segera meletakkan mangkuknya yang masih kosong, sebenarnya dia sangat lapar karena seharian terus bekerja tanpa istirahat. Dania melirik ke arah camilan kue pipih kering panggang dengan susu dan keju di atasnya.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status