Sutangji sudah bersiap untuk mengangkat tubuh Dania membawanya ke dalam kamar, Dania segera memukul bahunya.
“Tidak perlu! Aku tidak akan tidur di dalam kamarku malam ini.” Sutangji menurunkan tubuh Dania kembali lalu menatap kedua matanya kemudian beralih ke arah enam kuali besar. “Apa ini adalah ramuan terakhir untuk mengatasi wabah?” tanyanya. “Ya, jika semuanya beerjalan lancar tidak lama lagi semua orang bisa kembali ke Ibu Kota Selatan.” Dania menjawab lalu menghela napas panjang seolah-olah ada beban di atas dadanya dan tidak bisa diceeritakan pada siapa-siapa. Sutangji pikir Dania memikirkan masalah lamaran dari Putra Mahkota. Saat Guwenki tidak mengindahkan penolakan Dania, Sutangji melihat ekspresi wajah Dania yang seolah-olah mengatakan bahwa Guwenki sama sekali tidak tahu diri dan tidak tahu malu. “Masalah Putra Mahkota aku pikir aku bisa membahasnya dengan Raja Yu, kami masih keluarga jauh, melihat keahlianmu yang menSetelah kondisi tubuh Chang An membaik, Chang An memutuskan untuk pergi mengunjungi Dania. Ketika turun ke alam manusia, Xingyi mengikutinya secara diam-diam, Chang An sengaja membiarkannya untuk menangkap Xingyi. Tepat saat tiba di wilayah Kota Utara Chang An langsung menangkapnya dan mencengkeram leher Xingyi. “Dewa Agung, apa yang kamu lakukan? Lepaskan aku!” perintahnya. “Meski kamu Putri Pertama dari klan lima bintang, apa kamu pikir nyawamu lebih berharga dibandingkan nyawa Ratuku!” Chang An mencampakannya. Xingyi mengatur napas sambil memegangi lehernya yang sakit. “Hanya karena manusia biassa sepertinya untuk apa Dewa Agung melakukan semua ini? Dia sama sekali bukan Dewi Agung!” Xingyi mengeluarkan bukti. Ada kotak darah dalam genggaman tangannya. “Aku tidak percaya Dewa Agung tidak mengetahuinya! Mereka hanya mirip saja! Jika bukan karena gabungan kekuatan Dewa dalam racun sembilan ular, wanita itu sama sekali
Sutangji bergegas menuju ke ruang bawah tanah dan dia menemukan Dania terkurung dalam jeruji sihir. Sutangji menebas jeruji tersebut dan media sihir yang menyembunyikan serta membuat lemah Dania langsung hancur lebur. Sutangji segera menerjang masuk lalu meletakkan pedang di sisinya, dilihatnya Dania terkapar dengan luka dalam di tubuhnya. Wajahnya terlihat sangat pucat dan hampir kehilangan seluruh energinya. “Waning! Waning! Bangunlah! Kamu tidak boleh menyerah!” ujarnya sambil membopong Dania dan membawanya keluar dari Kota alam Dewa. Setelah menurunkan tubuh Dania di luar gerbang Kota alam Dewa, Sutangji menancapkan bilah pedangnya di tanah. Dania menatap wajah Sutangji dan dia melihat kekuatan jiwa Sutangji sudah melemah. “Iblis Su, apa yang sudah kamu lakukan? Ke-kenapa, aura jiwamu hampir lenyap?” “Pergilah dari sini, kamu tidak boleh berhubungan dengan Chang An lagi, ini adalah pesan terakhirku
Ketika membuka matanya Dania melihat dirinya berada di dalam ruangan dengan jeruji besi di sekitarnya. Beberapa penjaga tampak serius mengawasinya. Kenapa aku terbangun di sini? Tempat apa ini? Aku rasa sebelumnya aku belum pernah datang ke sini. Kenapa mereka mengurungku di dalam sini? Apa kesalahan yang sudah aku lakukan? Apa mereka utusan Raja Yu? Apa ini ulah Guwenki? Ti-tidak! Tidak mungkin! Bahkan aku sama sekali tidak menyadarinya saat mereka memindahkan tubuhku. Dania pergi mendekati pagar pembatas yang mengurung dirinya lalu berteriak pada penjaga. “Hei kalian! Apa yang sudah kalian lakukan padaku?! Aku sibuk sekarang, aku memiliki tugas penting di Wilayah Kota Utara! Lepaskan aku dari sini!” teriaknya pada penjaga. Salah satu penjaga di sana langsung melotot pada Dania. “Diamlah! Kamu mau mati sekarang? Sebentar lagi ajal akan menjemputmu lebih baik hemat saja tenagamu!” Dania menatap seragam baja yang dikenakan oleh penj
Sutangji sudah bersiap untuk mengangkat tubuh Dania membawanya ke dalam kamar, Dania segera memukul bahunya. “Tidak perlu! Aku tidak akan tidur di dalam kamarku malam ini.” Sutangji menurunkan tubuh Dania kembali lalu menatap kedua matanya kemudian beralih ke arah enam kuali besar. “Apa ini adalah ramuan terakhir untuk mengatasi wabah?” tanyanya. “Ya, jika semuanya beerjalan lancar tidak lama lagi semua orang bisa kembali ke Ibu Kota Selatan.” Dania menjawab lalu menghela napas panjang seolah-olah ada beban di atas dadanya dan tidak bisa diceeritakan pada siapa-siapa. Sutangji pikir Dania memikirkan masalah lamaran dari Putra Mahkota. Saat Guwenki tidak mengindahkan penolakan Dania, Sutangji melihat ekspresi wajah Dania yang seolah-olah mengatakan bahwa Guwenki sama sekali tidak tahu diri dan tidak tahu malu. “Masalah Putra Mahkota aku pikir aku bisa membahasnya dengan Raja Yu, kami masih keluarga jauh, melihat keahlianmu yang men
“Nona Hu, aku tahu kamu pasti sangat terkejut mendengarnya, tiba-tiba aku menawarkan padamu untuk menjadi selirku. Tapi meski begitu mengingat dirimu sudah lama jatuh hati padaku bahkan rela mengejar-ngejarku dalam beberapa waktu di masa lalu, aku akan mempertimbangkanmu untuk menjadi selir, kamu pasti sangat senang sampai-sampai tidak bisa menahan perasaan bahagia!” Dania tidak bisa menunjukkan kebencian dalam hatinya jadi dia hanya mengukir senyum kaku pada bibirnya lalu berdiri dari kursinya sambil memberikan hormat padanya. “Yang-mulia, Anda salah paham, saya selama ini memang menaruh perasaan kagum, tapi perasaan itu hanya sebatas itu dan saya sama sekali tidak berharap untuk diangkat menjadi selir.” “Kamu menolakku?!” tanyanya sambil menunjuk-nunjuk wajah Dania dengan tatapan mata tidak senang. Jika yang melamar Sutangji atau Chang An masih masuk akal, tapi Guwenki si bodoh? Apa yang membuat dia sangat percaya diri kalau aku tidak akan p
Dania kembali ke dalam ruangan utama, dia melihat para tamu masih berada di sana. Dania tidak ingin memedulikan mereka lagi dan langsung pergi menuju ke kamarnya yang ada di lantai atas. Guwenki sudah dipermalukan jadi langsung meninggalkan kediaman keluarga Ansel. Begitu juga dengan anggota keluar Gu lainnya. Chang An masih di sana dan bercakap-cakap dengan kedua orang tua Dania. Saat semua orang sedang sibuk, dia menatap sekitar dan menyelinap ke lantai atas untuk menemukan Dania. Chang An masuk ke dalam kamar Dania dan melihat Dania sedang duduk di tepi ranjang. “Kamu!” “Sssssttt! Jangan buat keributan kecuali kamu ingin kita dinikahkan besok!” Chang An tertawa lalu berjalan mendekatinya. “Apa kamu berencana kabur dengan Sutangji? Jangan macam-macam denganku!” tanyanya dengan tatapan mata penuh selidik lalu menyentuh dagu Dania dan mendekatkan bibirnya. Dania meremas seprei, dia merasa dunianya di zaman modern sama sekal