Ketika membuka matanya Dania melihat dirinya berada di dalam ruangan dengan jeruji besi di sekitarnya. Beberapa penjaga tampak serius mengawasinya.
Kenapa aku terbangun di sini? Tempat apa ini? Aku rasa sebelumnya aku belum pernah datang ke sini. Kenapa mereka mengurungku di dalam sini? Apa kesalahan yang sudah aku lakukan? Apa mereka utusan Raja Yu? Apa ini ulah Guwenki? Ti-tidak! Tidak mungkin! Bahkan aku sama sekali tidak menyadarinya saat mereka memindahkan tubuhku. Dania pergi mendekati pagar pembatas yang mengurung dirinya lalu berteriak pada penjaga. “Hei kalian! Apa yang sudah kalian lakukan padaku?! Aku sibuk sekarang, aku memiliki tugas penting di Wilayah Kota Utara! Lepaskan aku dari sini!” teriaknya pada penjaga. Salah satu penjaga di sana langsung melotot pada Dania. “Diamlah! Kamu mau mati sekarang? Sebentar lagi ajal akan menjemputmu lebih baik hemat saja tenagamu!” Dania menatap seragam baja yang dikenakan oleh penjSutangji merasa harus keluar dari persembunyiannya, dia mendengar keributan di luar. “Kalau aku tetap berada di sini, bagaimana jika Waning berada dalam bahaya? Orang-orang dari Kota alam Dewa sudah tidak waras!” gerutunya seraya berusaha membuka daun pintu lemari yang mengurungnya. Ternyata Dania menggunakan mantra untuk membuat Sutangji tetap tinggal di sana. Dania tidak memiliki pemikiran lain kecuali untuk melindungi Sutangji dari orang-orang penghuni Kota alam Dewa. Di halaman depan, Chang An menatap ke arah Dania. Dia sudah berhasil mengirim orang yang membuat keributan. Chang An segera menyentuh tangan Dania, dia ingin segera melaksanakan upacara pernikahan. “Ayo!” ajaknya. Dania langsung menarik tangannya hingga terlepas dari genggaman Chang An. “Keputusanku masih sama, aku tidak ingin meresmikan hubungan kita berdua. Sampai kapanpun aku tetap tidak mau!” tolaknya. “Dania, apa kamu kira kamu memiliki pilihan lain selain meni
Dania pikir dia bisa lepas dengan mudah dari Chang An, saat sedang berlari pada jalur yang terbentuk tiba-tiba Chang An menembus jalur tersebut dan langsung meraih tubuhnya ke dalam pelukan. “Kau! Bagaimana mungkin, aku-aku tidak mau menikah denganmu! Lepaskan aku!” “Kamu lupa siapa aku?” tanya Chang An. Chang An membawa Dania kembali ke kediaman Gongye dalam sekejap mata. *** Di sisi lain, Sutangji berada di alam baka, pria itu menatap banyak orang di sekitarnya sedang menerima ganjaran atas perbuatan yang dilakukan di dunia. Sutangji sejak menghilang sudah berpindah ke alam baka. “Semua orang mendapatkan balasan atas perbuatan mereka,” ujar salah satu Dewa yang bertugas di sana. “Aku tidak mendapatkan apa pun sejak masuk ke sini, sebenarnya apa yang aku tunggu di sini? Sungguh tidak ada gunanya!” keluhnya dengan wajah malas. “Kamu sepertinya lebih istimewa dibandingkan manusia biasa seperti mereka, tapi kamu jug
Setelah kondisi tubuh Chang An membaik, Chang An memutuskan untuk pergi mengunjungi Dania. Ketika turun ke alam manusia, Xingyi mengikutinya secara diam-diam, Chang An sengaja membiarkannya untuk menangkap Xingyi. Tepat saat tiba di wilayah Kota Utara Chang An langsung menangkapnya dan mencengkeram leher Xingyi. “Dewa Agung, apa yang kamu lakukan? Lepaskan aku!” perintahnya. “Meski kamu Putri Pertama dari klan lima bintang, apa kamu pikir nyawamu lebih berharga dibandingkan nyawa Ratuku!” Chang An mencampakannya. Xingyi mengatur napas sambil memegangi lehernya yang sakit. “Hanya karena manusia biassa sepertinya untuk apa Dewa Agung melakukan semua ini? Dia sama sekali bukan Dewi Agung!” Xingyi mengeluarkan bukti. Ada kotak darah dalam genggaman tangannya. “Aku tidak percaya Dewa Agung tidak mengetahuinya! Mereka hanya mirip saja! Jika bukan karena gabungan kekuatan Dewa dalam racun sembilan ular, wanita itu sama sekali
Sutangji bergegas menuju ke ruang bawah tanah dan dia menemukan Dania terkurung dalam jeruji sihir. Sutangji menebas jeruji tersebut dan media sihir yang menyembunyikan serta membuat lemah Dania langsung hancur lebur. Sutangji segera menerjang masuk lalu meletakkan pedang di sisinya, dilihatnya Dania terkapar dengan luka dalam di tubuhnya. Wajahnya terlihat sangat pucat dan hampir kehilangan seluruh energinya. “Waning! Waning! Bangunlah! Kamu tidak boleh menyerah!” ujarnya sambil membopong Dania dan membawanya keluar dari Kota alam Dewa. Setelah menurunkan tubuh Dania di luar gerbang Kota alam Dewa, Sutangji menancapkan bilah pedangnya di tanah. Dania menatap wajah Sutangji dan dia melihat kekuatan jiwa Sutangji sudah melemah. “Iblis Su, apa yang sudah kamu lakukan? Ke-kenapa, aura jiwamu hampir lenyap?” “Pergilah dari sini, kamu tidak boleh berhubungan dengan Chang An lagi, ini adalah pesan terakhirku
Ketika membuka matanya Dania melihat dirinya berada di dalam ruangan dengan jeruji besi di sekitarnya. Beberapa penjaga tampak serius mengawasinya. Kenapa aku terbangun di sini? Tempat apa ini? Aku rasa sebelumnya aku belum pernah datang ke sini. Kenapa mereka mengurungku di dalam sini? Apa kesalahan yang sudah aku lakukan? Apa mereka utusan Raja Yu? Apa ini ulah Guwenki? Ti-tidak! Tidak mungkin! Bahkan aku sama sekali tidak menyadarinya saat mereka memindahkan tubuhku. Dania pergi mendekati pagar pembatas yang mengurung dirinya lalu berteriak pada penjaga. “Hei kalian! Apa yang sudah kalian lakukan padaku?! Aku sibuk sekarang, aku memiliki tugas penting di Wilayah Kota Utara! Lepaskan aku dari sini!” teriaknya pada penjaga. Salah satu penjaga di sana langsung melotot pada Dania. “Diamlah! Kamu mau mati sekarang? Sebentar lagi ajal akan menjemputmu lebih baik hemat saja tenagamu!” Dania menatap seragam baja yang dikenakan oleh penj
Sutangji sudah bersiap untuk mengangkat tubuh Dania membawanya ke dalam kamar, Dania segera memukul bahunya. “Tidak perlu! Aku tidak akan tidur di dalam kamarku malam ini.” Sutangji menurunkan tubuh Dania kembali lalu menatap kedua matanya kemudian beralih ke arah enam kuali besar. “Apa ini adalah ramuan terakhir untuk mengatasi wabah?” tanyanya. “Ya, jika semuanya beerjalan lancar tidak lama lagi semua orang bisa kembali ke Ibu Kota Selatan.” Dania menjawab lalu menghela napas panjang seolah-olah ada beban di atas dadanya dan tidak bisa diceeritakan pada siapa-siapa. Sutangji pikir Dania memikirkan masalah lamaran dari Putra Mahkota. Saat Guwenki tidak mengindahkan penolakan Dania, Sutangji melihat ekspresi wajah Dania yang seolah-olah mengatakan bahwa Guwenki sama sekali tidak tahu diri dan tidak tahu malu. “Masalah Putra Mahkota aku pikir aku bisa membahasnya dengan Raja Yu, kami masih keluarga jauh, melihat keahlianmu yang men