Setelah keluar dari penginapan, Bibi Sumo pelayan kediaman yang biasa melayani Waning langsung menghampirinya dan menyelimuti tubuh Dania dengan mantel tebal.
“Nona Waning ke mana saja? Sejak kemarin Tuan besar terus mengutus orang untuk mencari, untungnya saya menemukan Nona lebih dulu, jika tidak maka Nona akan dihukum!” tuturnya dengan wajah cemas. Dania mengerutkan keningnya. Wanita paruh baya ini kenapa juga ada di sini? Bibi Sumo juga melayaniku di zaman kuno? Baguslah! Setidaknya masih ada orang-orang baik yang berada di sekitarku. “Aku hanya minum terlalu banyak lalu pelayan restoran membiarkan aku menginap di penginapan!” Dania sengaja berbohong. *** Semenjak kejadian di penginapan, Dania yang kini menempati tubuh Waning menjadi lebih pendiam dan tidak banyak bicara. Semua orang di kediaman Waning mengira Nona muda mereka sedang sakit. Padahal diamnya Waning karena Dania sibuk memikirkan cara untuk kembali ke zaman modern, Dania tidak mau tinggal di zaman kuno apalagi menikah dengan jenderal Agung Sutangji yang memiliki watak kasar dan menakutkan. Saat sedang gelisah memikirkannya, tiba-tiba orang yang Dania pikirkan datang ke rumah. Dania terlihat malas dan tetap duduk di halaman samping sembari memainkan ranting kayu pada permukaan kolam teratai. “Waning! Waning! Jenderal Agung datang ke sini! Dia mencarimu!” Juan berteriak pada Waning. “Suruh saja Ayah kalian pergi menemuinya!” balas Waning. Juan terlihat bingung, adik bungsunya yang biasanya penakut tiba-tiba berubah menjadi berani dan bahkan bisa berteriak dengan suara lantang. “Heh? Apa katamu? Apa kamu sudah salah makan obat? Jenderal bisa memenggal kepala semua orang di keluarga kita kalau kamu menolak menemuinya! Ayo cepatlah!” Juan menarik lengan Waning agar Waning lekas berdiri untuk menyambut kedatangan Sutangji di rumah mereka. Waning cemberut, tangannya ditarik Juan menuju ke kediaman utama. Di sana Jiwenhu sang ayah, dan Butai kakak ke dua Waning sudah menunggu. “Waning, kemarilah!” Jiwenhu melambaikan tangannya agar Waning bersedia mendekat. Waning menatap Sutangji, aura membunuh dari sorot mata tajam Sutangji membuat tubuh Dania mengginggil. “Aku akan langsung mengatakan niat datang ke sini, tidak lain untuk melamar Waning menjadi selir ke tujuh!” Waning langsung berdiri dari kursinya, akal sehatnya tiba-tiba menyerang. Sosok Waning yang bodoh dan takut dengan jenderal Agung seharusnya mengangguk setuju malah berdiri dan menarik lengan Sutangji lalu menyeretnya keluar menjauh dari semua orang. Orang di dalam rumah langsung ikut mengejar dan menguping percakapan Waning dan Sutangji di sisi dalam rumah dekat pintu. “Apa kamu sudah tidak waras?! Otakmu benar-benar hancur karena tidur denganku?” Sutangji bertanya dengan mata membelalak. Waning berjinjit lalu membisikkan niatnya pada Sutangji. “Aku sudah bilang padamu kemarin, masalah itu tidak perlu diperpanjang! Kamu sama sekali bukan tipeku. Sekarang pergilah! Bawa saja orangmu pulang kembali. Em, ngomong-ngomong kamu Jenderal Agung, tumben sekali kamu senggang datang ke sini?” pancing Dania. Sutangji merasa aneh dengan sikap Waning. Waning yang dia kenal bodoh, ceroboh, manja bisa mengambil keputusan tersebut tanpa berpikir terlebih dahulu. Sutangji berkacak pinggang lalu bertanya pada Waning. “Aku tidak mau wanita ceroboh sepertimu mencemarkan nama baikku. Jadi aku buru-buru datang ke sini untuk mengkonfirmasi kembali ucapan yang aku katakan padamu sebelumnya. Jika bukan karena kamu terlalu bodoh untuk apa aku repot-repot datang?” “Kamu yang salah meminum arak obat, kenapa malah menyalahkanku!” Waning balas mengomel. “Pulanglah, masalah ini sebaiknya jangan diungkit lagi!” “Kamu serius dengan ucapanmu? Kamu tidak berpikir setelah malam kemarin kamu akan hamil lalu berteriak dan mengumumkan kalau aku sudah menghamilimu di sepanjang jalan desa?” Waning mengukir senyum, setelah kejadian malam itu dia langsung meracik obat untuk mencegah kehamilan dan agar dia segera mendapatkan haid. Dengan tenang Waning berkata pada Sutangji. “Kamu tidak perlu cemas karena yang kamu katakan tidak akan pernah terjadi!” Dania menepuk punggung Sutangji lalu pergi ke dalam rumah meninggalkan Sutangji sendirian di beranda. Sutangji tetap tidak bisa mempercayai Waning begitu saja karena nama baiknya pasti akan hancur jika suatu hari Waning menuntutnya di pengadilan untuk menikah. Selama ini Sutangji sudah bekerja keras hingga mendapatkan gelar Jenderal Agung dari sang raja. “Apakah ucapan Waning bisa dipercaya? Meskipun dia bilang tidak perlu untuk menikah, aku rasa aku harus tetap mengawasinya secara diam-diam untuk memantau gerak-gerik Waning.” Pada akhirnya Sutangji memutuskan untuk undur diri dari kediaman Waning dan Sutangji memerintahkan beberapa bawahannya untuk memata-matai gerak-gerik Waning ke depannya. “Bagaimana? Apakah Jenderal Agung serius ingin meminang Waning? Putriku ini sangat bodoh dan penakut.” Jiwenhu ingin meyakinkan dirinya sendiri tentang percakapan antara dirinya dengan Sutangji beberapa saat lalu lantaran mengetahui Sutangji selama ini selalu tidak senang dengan sikap Waning yang manja jadi Jiwenhu tidak percaya jika Sutangji berniat menikahi Waning. “Tuan Hu, sepertinya kedatanganku ke sini tidak masuk akal, apakah ini gara-gara aku minum terlalu banyak semalam?” Sutangji berpura-pura menyentuh keningnya sendiri seolah-olah merasa pusing. Jiwenhu terkejut sekaligus merasa lega, menurutnya jika sampai keluarganya terlibat dengan Jenderal perang maka ke depannya masa-masa yang dilalui oleh keluarga Jiwenhu akan semakin sulit dan harus serba hati-hati. “Sepertinya memang begitu, Jenderal.” Di kediaman Jiwenhu. Waning tinggal bersama sang ayah Jiwenhu, Jiwenhu merupakan tabib kerajaan yang dipercaya oleh Raja. Waning memiliki dua saudara laki-laki, Juan merupakan kakak pertama dan Butai kakak ke dua. Semua orang di kediaman Jiwenhu terlihat lega ketika Sutangji pergi meninggalkan kediaman mereka. Jiwenhu menatap Waning dengan tatapan mata penuh selidik, anak perempuanya itu sedang duduk sambil menghirup teh. Tidak hanya perilaku Waning yang berubah tapi juga sikap serta kebiasaannya pun ikut berubah. “Katakan padaku sebenarnya apa yang sudah terjadi? Kenapa Jenderal Agung sampai datang jauh-jauh ke sini? Apalagi sebelumnya dia mengatakan ingin melamarmu.!” Jiwenhu mengambil cangkir dari genggaman Waning menunggu Waning menjawab pertanyaannya. Waning pura-pura tersenyum lalu menjawab, “Apa mungkin Jenderal Agung sudah jatuh ke dalam pesona putrimu?” Jiwenhu mengangkat kedua alisnya. Waning memang cantik tapi otaknya sedikit bodoh jadi mustahil Sutangji tertarik untuk menikah dengan Waning kecuali Waning sudah menyinggung Sutangji. “Tidak! Aku rasa alasannya bukan karena itu! Katakan dengan jujur! Apa yang sudah kamu lakukan dengannya?” Jiwenhu berkacak pinggang di depan Waning. Waning menelan ludahnya sendiri lalu menarik Jiwenhu mendekat dan membisikkan masalah yang sebenarnya. “Dasar! Putri kurang ajar! Kamu sungguh-sungguh mencari masalah! Bagaimana bisa kamu nekat melakukan itu bersama pria yang tidak bisa disinggung oleh seisi kota!?” Mendengar Jiwenhu begitu marah dan mengambil sapu untuk memukulnya, Waning langsung berladi kabur keluar dari dalam rumah. Tidak lama setelah itu Jiwenhu langsung melotot dan pingsan! “Ayaaaahhh!” Juan berteriak dan langsung berlari menghampiri Jiwenhu. “Ayah!” Butai ikut menyerbu untuk membantu. “Astaga, Tuan Hu!” pelayan ikut panik dan membantu Butai membawa Jiwenhu ke kamar.***Di sisi lain, Zusu bergegas melapor pada Yulia tentang kejadian tersebut, begitu juga orang-orang yang masih ditahan. Dua orang yang tadinya ditugaskan untuk membawa Dania menghadap padanya juga ikut serta menghadap. “Yang-mulia Selir, tolong bebaskan keluarga kami!” ujar dua orang tersebut sambil berlutut dan memohon pada Yulia.“Kalian gagal melaksanakan tugas! Masih berani meminta imbalan dariku?” tanyanya sambil mengambil tongkat pemukul untuk memukul mereka.Fanye tiba-tiba datang dengan beberapa prajurit, penduduk Kerajaan Timur yang masih ditahan segera dibebaskan.Yulia sangat kaget sekali, dia segera memberikan hormat pada Pangeran Fanye yang merupakan adik dari Guwenki.“Salam hormat, Pangeran Fanye!”“Kakakku sudah menikahimu dan mengangkatmu sebagai selirnya, bukannya menunjukkan perilaku agung dan terpuji kamu malah menahan keluarga dari penduduk Kerajaan Timur! Raja Wuheng sudah mengirimkan surat perdamaian juga menarik semua penduduk k
Malam itu Dania tertidur di dalam dekapan Sutangji. Sutangji merasa sangat bahagia karena sudah mendapatkan pencerahan, awalnya dia pikir dirinya sudah bersalah karena merebut wanita Chang An, pada akhirnya dirinya adalah pemenang dari perjalanan panjang tersebut. Dania memang jodoh yang ditulis oleh langit dan terikat dalam takdir kehidupannya.Pada keesokan harinya, Dania terjaga dan tidak mendapati Sutangji berada di sisinya. Perlahan Dania turun dari atas ranjang untuk melihat. Beberapa rekan kerja Dania yang ikut bertugas sedang sibuk memasak air dan menyiapkan beberapa makanan untuk sarapan. Dania keluar dari tenda peristirahatan lalu membawa peralatan mandi. “Nyonya Su? Anda ingin pergi?” panggil salah satu rekan Dania dari belakang. Dania menoleh sebentar lalu mengukir senyum, rekan Dania segera bergegas menyusul dan berjalan di samping untuk menemaninya.“Sepanjang malam Jenderal Agung menemani Anda, Anda memang pasangan yang sangat serasi!” pujinya dengan sung
Dari balik pohon, Chang An keluar dari persembunyiannya, dia sudah menyaksikan semua yang terjadi. Xingyi juga baru saja pergi dijemput oleh utusan Klan Lima Bintang untuk memulihkan diri dan kembali ke Kota Sihir.“Dania sudah tahu? Apa ingatannya sungguh sudah kembali sejak sebelum dia ditahan di Kota alam Dewa?” Chang An tidak bisa menahan diri untuk tidak bertemu dengan Dania. Dia segera mengejar dan berhasil menyambar tangannya, Chang An memiliki banyak hal dan ingin dia diskusikan dengannya.“Dania!”“Chang An?” Dania mengerutkan keningnya dan melihat ke sekitar, pelayan Chang An segera memutar badan dan menjauh.“Ada yang ingin aku tanyakan padamu,” ujarnya dengan ekspresi serius.“Tentang apa?”“Ingatan masa lalu, tentang istri Dewa Perang dari Kota alam Dewa sebelum aku diturunkan di Kota alam Dewa.”Dania hanya manggut-manggut seolah-olah dirinya sama sekali bukanlah siapa-siapa.“Ya, kenapa dengan mereka?”Chang An merasa kesal dan
Ketika menerima panggilan dari Chang An, Xingyi sama sekali tidak terkejut. Wanita itu dengan ekspresi penuh percaya diri segera bersiap-siap untuk menunjukkan penampilan terbaiknya. Pikir Xingyi Chang An sudah berubah pikiran dan bersedia memulai kembali hubungan antar kedua klan. “Dewa Tinggi sudah memanggilku, akhirnya apa yang aku tunggu-tunggu akan tiba! Dewa Chang An yang sangat tampan itu pasti sudah berubah pikiran dan bersedia menerima perasaanku.” Xingyi memasang beberapa perhiasan di kepala untuk mempercantik dirinya.Ketika pelayan yang ditugaskan untuk menjemput Xingyi tiba di istana Kerajaan Kota alam Dewa, Chang An segera menoleh, Chang An sedang berdiri di serambi kanan kerajaan. Dilihatnya Xingyi berdandan dengan sangat cantik, Chang An mengernyitkan keningnya. “Apa yang kamu katakan padanya?” tanya Chang An dengan suara berbisik pada pelayan yang dia tugaskan untuk menjemput Xingyi.“Saya hanya berkata bahwa Tuan mengutus saya untuk memanggil Dew
Sutangji segera memerintahkan bawahannya untuk membereskan dan menyingkirkan mayat mahluk aneh tersebut dari dalam kamar Dania. “Untuk sementara pindah ke kediaman utama!” Sutangji menggenggam tangan Dania dan membawanya keluar dari dalam kediaman menuju ke ruangan lain. Dania yang sudah memutuskan untuk menangani masalah mimpi itu seorang diri langsung menarik lepas tangannya dari genggaman tangan Sutangji. “Masalah ini sudah selesai, kamu tidak perlu khawatir padaku lagi.” Sutangji terkejut dan langsung menoleh ke belakang. Dia melihat Dania sengaja menghindar dari tatapan kedua matanya, bahkan memutar badan berdiri memunggunginya. “Kita suami istri sekarang, kamu menolak pergi ke tempatku? Rumah ini juga rumahmu, kamar utama juga kamarmu.” Dania menelan ludahnya lalu memaksa senyum pada bibirnya. Dia menatap kedua mata Sutangji lalu berkata, “Aku merasa lebih tenang tinggal di kediaman yang biasa aku tempati. Lagi pul
Di sisi lain, Dania sudah sampai di kediaman kakek Sutangji. Kedatangan Dania disambut dengan hormat oleh kakek Sutangji. Pria tua itu mempersilakan Dania masuk ke dalam kediaman. “Nona Waning, apa yang membawa Anda datang ke kediaman ini?” tanyanya dengan sopan. Dania menatap ke sekitar, kediaman tempat tinggal kakek Sutangji masih memiliki pemandangan yang sama semenjak kunjungan pertamanya beberapa bulan yang lalu Sebelum Dania berangkat ke perbatasan wilayah Utara. Dania mengeluarkan kertas dari balik bajunya lalu menyerahkannya pada kakek Sutangji. Wusheng menerimanya lalu membuka untuk melihat yang tertulis di dalamnya. Saat melihatnya kedua tangan Wusheng yang menggenggamnya tampak gemetar. “Ini ....” “Ya, aku tidak pernah melihat gambaran seperti ini, seseorang mengatakan bahwa gambar di kertas ini adalah masa depan yang akan terjadi, namun sayangnya dua pelayan di kediamanku sakit ketika melihat lukisan ini.” Terangnya.