“Saya hanya mencatat laporan dari beberapa kandidat wanita yang tenggelam di sungai, Jenderal.”
“Karena mereka bilang ada bom, pasti ada bebatuan yang retak dan hancur di sekitar. Kamu tidak bertanya pada mereka apa alasan Waning melemparkan bom di dasar air? Kandidat wanita yang celaka sepertinya tidak membawa peralatan mandi, kenapa mereka pergi ke sungai?”“Sudah, dan mereka bilang Nona Waning iri pada mereka jadi menggunakan cara licik untuk mencelakai mereka dengan begitu Nona Waning satu-satunya kandidat yang bisa mengikuti perjalanan ke wilayah Perbatasan Kota Utara.”“Waning lebih dulu tiba di sungai, jika Waning ingin mencelakai orang kenapa tidak pergi belakangan? Apakah alasan itu masuk akal? Selain itu, masalah Waning pergi ke wilayah perbatasan Kota Utara adalah permintaanku secara pribadi pada Raja Yu, Waning sama sekali tidak memiliki keinginan untuk mendaftarkan diri. Masalah ini tidak perlu dilaporkan!” perintah Sutangji.“Baik, Jenderal Agung!”Pada keesokan harinya, Dania bangun dari atas ranjangnya dia melihat selimutnya berantakan di lantai. “Pantas saja aku kedinginan semalam, selimutku jatuh dari atas ranjang,” gumam Dania sambil menguap. Dania meregangkan otot-otot tubuhnya tiba-tiba dia ingat dengan suatu kejadian yang dia rasa mustahil disetujui olehnya. Apa ini? Semalam Sutangji kembali melakukan tindakan gila itu? Tapi sepertinya tidak benar-benar terjadi. Batin Dania sambil mengusap tubuhnya sendiri. Baju yang dipakainya juga masih lengkap sama seperti sebelum dia tidur malam kemarin. “Aku rasa itu hanya mimpi.” Gumam Dania lalu turun dari atas ranjangnya dan pergi ke kamar mandi. Di dapur dan di ruang obat, para tabib sudah sibuk bekerja, mereka merebus resep ramuan obat yang sudah disiapkan oleh Dania. “Sudah waktunya kembali bekerja!” gumamnya sambil mengukir senyum. Dania melihat mereka sebentar lalu berbalik untuk menuju ke kamar mandi, tepat pada saat itu Dania menabrak Sutangji yang tengah ber
Ketika pelayan Gongye kembali dan memberikan kotak ukiran yang sebelumnya dia berikan pada Dania, Gongye pikir Dania masih marah padanya kemudian mengembalikan benda tersebut karena kesal.“Apa-apa ini?” tanya Gongye pada pelayannya.“Nona Hu meminta saya untuk memberikan kotak ini pada Tuan Besar,” ujarnya dengan punggung membungkuk hormat.Gongnye menerimanya lalu membawanya ke dalam ruangan di mana dirinya dan Dania sebelumnya bercakap-cakap. Di sana Gongye duduk di kursi lalu menghela napas berat. Gongye membuka kotak tersebut dan melihat satu tangkai bunga aprikot yang masih segar, aromanya harum semerbak menyebar ke seluruh penjuru ruangan. Gongye memeluknya sambil menangis, dia merasa sangat bersyukur sekali. “Terima kasih Yang-mulia Dewi Tinggi, akhirnya Anda bersedia memaafkanku,” ujarnya sambil menyeka kedua pipinya.***Di sisi lain, Dania hendak pergi menuju kamarnya tapi mendengar keributan di belakang gedung. Melihat orang-orang ikut berlari ke
Setelah mengantarkan Putra Mahkota, Gongye bergegas untuk kembali menemui Dania di ruangan yang tadi dijadikan ruangan untuk pertemuan khusus dengan Dania dan Chang An.Saat Gongye kembali menghadap Dania, Dania bisa melihat dengan jelas perubahan ekspresi wajah Gongye. “Tuan Gong? Apa ada masalah?” tegurnya seraya mengukir senyum lembut lalu menghirup teh dari cangkirnya.Chang An hanya menahan senyumnya, sejak tadi dia duduk di sana bersama Dania. Rasanya dia sangat puas dan merasa kehidupannya sudah kembali ke semula sama seperti saat di Kota alam Dewa didampingi oleh Dania.“Maaf atas kelancangan saya! Yang-mulia Dewi, saya tadi bermaksud hendak memberikan mantra penangkal iblis karena aura di tubuh Putra Mahkota menyimpan kekejaman yang tidak bisa dimaafkan dan sudah melakukan perbuatan yang sangat keji terhadap Yang Mulia Dewi sehingga membuat iblis-iblis yang saya tanam di dalam patung menjadi tidak tenang. Saya ragu, tapi saya memutuskan demikian karena stat
“Kenapa? Kamu tidak senang melihatku?” tanyanya pada Sutangji sambil mengedikkan dagunya agar Sutangji mengikutinya.Sutangji langsung memasukkan pedangnya kembali lalu mengekornya.“Kamu ingin membawaku ke mana?” tanya Sutangji dengan ekspresi tidak mengerti.“Menjadikanmu tumbal untuk mengakhiri wabah di wilayah Kota Utara.” Jawabnya dengan enteng.Sutangji tidak bisa terus bersabar jadi dia kembali menghunuskan pedangnya lalu mengarahkannya pada sisi leher Chang An.“Kau! Di mana Waning? Apa dia terluka? Aku pastikan kamu akan membayarnya dengan nyawamu! Kamu sengaja menggunakan Wali Kota untuk membawanya ke tempat ini!” Ancam Sutangji pada Chang An.Chang An dengan santai langsung menepis pedang Sutangji dari sisi lehernya. “Lihatlah! Pria kaku sepertimu tidak akan pernah laku nikah! Siapa yang sudi menikah dengan pria yang memiliki karakter kejam sepertimu?” ejek Chang An sambil membuka kipas di genggaman tangannya lalu mengipasi wajahnya sendiri. Dengan
Ketika hari petang, Dania memutuskan untuk istirahat membersihkan tubuhnya. Arahan yang Dania berikan pada para tabib yang membantu menangani pasien sebelumnya cukup untuk menangani masalah pasien dengan gejala yang sama selama beberapa waktu kecuali ditemukan masalah lain dengan kondisi yang berbeda. Selesai berganti baju, Dania melihat seorang pelayan dari kediaman Gongye datang untuk menyampaikan pesan dari Gongye pada Dania. Kebetulan Dania hendak mengambil jatah makan malamnya pada pelayan dapur yang bertugas memasak.“Nona Hu, saya diutus oleh Tuan Gong untuk menyampaikan pesan pada Nona Hu. Beliau mengundang Nona untuk pergi ke kediaman beliau, saya sudah menyiapkan kereta di luar gedung.” Tuturnya pada Dania.Dania baru saja ingin mengambil nasi hangat segera meletakkan mangkuknya yang masih kosong, sebenarnya dia sangat lapar karena seharian terus bekerja tanpa istirahat. Dania melirik ke arah camilan kue pipih kering panggang dengan susu dan keju di atasnya.
“Tuan? Apa ini?” tanya Dania dengan ekspresi tidak mengerti.“Nona buka saja, Nona akan tahu,” jawabnya.Dania segera membukanya dan ternyata di dalam kotak tersebut berisi pisau bedah dan alat suntik yang pernah Dania gunakan di zaman kuno. Bentuknya cukup unik karena terbuat dari besi anti karat di zaman modern. Ada juga beberapa gulungan kain dengan aneka bentuk jarum di sana.“Sebenarnya saya adalah pelayan Dewi Tinggi di Kota alam Dewa, pada saat Dewi Tinggi turun ke alam manusia saya memutuskan untuk ikut serta. Saya hidup sudah sangat lama, saat sudah menua saya akan terlahir kembali, ketika dewasa saya terus dipilih menjadi wali kota di sini. Ingatan tentang masa lalu juga masih utuh! Harapan saya bisa bertemu dengan Dewi Tinggi akhirnya terwujud. Saya menyimpan alat medis ini karena dulu Dewi Tinggi selalu membawanya di dalam tas beliau saat sedang menangani pasien. Saya menemukannya di alam manusia setelah gerbang Kota alam Dewa resmi disegel. Manusia biasa tid