Setelah mengurus Sutangji dan mengirimnya ke kamar pasien, tugas Dania sudah selesai. Dania sudah membuat janji dengan keluarga Guwenki terkait rencananya untuk membatalkan pertunangan.
Mobil Dania Ansel meluncur keluar dari area rumah sakit. Ketika turun dari mobilnya, sampai di ruangan utama kediaman Guwenki semua anggota keluarga terlihat gelisah, Dania tidak berniat membuka aib Guwenki jika keputusannya kali ini tidak ditentang oleh anggota keluarga dari pihak Guwenki. “Nona Dania, sebenarnya apa yang terjadi? Bolehkah kami tahu alasan Nona memutuskan hubungan antar dua keluarga?” Wajah Guwenki terlihat pucat dan gelisah, jelas sekali pria itu takut kalau sampai Dania mengatakan pada keluarga Guwenki bahwa Guwenki lah yang sudah melakukan kesalahan fatal hingga Dania memutuskan untuk memutuskan ikatan pertunangan dengan keluarga Gu. Di saat semua orang sedang menunggu jawaban dari Dania, Guwenki tiba-tiba menyela. “Kakek, Nenek, Papa, Mama, jangan salahkan Dania. Semua ini adalah keputusan kami berdua, aku sudah membicarakannya dengan Dania dan aku tidak keberatan dengan keputusannya!” Guwenki berkata dengan bibir bergetar, keringat di keningnya membanjir sampai ke pelipis. Dania melipat kedua tangannya seraya menatap ke arah semua orang. “Ya, Guwenki benar, begitu saja kita putuskan hubungan ini!” Ucap Dania lalu berbalik dan pergi meninggalkan kediaman. Dania pikir semuanya sudah selesai, Dania sama sekali tidak tahu kalau Guwenki memiliki niat licik untuk mencelakainya. Guwenki sudah merusak alat-alat penting pada mesin mobil Dania demi menutup mulut Dania. Ketika Dania dalam perjalanan menuju ke rumah, saat melintasi jalan berliku dan terjal, di tikungan depan tiba-tiba rem mobilnya tidak berfungsi. “Apa ini? Kenapa remku tidak bisa digunakan! Apakah aku akan mati kecelakaan? Kenapa bisa begini? Padahal sebelumnya baik-baik saja!” Dania menekan klakson berulangkali, rem juga dia injak sekuat tenaga tapi mobilnya sama sekali tidak bisa dia kendalikan hingga menabrak pembatas jalan dan terjun ke dasar jurang. Mobil Dania membentur dinding lembah dan jatuh hancur di dasar jurang. “Apakah aku akan mati? Apakah hidupku hanya sampai di sini saja?” Dania terus bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Di situasi kritis dan mobil yang sudah hancur sebentar lagi akan meledak Dania melihat cahaya begitu terang hingga menyilaukan matanya. Tubuh Dania terasa ringan dan terpental keluar dari dalam mobil. Dania membuka matanya perlahan dan mendapati dirinya sedang berada di atas ranjang. “Apa aku tadi hanya bermimpi? Aku yakin baru saja kembali dari rumah keluarga Guwenki untuk memutuskan pertunangan kami. Kenapa aku sekarang malah di sini?” Dania melihat ke sekitar dan merasa sangat asing dengan pemandangan itu. “Di mana aku?” Dania bertanya pada dirinya sendiri. “Apakah malaikat maut gagal mencabut nyawaku? Lalu apakah ini negeri akhirat?” Dania menepuk kedua pipinya sendiri dan dia merasakan sekujur tubuhnya terasa begitu dingin. "Kenapa dingin sekali? Jika aku sudah mati apa aku benar-benar telah hidup kembali? Tu-tunggu! Kemana perginya semua pakaianku? Jika benar aku terlahir kembali kenapa aku bisa telanjang begini?!" Dania Ansel menatap kedua telapak tangannya dengan heran dan dia sangat terkejut mendapati dirinya hidup kembali setelah kecelakaan beberapa saat yang lalu. Pandangan matanya tiba-tiba terasa berkunang-kunang. Dania menoleh ke samping dan mendapati pria asing berbaring telanjang di sampingnya. "Kepalaku rasanya nyeri dan sakit! Pria ini, kenapa dia terlihat familiar? Sebenarnya apa yang terjadi padaku?" Pria yang dibahasnya tadi tersenyum miring lalu mencengkeram dagu Dania. "Lupakah kamu sudah meracuniku? Aku sangat jijik padamu, ternyata kamu tidak hanya memiliki tabiat buruk tapi ternyata juga sangat menjijikkan!" Dania menggelengkan kepalanya dengan panik dan cemas. Tatapan dingin dan kejam dari mata pria itu tidak diragukan lagi bahwa pria di sisinya itu bisa saja membunuhnya. Tiba-tiba ingatan tentang bagaimana mereka bisa berakhir seperti itu muncul di dalam kepalanya. Ingatan dari wanita yang tubuhnya sekarang diambil alih oleh Dania. Dania sungguh menyesalinya. Dania menginginkan putra mahkota untuk menjadi suaminya bukan jenderal bengis dan dingin seperti pria pemarah di ranjangnya itu! "Baiklah aku akui aku salah, tapi salahkan dirimu yang meminum minuman milik putra mahkota!" Sejak malam itu, Dania Ansel yang awalnya seorang dokter terkenal terpaksa harus berganti nama menjadi Waning seorang gadis lugu dan ceroboh, putri pertama dari seorang tabib kerajaan. “Waning! Apakah kamu sudah bosan hidup?” Sutangji membentaknya dengan raut wajah merah padam. Kalau aku terus memarahinya dan mengelak, bisa-bisa Sutangji akan membunuhku. Di dunia setelah aku mati bahkan aku masih bertemu dengannya? Aku rasa takdir kami sungguh sangat buruk! Lebih baik aku pura-pura mengalah padanya agar Sutangji membiarkan aku pulang ke rumah. “Ampuni aku Tuan Jenderal! Ampuni aku! Aku sungguh tidak berniat membuat Anda Mabuk!” Sutangji melepaskan genggaman tangannya dari dagu Dania lalu turun dari ranjang dan memakai kembali bajunya. Dania melihat baju yang dipakai Sutangji, baju tersebut seperti baju model yang sudah lama dan tidak diproduksi lagi di zaman modern. Kenapa baju Sutangji begitu kuno? Tunggu-tunggu! Apa aku masuk ke dunia masa lampau? Dania masih memikirkan kenapa dia bisa berada di tempat yang tidak dia kenal, belum sempat menemukan jawabannya, suara menggelegar dari bibir Sutangji kembali menyadarkan lamunannya. “Sudahlah! Karena kamu sudah sadar sekarang, turunlah dari ranjang dan pulanglah ke rumah! Katakan pada ayahmu kalau sebentar lagi aku akan datang melamar!” Wajah Dania memucat seketika! Dania mengambil selimut lalu bergegas turun dari atas ranjang untuk mengejar Sutangji. “Tunggu! Tuan! Tunggu jangan pergi dulu! Apa maksudnya dengan melamar?” Dania menaikkan kedua alisnya sambil menggenggam tangan kanan Sutangji. Sutangji mengukir senyum licik. “Tentu saja untuk menikahimu, apa kamu sudah kehilangan otakmu? Kamu sudah bukan perawan lagi sekarang, apa kamu lupa dengan yang terjadi semalam?” Wajah Dania memerah, dia teringat dengan kejadian semalam. Sutangji benar-benar mabuk dan sudah mengambil kegadisan Dania. Dania merasa buruk sekali karena di zaman modern dia tidak akan pernah begitu mudah jatuh ke pelukan pria asing apalagi sampai tidur di ranjang seperti yang dilakukan Waning pemilik tubuh yang sedang digunakan oleh Dania sekarang. Aku sama sekali tidak ingin menikah dengan Sutangji, ini hanya kesalahpahaman! Tapi, bagaimana caranya aku menjelaskan semua ini padanya? “Lepaskan tanganku! Kamu ingin terus menggenggam tanganku sampai dunia kiamat!” Bentak Sutangji. Dania mengedipkan kedua matanya lalu berkata padanya. “Aku tidak sengaja melakukannya, lagi pula tujuanku bukan untuk tidur denganmu, bagaimana kalau kita lupakan saja masalah semalam? Anggap saja semua ini tidak pernah terjadi!” Dania melepaskan genggaman tangannya dari lengan Sutangji lalu memakai bajunya kembali dan langsung kabur dari dalam kamar penginapan tersebut. Sutangji mengerutkan keningnya, pikirnya Waning memang tidak hanya bodoh tapi juga murahan dan sukarela terbiasa menyerahkan tubuhnya kepada pria. Sutangji tidak mengerti dan mematung di tempatnya berdiri lantaran melihat darah di alas tidur yang mereka berdua gunakan semalam. “Aku rasa Waning memang sudah bodoh! Apa dia tidak berpikir kalau dia bisa saja hamil setelah tidur denganku?”***Di dalam kereta kuda, Juan dan Butai terus menatap Dania dengan tatapan mata curiga dan was-was. Dania merasa dua kakak Waning menyimpan banyak pertanyaan yang ditujukan pada Dania.“Kalian kenapa bersikap canggung begini? Tanyakan saja apa yang ingin kalian tanyakan padaku.”“Kamu sungguh tidak tahu di mana Waning yang asli?” tanya Butai lantaran tidak sabar menunggu.“Aku sungguh tidak tahu di mana dia, apa dia sungguh mati? Kalau kalian bertemu dengannya aku pasti sangat bersyukur, kalian tidak ingin mencarinya?” tanya Dania pada dua kakak Waning.Juan langsung menelan ludahnya sendiri. Juan dan Butai tetap bungkam, mereka masih tidak bisa mengerti dengan semua peristiwa yang terjadi baru-baru ini.“Aku terjaga di dalam penginapan bersama Jenderal bengis itu, apa mungkin dia yang sudah membunuhnya? Apakah ini masuk akal? Sebelumnya dia sangat membenci Waning lalu tiba-tiba datang untuk melamar pagi-pagi buta!” Dania dengan sengaja mengalihkan topik per
Melihat Dania dan kedua kakaknya terus mencermati lukisan miliknya, Pak Tua segera mengambil lukisan itu kembali dari mereka bertiga.“Jangan sampai kalian merusaknya!” omel Pak Tua.Dania tiba-tiba memiliki ide. “Pak Tua, Anda yakin aku Dewi bulan? Bagaimana jika Anda keliru? Bisa saja aku hanya mirip dengannya.” Pancing Dania.“Ada di sini!” Pak Tua menunjuk ke arah pungungnya sendiri lalu menunjuk ke arah Dania. “Minta kedua kakakmu untuk memeriksanya! Aku tidak mungkin salah!”Butai dan Juan saling bertukar pandang mereka serentak menganggukkan kepala lalu bergegas memegangi Dania sementara Butai memeriksanya. Butai menyingkap baju di punggung Dania untuk memeriksanya.Dania ingat dia memang memiliki tanda lahir tersebut tapi dia tidak tahu apakah Waning juga memiliki tanda yang sama seperti dirinya, tanda lahirnya mirip seperti bulan sabit merah gelap di sisi kanan punggung bawah bahu.“Benar-benar ada,” gumam Butai.Juan tidak percaya jadi ikut melihat. “Ya, ada! Tapi Waning sam
“Ayah? Kalau kali ini aku lulus ujian kerajaan bagaimana kalau Ayah memberikan hadiah padaku?” Dania mencoba untuk membuat kesepakatan dengan Jiwenhu.Jiwenhu segera beringsut mendekat dan menatap kedua mata putrinya dengan tatapan mata bingung.“Katakan apa yang kamu inginkan?”“Klinik obat di pasar, bagaimana kalau Ayah menyewanya untukku? Aku ingin membuka klinik di sana, aku juga akan menggabungkannya dengan toko obat! Di masa depan keluarga kita akan berjaya!”Jiwenhu memikirkannya begitu lama, dia memang tidak sepenuhnya mempercayai perkataan Waning karena Waning selama ini tidak pernah memikirkan masa depan selain cinta butanya terhadap putra mahkota. Jiwenhu ingin memancingnya dengan bertanya pada Waning.“Waning, apa kamu sudah tidak ingat lagi kalau kamu ingin mendapatkan hati putra mahkota? Selama ini ayah tahu kamu sangat mencintainya, sampai-sampai tidak peduli lagi dengan kami.”“Ayah, jangan membahas masalah lain, menurutku akan lebih baik kalau keluarga kita berkembang
Waning berjalan di jalan sekitar kediaman, ini pertama kalinya Dania pergi seorang diri setelah menempati tubuh Waning. “Aku tidak bisa menyerah seperti ini, Waning sungguh konyol! Bagaimana wanita dari keluarga tabib kerajaan malah berniat menjebak putra mahkota? Dasar bodoh!” Dania terus menggerutu sepanjang jalan. Dania tidak kesulitan menemukan arah jalan karena ingatan Waning ikut menyatu ke dalam memori Dania. Untuk menghibur diri Dania pergi ke pasar, dia berjalan-jalan untuk melihat-lihat. Banyak sekali orang berjualan di pasar, awalnya Dania berhenti di depan toko yang menjual aneka aksesoris rambut. Dania merasa sangat akrab dengan pemilik toko. Dania tahu semua itu bukan tentang dirinya melainkan sosok Waning yang sangat suka berdandan dan membeli banyak perhiasan.“Nona, silahkan dilihat! Ini adalah model terbaru di toko kami! Sangat bagus, batu ini sangat berkilau dan corak warna juga sangat menarik! Banyak Nona muda bangsawan yang menginginkannya! Barang bagus ini sen
Setelah keluar dari penginapan, Bibi Sumo pelayan kediaman yang biasa melayani Waning langsung menghampirinya dan menyelimuti tubuh Dania dengan mantel tebal.“Nona Waning ke mana saja? Sejak kemarin Tuan besar terus mengutus orang untuk mencari, untungnya saya menemukan Nona lebih dulu, jika tidak maka Nona akan dihukum!” tuturnya dengan wajah cemas.Dania mengerutkan keningnya. Wanita paruh baya ini kenapa juga ada di sini? Bibi Sumo juga melayaniku di zaman kuno? Baguslah! Setidaknya masih ada orang-orang baik yang berada di sekitarku.“Aku hanya minum terlalu banyak lalu pelayan restoran membiarkan aku menginap di penginapan!” Dania sengaja berbohong.***Semenjak kejadian di penginapan, Dania yang kini menempati tubuh Waning menjadi lebih pendiam dan tidak banyak bicara. Semua orang di kediaman Waning mengira Nona muda mereka sedang sakit. Padahal diamnya Waning karena Dania sibuk memikirkan cara untuk kembali ke zaman modern, Dania tidak mau tinggal di zaman kuno apalagi menika
Setelah mengurus Sutangji dan mengirimnya ke kamar pasien, tugas Dania sudah selesai. Dania sudah membuat janji dengan keluarga Guwenki terkait rencananya untuk membatalkan pertunangan. Mobil Dania Ansel meluncur keluar dari area rumah sakit. Ketika turun dari mobilnya, sampai di ruangan utama kediaman Guwenki semua anggota keluarga terlihat gelisah, Dania tidak berniat membuka aib Guwenki jika keputusannya kali ini tidak ditentang oleh anggota keluarga dari pihak Guwenki.“Nona Dania, sebenarnya apa yang terjadi? Bolehkah kami tahu alasan Nona memutuskan hubungan antar dua keluarga?” Wajah Guwenki terlihat pucat dan gelisah, jelas sekali pria itu takut kalau sampai Dania mengatakan pada keluarga Guwenki bahwa Guwenki lah yang sudah melakukan kesalahan fatal hingga Dania memutuskan untuk memutuskan ikatan pertunangan dengan keluarga Gu.Di saat semua orang sedang menunggu jawaban dari Dania, Guwenki tiba-tiba menyela. “Kakek, Nenek, Papa, Mama, jangan salahkan Dania. Semua ini ada