Share

Chapter 8

Aku kira pria tua ini adalah salah satu orang jahat yang mempunyai kekuasaan dikota ini bisa saja dia sudah menyuruh orang untuk membuntutiku selama ini, dan mencari tahu tentang kehidupanku selama ini, aku tidak boleh terjebak dengan tawarannya, karena aku tahu orang jujur dikota ini begitu sedikit adanya. "Kenapa? sebenarnya apa yang ingin kau katakan padaku?" tanyaku dengan penuh kehati-hatian.

"Aku akan memberikan apa saja yang kau inginkan, asalkan kau mau melakukan pekerjaan untukku!" katanya meyakinkan.

"Pekerjaan apa yang ingin kau berikan padaku?" tanyaku.

"Jika kau ingin katakan ingin dan aku akan memberitahumu, jika kau tidak mengatakan ingin maka aku pun enggan mengatakannya." katanya seakan mekaksaku dengan halus.

Aku yakin pasti orang tua ini bukanlah orang yang baik, ajakannya seperti ingin menjebakku saja. Aku tidak percaya, dan memikirkan untuk segera pergi dari tempat itu. "Maaf aku tidak bisa jika kau tidak memberitahunya, senang bisa bertemu denganmu." kataku sambil beranjak dari tempat duduk.

Dia hanya tersenyum aneh kepadaku, tatapannya hegitu tajam. Aku melangkahkan kaki meninggalkan dia, tetapi tidak jauh aku melangkah, sesaat aku berpikir dan menoleh kearah tempat tadi, tapi apa yang terjadi benar-benar aneh untukku, karena pria tua itu seketika lenyap dari pandangan. Membuat jantungku semakin berdegup dengan kencang dan pikiranku dipenuhi tanda tanya.

Isi kepalaku benar-benar dipenuhi dengan hal-hal yang aneh saat ini, tapi yang lebih dahsyat lagi. Betapa tidak terkejut dan kaget, baru beberapa meter melangkah, aku sudah melihat pria tua itu tidak ada disana, aku tidak tahu apa atau siapa pria itu? sesosok pria tua yang betul-betul membuat bulu kudukku merinding hebat. Saat itu bulan benar-benar berbeda menyinariku dalam suasana yang begitu temaram, aku harap bisa melupakannya dan tidak bertemu dengannya lagi.

Tetap aku tidak peduli dan tidak ingin membuktikan apa pun yang ada dalam isi kepalaku, jika itu benar sesuatu yang tak kasat mata, diriku belum tentu bisa menghadapinya.

Beberapa detik kemudian, aku cepat-cepat berjalan dan segera menjauh meninggalkan taman tersebut yang dipenuhi dengan tanda tanya.  

Suasananya sangat mencekam di malam hari. Beberapa kios juga mulai tutup. Hanya tersisa aku dan rasa takutku yang semakin menjadi-jadi, aku melihat jam ditangan sudah menunjukan pukul sebelas malam, langit yang terang tiba-tiba mulai berubah menjadi gerimis. Karena sudah kemalaman, aku pun memutuskan pulang saja walau gerimis. Namun ditengah jalan, gerimis hujan tadi berubah menjadi hujan besar. Dalam sekejap seluruh pakaianku basah, terlintas dalam pikiranku untuk berteduh di pinggir jalan.

Tapi aku mengurungkan niat, mengingat waktu sudah terlalu malam. Selain itu, sudah tanggung juga basah jadi dengan sedikit berlari aku berusaha keras menerobos hujan deras. Tetapi aku tetap hati-hati karena jalanan licin sekali dan aku takut terjatuh. Disatu sisi tubuhku sudah benar-benar basah.

Di tengah pikiranku saat ini, aku tiba-tiba teringat dengan sebuah jalan memotong. Jalan memotong itu melewati sebuah gang kecil disebuah perumahan, jadi menurut perkiraanku jalanan itu pasti sepi. Aku sudah tidak tahan lagi ingin cepat sampai dirumah, lalu aku memutuskan melewati jalan itu. Nantinya jalan ini akan berujung kepada sebuah gang dan akan menembus kembali kejalan raya.

Dijalan ini, lampu penerangan semakin jarang jadi penderitaanku bertambah sekarang, setelah air hujan yang mengenai mataku membuat pandangan semakin tidak jelas. Ketika sudah ditengah perjalanan melewati jalan pintas itu, aku sedikit khawatir tapi tidak yakin juga karena penglihatanku terhalang oleh hujan, aku melihat seseorang yang sedang berdiri tegak jauh didepanku. Sosok itu berdiri diujung gang, ada yang aneh dengan orang itu. Dia seperti, sedang menungguiku diujung sana.

Namun penglihatanku masih kurang jelas melihatnya, sosok itu berada jauh didepanku dan kondisi penerangan juga kurang. Ketika jarak aku sudah dekat dengannya, sosok itu menghilang begitu saja aku hampir tidak percaya dengan apa yang sudah terjadi, benar-benar aneh sekali.

Aku berusaha tidak mau berpikir macam-macam, tetapi memang kejadian malam ini membuatku tidak dapat berpikir jernih.

Lalu aku melanjutkan perjalananku, aku memang jarang lewat sini, dan yang aku tahu jarang orang melewati tempat ini. Sekarang aku hanya perlu melewati satu rumah untuk melewati gang tersebut, aku mulai yakin kalau benar-benar ada yang janggal ditempat itu. Karena aku seperti sekilas mendengar, suara tawa tapi tidak tahu dari mana asalnya, karena disitu tidak ada siapa pun selain diriku.

Sudah dingin karena hujan sekarang harus mendengar suara tawa itu membuatku merinding dan tiba-tiba petir menggelegar keras lalu suasana disekitar menjadi terang benderang seketika. Sekarang aku melihat bayangan sesorang dijalan, aku yakin itu bukan bayanganku karena jelas sekali selain bayanganku, disitu ada satu lagi bayangan entah milik siapa? Yang ada dipikiranku sebisa mungkin aku menjauh dari sana, aku hampir terjatuh karena langkahku mulai berat oleh air hujan. Aku masih berlari tidak lagi memperdulikan sesuatu disekitar, dan dalam hitungan detik saat itu aku sudah keluar dari komplek sudah kembali kejalan raya hampir dekat dengan rumahku.

Udara dingin dan perasaan syok yang aku alami membuat tanganku gemetar hingga anggota tubuh lainnya. Aku memutuskan terus berlari pulang kerumah dengan cepat. 

Sesampai dirumah aku mulai menggigil ketakutan, kedua kakiku gemetar hampir membuatku tidak bisa berjalan lagi. Aku ingin histeris, berteriak sambil menutup kepalaku, tapi aku masih bisa menahan diri dan sadar kemudian aku masuk kedalam kamar mandi untuk segera membasuh tubuhku dengan air hangat, agar bisa segera tidur.

Aku pun memasuki kamar mandi. Didalam ternyata lebih mencekam bulu kuduk pun semakin merinding. Tiba-tiba aku merasa seperti ada yang sedang memperhatikanku saat itu. Aku menelan ludah, melirik kiri dan kanan ruangan tapi tidak ada apa pun disitu.

Auranya sudah sangat mencekam, dan makin terasa pekat saat itu aku bergegas membersihkan tubuhku. Lampu yang redup kini berkedip sesaat. Setelah selesai aku memakai pakaianku dan langsung berbaring diatas tempat tidur.

Saat mau tidur, aku pun berfikir dengan kejadian menyeramkan yang baru saja aku alami, "kenapa aku harus bertemu dengan pria tua tadi? dan kenapa belakangan hari ini aku selalu dihadapkan kepada kejadian yang aneh." bergumam aku dalam hati.

Mendung sudah lama menyelimuti, terdengar suara bergemuruh di langit. Kilat sesekali menyambar, bau tanah basah dan angin kencang membuat perasaan semakin tidak karuan.

Hujan tak kunjung reda, angin semakin kencang menerpa, menyelinap dari celah-celah jendela. Untung saja atap rumah tak bocor meskipun bangunan ini sudah tua. Malam semakin gelap, jalanan semakin sepi. Petir menyambar diikuti gemuruh yang mengagetkan, seketika listrik pun padam. "Sialan! kenapa harus mati lampu sih! gumam aku dalam hati.

Berjalan menyusuri ruangan sebelah kamarku, berharap ada keajaiban untuk membantu penerangan selama beberapa jam kedepan. Mencari lilin dilaci yang lama tak terjamah, tangan dan kaki terasa lengket akan debu yang singgah.

Tak ingin pikir panjang aku langsung kembali kekamarku, syukur saja menemukan lilin untuk menerangi kamarku semalaman. Menata lilin ditengah ruangan, mengambil korek diatas meja yang sedari tadi tergeletak. Ruangan terasa kembali hangat. Api yang sesekali bergoyang tertiup angin hujan, membuat suasana semakin senyap. "Aku harap tidak ada yang aneh lagi malam ini" gumam aku dalam hati.

Tak ingin takut dirumah sendiri, mencoba untuk tetap berani sambil membohongi telinga yang mendengar ketukan aneh tak kunjung henti dari luar jendela. Anggap saja tikus kelaparan mencari jalan masuk, maklum saja, bangunan ini sudah cukup lama ditinggali. Aku memeluk dengan erat, badanku yang menggigil dingin dan ketakutan. Hening. Satu lilin padam tertiup angin.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status