Share

Chapter 6

Aku terus memperhatikan lagak dari Bernando, kalau saja hidupku tidak seperti ini pasti aku sudah menghampiri dan memukul wajahnya itu dengan keras.

Setelah acara makan selesai, akan dimulai pesta dansa. Bernardo berkata, “Sebentar lagi acara dansa dimulai. Siapa yang ingin berdansa denganku silakan minum anggur ini dari sepatuku!” Sambil berkata demikian ia mengangkat tinggi-tinggi sebuah sepatu pantofel yang berwarna hitam. Para hadirin terdiam. Aku berbisik kepada Mario, "aku kesal sekali, bolehkah aku memukulnya sekarang!"

"Sudalah jangan melihatnya, fokus saja dengan pekerjaanmu." seru Mario.

Tetapi saat itu terlihat Bernardo melangkah terhuyung-huyung karena sudah mabuk, menuju keatas panggung menghampiri Belinda yang sedang menghibur dengan suaranya yang merdu. "Hei! sayangku, suarumu sangat indah sekali." kata Bernardo sambil merangkul paksa Belinda saat itu.

"Lepaskan Bernardo! apa yang ingin kau lakukan." seru Belinda memberontak berusaha melepaskan rangkulannya.

"Diam kau!" bentak Bernardo sambil mencengkram keras wajah Belinda, lalu ia memasukan anggur yang ada dalam sepatu itu ke dalam mulut Belinda dengan paksa.

Hadirin tertawa dan bertepuk tangan. Wajah Belinda merah padam, setelah itu Bernardo dengan cepat melemparkan sepatu itu kearah hadirin, Lalu ia menarik paksa Belinda kebawah panggung, hilang di antara tamu-tamu. Seketika hatiku seperti membiru, penuh dengan rasa sesak aku tidak bisa berbuat apa-apa saat itu. Lalu aku duduk dikursi yang berada dibelakangku yang bisa kulakukan hanya bermuram durja, menghkhawtirkan keadaan orang yang aku cintai. Rasa kesal dan sesal menyelimuti diriku, "aku benci dengan diri ini, kenapa aku harus menjadi pecundang seperti ini." bergumam aku dalam hati seraya mengepal tangan ingin memukul wajah pria itu.

"Sudalah Akira! kau tidak perlu khawatir dia pasti akan baik-baik saja." kata Mario mencoba menenangkan diriku.

"Aku ingin pergi dari tempat ini, aku tidak tahan melihat hal seperti itu tadi." kataku dengan penuh amarah.

"Tenangkan dirimu, jika kau pergi dari tempat ini kau tidak akan mengetahui apa yang terjadi pada Belinda." kata Mario menahan kepergianku saat itu.

Sesaat aku berpikir apa yang diucapkan Mario itu ada benarnya juga, aku pun mengurungkan niatku untuk pergi dan tetap bertahan. "Benar apa yang kau katakan, aku harus bersabar sekarang." kataku menghela nafas panjang dan menahan air mata yang sebentar lagi akan keluar.

Tuhan masih menyayangiku sehingga keadaan, makanan yang aku dapati sehari-hari tetap membuatku kuat hingga sejahtera dalam kemewahan. Walaupun hanya jadi pelayan, tapi aku senantiasa menyeringai mendapati senyumku yang terpantul dari keramik-keramik mengkilap, kilauan permata pada cinderamata, dan emas perak dari para saudagar kaya dihadapanku sekarang.

Terkadang, mereka begitu angkuh mengingat orang-orang biasa tak mempedulikannya ketika merengek, mengais, memohon diberi uang atau nasi untuk menyambung nyawanya dengan masa depan. Orang biasa tidak ada yang hidup sejahtera dikota ini. 

Di sela-sela mereka aku bekerja sambil membawa nampan yang diatasnya ada cawan berisi anggur mewah, yang terkenal akan citarasanya begitu istimewa meski harganya selangit macam Cheval Blanc dari tahun 1895 dan 1921 dan Haut-Brion dari tahun 1906. "Sikahkan tuan, anggur ini begitu nikmat." kataku menawari para hadirin yang ada disitu.

Namun, ternyata pesta-pesta makan malam yang kerap diselenggarakan itu tak sesuai harapan tuan rumah. Tamu-tamu yang hadir terlihat tak terlalu menikmati jamuan makan malam yang diselenggarakan tuan rumah itu meski hidangan yang disajikan sangat istimewa.

“Sudah sempurna, Tuan. Tuan sudah sangat tampan,” ucapku yang baru saja membawa secawan anggur kepada seorang yang baru saja selesai berias.

Sang tuan mematut diri ke kaca, kira-kira sudah dua puluh kali dalam sepenglihatanku. Sampai sang kaca terlihat bosan untuk memantulkan bayangan tuannya lagi dan lagi. “Kau tak bohong?”

“Tidak, Tuan. Anda sungguh pria yang begitu tampan,” jawabku kepada orang ini, sambil menunduk.

"Benarkah, kau pelayan yang baik. Terimakasih kalau begitu. Sekarang aku bisa berbaur dengan yang lainnya." katanya melangkah menemui seorang wanita yang ada disitu.

Aku mengangguk. “Silahkan, Tuan. Semoga kau menikmati pestanya.”

Kemudian aku beranjak sambil membawa cawan kotor menuju dapur, tidak jauh dari lobi tempat diadakannya pesta. Langkahku terhenti seketika pada ruangan yang pintunya sedikit terbuka disitu, hal pertama yang aku dengar adalah suara pertengkaran seseorang. Tersentak aku saat melihat dari sela-sela pintu yang terbuka ternyata orang di dalam ruangan itu adalah Belinda dan Bernardo. Perasaanku jadi bercamur aduk disitu.

Hal yang lebih parah lagi, mataku terbelalak hatiku amat sangat sakit saat melihat Bernardo menahan tubuh Belinda dengan tangannya, dan dengan cepat ia mecium bibirnya.

Aku langsung menoleh kearah lain, hatiku menolak untuk melihat apa yang sudah terjadi, tanganku seketika terkepal karena begitu kesalnya. Tanpa pikir panjang lagi aku beranjak pergi dari tempat itu, meninggalkan pemandangan yang sangat buruk yang aku lihat. Aku pergi kearah dapur untuk menaruh cawan kotor yang aku bawa diatas meja, langkahku sangat cepat orang-orang yang berkerja dibagian dapur memperhatiakan tingkahku yang aneh menurut mereka. Lalu aku keluar dari pintu belakang, mendorong pintu yang terbuat dari kayu itu dengan kerasnya, hingga suaranya terdengar karena berbenturan dengan tembok. Aku memutuskan untuk pergi dari tempat tersebut, dengan perasaan yang amat menyakitkan.

Tidak ada yang mendengar, karena aku melihat bahwa semuanya telah hilang.

Melalui angin, dan langit naik ke atas awan membawa ketakutanku.

Dari bisikan angin, aku mendengarnya tak sengaja.

ikut meyakinkan, dan mengiyakan terasing bersama keriuhan.

Dia lakukan apa pun yang bisa ia lakukan,

melangkah, menangis, terjatuh, dengan begitu sempurna.

Harus saya rangkum dalam kata-kata.

mungkin aku tidak berharga, untuk bisa merawat cinta orang lain dalam hubungan jangka panjang.

Semua benar-benar berpisah dengan segudang kisah ceceran keluh kesah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status