Share

Chapter 7

Malam semakin sunyi dan udara dingin terasa semakin menusuk. Perasaanku amat kacau malam ini. Namun aku tetap melangkahkan kedua kakiku di tengah-tengah keheningan yang semakin mencekam. 

Ada sebuah perasaan yang rasanya keliru dan tidak pantas dilontarkan, tapi bibir ini tak mampu menahan getar hingga limbung dan ada yang terpeleset keluar dari liang ucap. 

"Sial! aku tidak sanggup hidup seperti ini." kataku dengan amarah.

Aku tidak tahu apa akibatnya setelah meninggalkan pekerjaanku, tapi aku benar-benar tidak sanggup untuk melihat kenyataan yang begitu pahit. Jiwa ini memberontak, aku tidak pernah ingin menyalahkan kedua orang tuaku setelah apa yang terjadi. Aku benar-benar menyayangi mereka walaupun aku harus hidup seperti ini.

Aku menyisiri jalan yang remang-remang di tengah kota. Berbicara pada malam yang redup, jangkrik yang begitu berisik, dan lampu kedap-kedip yang berbaris rapi seperti semut. Ada ratapan yang terpelihara di mataku, wajahku datar seperti menggambarkan mimik lukisan monalisa berabad lalu. Mimpiku baru saja diterbangkan kupu-kupu, terselip di antara sayapnya yang bercorak. Aku sedang meratapi kehidupanku. Mencoba menjadi lilin ditengah kegelapan, tanpa korek api.

Aku hanyalah lelaki yang terlalu naif untuk mencuri cahaya dari kunang-kunang. Mungkin dipikiranku duduk di lampu sorot sebuah taman kota lebih baik. Dipikiran tak ada yang salah dari menunggu hujan seribu cahaya dimalam yang buta.

Aku terdiam. Sedang menyelami kedalaman alam bawah sadarku. Namun, disebuah tempat yang orang lain tak begitu yakin dengan keberadaanku, sesuatu itu masih berdenyar dan menyala-nyala. Hingga seolah aku tak sanggup lagi berkata-kata.

Angin malam hanya memeluk tubuhku yang ringkih seperti selimut tebal. Ada bualan-bualan sinis dari gesek rumput yang bergoyang bak penari  latar. Tak kalah juga dengan suara burung hantu yang memecah sunyi. Bagiku,.. ini hanya malam yang biasa di kota asing dengan perasaan begitu asing. Oh, ternyata diriku sendiri juga sangat asing di mataku yang asing.

Waktu, ruang, dan takdir menjadi pemeran utamanya, sedangkan aku hanyalah kebetulan yang tercipta dari kisah ini.

Dan aku disini duduk sendiri disebuah bangku taman dengan kemeja putih yang tidak dimasukkan kedalam celana katun hitam, pakaianku amat berantakan sekali, karena frustasi rasanya ingin kucabik-cabik tubuhku sendiri, aku mengeram mengacac-ngacak rambut kelimisku. "Aaaaahhhh."

Dalam ragu aku mencoba mendekati seseorang yang cantik nan jelita yang tengah sibuk dengan pria lain, akulah seorang yang gagal, tangisanku memecahkan kesunyian. 

Aku menyenderkan tubuhku kebelakang, lalu memejamkan mata menenangkan hatiku yang tengah risau bersiap menunggu jawaban, jawaban yang akan menuntunku kearah yang lebih baik yang mungkin hanya ada dialam dunia entah berantah, menenangkan diri dari setiap kemungkinan yang terjadi pada malam ini. 

Tetapi ketika aku sedang memusatkan pikiran pada sebuah titik diatas langit, aku mendengar suara ringkihan dari sebelah kanan tempatku duduk "Hahaha," seketika hal itu membuatku melirik memalingkan wajah, tubuhku gemetar, tersentak saat tiba-tiba aku melihat ada seorang pria tua dengan rambut dan seluruh bulu di wajahnya yang berwarna putih duduk disebelahku. "Siapa orang ini, kenapa dia tiba-tiba ada disini. Padahal sedari tadi tidak ada orang selain aku ditaman ini." bergumam aku dalam hati.

Pria tua ini masih saja duduk di sebelahku. Matanya tajam menatap gedung hotel di seberang taman. Seperti menatap seorang bocah yang tertangkap basah mencuri. Kadang mengangguk, kadang menggeleng. Entah apa yang dipikirkan pria tua itu. Sesekali menghisap pipa yang terselip di sela bibirnya. Menghembuskan asapnya perlahan, menikmati aroma tembakau yang terbakar. Di pangkuannya, koran usang berwarna coklat itu rapi terlipat.

Pria tua ini masih duduk disebelahku. Dalam hitungan detik ia menoleh kearahku, bahkan kini tersenyum. Aku mencoba tenang dan membalas senyumnya dengan ragu-ragu, aku kira dia hanyalah seorang pria tua yang telah ditinggal oleh istrinya, jadi aku tidak perlu mengkhawatikannya.

Kemudian pria tua itu menyenderkan tubuhnya kebelakang dan membuka koran usang itu, aku pikir untuk apa dia membaca koran dimalam hari, apalagi ada yang aneh disitu, soal koran yang ia pegang. Aku belum pernah melihat koran seperti itu dikota ini, tulisan dan desainnya berbeda dengan koran-koran yang pernah aku baca. Warnanya sangat kusam kecoklatan, seperti koran keluaran jaman dahulu. Sesaat membuatku menelan ludah dan membatin "Siapa orang ini, dan kenapa dia begitu aneh sekali."

"Hujan, akan turun sebentar lagi!" katanya aku pikir dia sedang mengajakku berbicara saat itu.

Aku menguatkan diri, dan bertanya kepadanya dengan perlahan. "Maaf tuan, apakah kau sedang berbicara denganku sekarang?"

Dia menghela nafas dan menurunkan koran yang ia baca, "Aku bukan orang gila yang berbicara sendiri dan meratapi hidupku disebuah taman." katanya seakan menyindirku disitu.

Tetapi kenapa dia bisa tahu apa yang sedang aku lakukan, apa dia memperhatikanku sejak tadi. Yang aku tahu taman ini sepi tidak ada orang satu pun selain aku, apa dia mengikutiku sejak dari pesta tadi? apa dia adalah salah satu hadirin yang ada dipesta? sebab pakaiannya rapih dengan setelan jas, hanya saja sepertinya setelan jas yang ia kenakan modelnya sudah lama sekali beda dengan yang sekarang, "Ah! aku pikir itu pasti karena dia sudah tua, dan lebih lama hidup didunia ini." bergumam aku dalam hati.

"Apa yang kau lihat anak muda, apakah kau sedang merendahkan gaya busanaku?" tanyanya dengan pandangan yang tajam kepadaku.

Lagi-lagi aku dibuat kebingungan, seakan pria tua ini bisa membaca pikiranku. Apa aku yang sudah gila karena berpikir seperti itu? benar-benar aneh sekali.

"Apa yang kau bicarakan! apakah kau sedang menyindirku. Untuk apa kau disini, karena sejak tadi tidak ada orang ditempat ini selain aku. Dan kenapa kau bisa membaca pikiranku?" cecar aku dengan begitu penasaraan.

"Kau hanya melamun sejak tadi, maka dari itu kau tidak menyadari kedatanganku. Jadi benar kau menyindir gaya pakaianku, sungguh tidak sopan!" serunya membela diri.

"Maaf tentang itu, tetapi aku tidak bermaksud untuk menghina gaya busanamu. Tetapi kenapa kau tertawa tadi?" tanyaku.

"Hahaha, wajahmu sungguh lucu jika sedang ketakutan." ejek dia dengan tawa terbahak-bahak.

Aku pikir pria ini adalah seorang pria gila yang ditinggal oleh keluarganya, atau aku sedang berada diruang delusi membuatku merasa gila. Entah siapa yang gila tapi keadaan saat itu sangat aneh.

"Apa maksudmu orang tua, kau mengejek ya. Aku sedang tidak merasa takut sekarang ini!" geram aku kalau saja dia bukan orang tua pasti aku sudah memukul dirinya.

Seketika dia diam lalu berkata hal yang begitu menakutkan dengan mimik wajahnya itu menatapku dengan tajam "Aku bisa menciptakan rasa takut untukmu!"

Aku mengerutkan dahi dan menatap kebingungan kearahnya, apakah ini candaan yang dibuat olehnya tetapi aku menanggapinya dengan santai karena aku tidak yakin dengan dirinya "Hahaha, kau sedang bicara apa sih. Bicaramu seperti orang yang sedang melantur sejak tadi!!!"

"Aku tau kau sedang bersedih Akira, tidak perlu menutupi itu semua." cetus dia, membuat waktuku seakan berhenti, angin disekitar tidak terasa lagi, kesunyian benar terasa ketika pria tua ini bisa tahu dan menyebutkan namaku.

"Aa..aa.. apa baru saja kau menyebutkan namaku? bagaimana kau tau namaku? gagap aku bertanya dengan penuh penasaran.

"Aku tau namamu, dan banyak lagi yang aku tau tentangmu. Kau disini bersedih untuk seorang wanita dan kehidupanmu yang kelam bukan!" cetusnya.

Benar-benar tidak bisa dijelaskan oleh nalar, pria tua ini bisa mengetahui segala tentangku. Aku sampai tidak bisa berkata-kata lagi disitu. "Bagaimana orang ini bisa tau tentang kehidupanku," bergumam aku dalam hati.

"Hahaha, sekarang kau terdiam kan tidak bisa berbicara!" katanya tertawa lagi mengejekku disitu.

"Siapa kau sebenarnya pria tua?" berseru aku seketika karena sudah muak dengannya karena aku pikir dia seperti sedang mempermainkanku sekarang.

"Kau belum boleh tau siapa diriku, tapi aku punya penawaran yang menarik untukmu?" katanya dengan wajah serius.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status