Home / Sci-Fi / Tafsir Waktu / Chapter 9

Share

Chapter 9

Author: Bias Sastra
last update Last Updated: 2021-08-10 21:37:21

Aku menutupi seluruh tubuhku dengan selimut, suara langkah terdengar semakin berat, mendekat. Tiba-tiba saja bunyi tetesan air jatuh kelantai mengiringi suara cakaran di tembok penjuru ruangan, "Apa itu setauku atap rumahku tidak ada yang bocor dan rusak." gumam aku dalam hati. Semuanya terjadi begitu cepat. Dingin, gelap, ketakutan.

Semuanya terasa janggal malam ini, kenapa ini harus terjadi padaku. Aku harap kantuk segera datang. Lenyap seketika, meninggalkan luka.

"Gelap... Di mana aku?" aku bertanya sembari mendengar suara. Suara dari jantungku sendiri yang berdegup mengejar ketakutannya. Tubuhku bergeliat dan menimbulkan suara lain dari gemertak sendi tubuhku. Suara dari tubuh jauh lebih jelas dari pandanganku yang hitam.

Tidak ada yang lain kecuali aku. Aku tidak mendengar sebuah pantulan dari apapun. Pantulan yang selalu aku rasakan seperti kemarin. Dari sebuah cahaya, sampai sensasi melihat bayangan seseorang didekat jendela. Hanya diriku sendiri dikamar ini.

Mataku mencoba melihat sekeliling berusaha menerjam setitik kecil cahaya untuk menerka sekitar. Kiri kekanan, atas kebawah, depan kebelakang semua arah yang memungkinkan aku coba. Kosong. Hanya itu yang aku hasilkan dari usahaku. Mataku terasa tertutup setelah semua itu.

Tanganku digerakkan. Sebuah usaha untuk meraih sesuatu yang berada disekitar. Jemariku tidak menggenggam apapun. Tidak sekalipun mengenai sesuatu kecuali kegelapan. Aku seperti sedang berada di alam bawah sadarku. Tubuhku membujur. Merasakan bagaimana rupa pria tua yang tersenyum didalam mimpi. Dingin dan misterius.

Keringatku mulai deras. Menyelimuti setiap jengkal kulitku. Menyadarkan keberadaan sebagai satu-satunya makhluk dikegelapan ini. Aku terpejam. Tetapi otakku bekerja agar semua secara tidak logis. Kegelapan ini. Kekosongan ini, ketiadaan ini. Benar-benar membuatku keliru. Mulutku bergumam. Ingataku membawa kedalam sebuah kejadian dimana aku selalu berada dibawah tekanan. 

Baru saja aku terpejam dalam tidur, tiba-tiba mata lelahku yang terpajang menangkap banyak darah didinding rumah tepat dihadapanku ketika itu. "Ada apa ini kenapa tubuhku tidak bisa digerakkan." bergumam aku ketika tiba-tiba tubuhku sedang berdiri didekat tempat tidur. Nafasku seketika terhenti. Dan seketika aku mendongak keatas melihat banyak darah yang akan mengguyur tubuhku.

Detik-detik pertama aku hanya bisa mematung melihat pemandangan di atas kepalaku, nafasku tiba tiba tertahan dan dingin seketika menyetrum tubuh dari kaki hingga kepala. Kerongkonganku seakan tercekat dan bahkan aku lupa caranya berteriak.

Aku bangun dari tidurku tersentak, melihat disekeliling kamarku tidak ada yang berubah, semua pada tempatnya, tumpukan buku di sisi tempat tidur, terletak di tempat yang semestinya. Aku bertanya pada diriku, perasaan aneh macam apa ini? mungkin ini cuma perasaanku saja atau mungkin ini hanya semacam efek samping dari tidurku yang kurang nyenyak dimalam sebelumnya.

Pintu kamar aku buka, aku menghirup dalam-dalam udara yang ada disekitar, seolah aliran udara yang masuk itu memberi energi tersendiri pada pagi itu. Tapi setelah aku mulai tersadar dari rasa kantuk, tepatnya tersadar secara penuh, aku melihat sesuatu yang ganjil dari jendela kamarku.

Dengan penuh tanda tanya aku melihat ke luar jendela dan apa yang tersaji di depan mataku sungguh lagi-lagi membuat rasa takut mulai menjalar dalam diriku.

Tepat diseberang jalan aku melihat pria tua yang semalam berdiri termangu dengan raut muka datar tanpa ekspressi seperti yang kulihat dalam mimpiku semalam.

Aku putuskan untuk pergi keluar rumah untuk menemui pria tua itu, banyak pertanyaan yang ingin kutanyakan padanya, tetapi ketika aku membuka pintu dengan segala cahaya dari luar masuk kedalam rumahku, lagi-lagi pria itu lenyap tak nampak disana. 

Keadaan ini membuatku khawatir, Banyak hal buruk yang aku temui. Ditengah kekacauan ini aku bingung, limpung dan seakan tidak ada sandaran, tentang apa yang harus aku lakukan.

Aku melangkah menuju dapur dan duduk dikursi dekat meja makan menyandarkan tubuh kebelakang kursi yang terbuat dari kayu itu, sambil mengingat mimpi semalam, mencari-cari alurnya dari awal sampai akhir, aku menampilkannya lagi di angan-anganku. Sempat terbangun dalam keadaan yang sama seperti dalam mimpi, raut wajah ketakutan, terkejut hingga terasa nyata dan terbawa dalam bangun saat aku diguyur begitu banyak darah dalam mimpi.

Teringat dengan jelas pula malam itu listrik padam, lampu tiada yang bersinar, gelap gulita menambah kecemasan yang di rundung pilu. Kuputar ingatanku lebih jauh sebelum aku mendapat mimpi itu.

Meski telah tuntas tapi kenapa pikiran ini tak bisa jernih. Aku menuangkan segelas air dari atas meja lalu menenggaknya melewati kerongkonganku yang kering. Butir keringat yang menggulir dikepala dan leherku, atau juga sepasang mata merah ini yang memancarkan lemas, lebih disebabkan karena dugaan-dugaan tentang kemungkinan terpelik yang akan dialami; "apa lagi setelah ini, mungkinkah ada yang lebih buruk. Ah, kuharap tidak, batinku bergejolak, semoga bisa berdamai. Tapi, jika bisa berdamai.

Belum selesai aku menenggak air minum yang kedua, tersamar aku melihat seseorang duduk dikursi yang berada bersebrangan denganku. Aku terkejut, terbatuk-batuk karena air yang aku minum sampai melewati hidungku. Apa yang kulihat disitu sangat mustahil adanya? aku melihat pria tua yang tadi menghilang dipinggir jalan, kini ada dihadapanku. Dari mana orang ini datangnya?

"Hey! tenang Akira kenapa kau terburu-buru?" tanya pria tua ini dengan santainya.

"Ba..bagaimana kau bisa ada dirumahku, kau ini apa?" gagap aku menjawab dirinya.

"Kau selalu tidak sadar dengan kedatangan orang ya, bagaimana dengan tidurmu apakah nyenyak?" pria tua ini langsung memotong pembicaraan tanpa menjawabku.

"Untuk apa kau mengetahui tentang mimpiku, apakah kau ini hantu?" bentak aku padanya karena sudah dibuat bingung.

"Hahaha!" pria tua ini malah tertawa terbahak-bahak seperti sedang mendengarkan lelucoan.

"Apa yang kau tertawakan? tidak ada yang melucu saat ini." kataku dengan nada menekan.

"Apa aku tidak salah mendengar, kau berbicara tentang hantu barusan. Apa kau percaya hantu Akira?" katanya sambil terus tertawa.

Aku kira pria ini sudah gila, kenapa dia begitu santai seperti ini. Setelah banyak ketakutan yang aku alami karena disebabkan oleh dirinya.

"Tentu saja tidak sebelum ini, tapi setelah melihatmu aku percaya sekarang." kataku.

"Tenang Akira, hantu itu tidak ada. Aku hanya manusia biasa, tetapi jika aku menjelaskan siapa diriku sebenarnya, apa kau akan percaya!" jelasnya meyakinkanku.

Aku sesaat berpikir menatap pria tua aneh ini. "Tentu saja aku tidak percaya padamu, kau adalah orang aneh yang selalu datang dengan tiba-tiba dan lenyap dengan sekejap mata. Bagaimana aku bisa percaya." kataku.

"Itu terserah dirimu ingin percaya atau tidak, aku juga malas menjelaskannya, tapi aku mempunyai penawaran untukmu." katanya sambil membakar sebatang rokok yang menyelinap dijemarinya.

"Aku sudah pernah menjabnya bukan! aku tidak tertarik dengan tawaranmu itu!" jawab aku dengan penuh percaya diri.

"Hem, coba kau pikirkan lagi. Apakah kau tidak ingin mendapatkan kekayaan? Dan apakah kau tidak ingin mendapatkan wanita yang kau cintai itu?" tanya dia semakin meyakinkan.

Rasa percaya diriku seketika memudar saat dia menawarkan hal itu kepadaku, aku mulai berpikir tapi juga tidak yakin dengan kebenaraan yang pria tua ini bicarakan.

"Hem, kenapa harus aku? Kenapa kau tidak mencari orang lain saja?" kataku.

Dia tersenyum tipis dan tatapannya semakin serius melihatku, "Kau adalah orang yang terpilih Akira. Jangan menyia-nyiakan kesempatan ini. Pikirkan lagi tentang segalanya.

Dalam hitungan detik aku langsung terbuai, menundukan kepalaku memikirkan tawarannya. "Mungkin saja dia benar-benar serius dengan ini, kalau memang benar pasti aku bisa merubah hidupku lebih baik lagi. Keinginanku untuk bisa bersama Belinda bisa terwujudkan." kataku membatin.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tafsir Waktu   Chapter 102

    Di depan kami samar-samar sudah terlihat gerbang barat sebuah desa, sesampainya di gerbang kami sangat terkejut, beberapa bagian benteng sudah rusak dan ada banyak bekas pertempuran. Terlihat penjaga gerbang berlari ke dalam desa, sepertinya akan memberitahu warga yang lain kalau kami akan datang. Kami segera berjalan menuju ke tengah desa. Alvar menuju ke papan pengumuman di dekat pohon beringin besar di tengah desa. Kami berjalan dengan ekspresi muka penuh tanda tanya. Sebenarnya apa yang terjadi?"Wahai saudara-saudaraku, apa yang terjadi di desa kalian ini?” tanya Alvar keras kepada para warga yang menyambut kedatangankami."Desa ini telah diserang banyak kawanan hewan buas. Kami sudah berusaha semampu kami untuk melawan dan mempertahankan desa ini, namum mereka sepertinya sudah sulit untuk bisa di kendalikan.” jawab seorang penjaga gerbang mewakili warga."Hewan-hewan itu bermata merah, mereka seperti diperintah oleh suatu kekuatan.”

  • Tafsir Waktu   Chapter 101

    Malam sedang membawaku berjalan di atas roda mimpi yang berputar kala tidur lelapku. Ya, berjalan, bukan berlari. Karena aku ingin menikmati setiap alunan khayalan yang melintas di depanku. Sekelilingku putih, sangat putih tak berujung. Aku terus berjalan dan berjalan hingga putih di sekitarku semakin lama semakin redup ditelan kegelapan. Kemudian aku mendengar bunyi “Tik..tok..tik..tok..” Seperti suara mesin jam yang sedang mengayun jarum detiknya.Aku juga melihat seperti ada sinar dari luar yang menembus ke dalam duniaku. Bola mataku bergerak ke kiri dan ke kanan. Tempat ini sepertinya tidak asing. Aku teliti lagi dan mencoba mengingat tempat ini. Lalu aku merasakan getaran pada pergelangan tanganku seiring dengan suara yang juga tidak asing."Akira! Kau dimana!?" ternyata itu suara profesor Javier, "Prof.." sebelum aku menjawab pertanyaannya tiba-tiba saja suara itu lenyap seketika.Jalanan sangat sepi, bulan masih tersenyum cerah. Lampu jalan masi

  • Tafsir Waktu   Chapter 100

    Tanganku meraba-raba sekitar. Basah. Perlahan, aku menyadari aroma yang menguar dari tempatku berada. Daun. Kelopak mataku terbuka. Pupil mataku mulai menyesuaikan diri dengan cahaya sang surya yang hampir kembali keperaduannya. Setelah terbuka sepenuhnya, aku terduduk dan menatap sekitar. Padang rumput. Aku bangkit berdiri dan mulai berjalan mengikuti ke mana pun kakiku melangkah. Sebulir peluh menetes melewati rahangku. Jantungku berpacu cepat, berlomba-lomba dengan adrenalin yang mengalir deras melalui pembuluh darahku. Tak sedetik pun aku memelankan langkah, berzig-zag di antara pepohonan, melompati akar-akar yang menyembul dari dalam tanah. Menjemput maut yang siap menyambut kematianku. Tubuhku telah bermandi keringat. Kali ini aku semakin merajalela. Menanggalkan alas kakiku, berlari dan terus berlari, tanpa mempedulikan cabang dan ranting pohon yang mengoyak pakaianku, menggores kulitku, dan meninggalkan rasa perih yang menusuk. Aku bisa saja berhenti. M

  • Tafsir Waktu   Chapter 99

    Aku percaya tiap kehidupan -baik yang dulu, sekarang, maupun di masa depan kelak- memiliki tujuannya masing-masing. Aku memalingkan wajahku ke arah seorang pemuda yang tegap berdiri di tengah-tengah cekungan bekas dari pertarungan.Berkali-kali aku menarik napas dengan cepat hingga menimbulkan suara dengusan yang bisa terdengar oleh orang yang ada di sekitarku.Angin sore menerpa permukaan kulit memberikan perasaan kering yang tak biasa. Perasaan kosong itu begitu menggangguku, "Akira jangan kau pikirkan apa yang di ucapkannya, dia hanya ingin membuatmu lupa akan dirimu sendiri.. Dia berusaha menyinggung tentang masa lalumu itu." ucap Alvar."Apa kau tidak percaya Akira!? raja kegelapan bisa menghidupkan orang yang telah mati untuk dijadikan pengikutnya. Dengan kata lain temanmu itu sudah di jadikan boneka oleh raja kegelapan untuk menjalani ke inginannya." ujar Cahir."Sudah cukup Cahir, kau terlalu banyak berbual. Apa tujuanmu datang kesini hanya untuk

  • Tafsir Waktu   Chapter 98

    Sementara itu saat ini suasana semakin mencekam, aku bisa melihat aura kemarahan antara Alvar dan Jugo. Mereka sudah siap menyerang dengan senjatanya masing-masing. "Sebaiknya kita selesaikan saja masalah ini, dari pada kau terus menghalangi perjalanan kami saat ini." tantang Alvar."Kalau itu maumu, aku akan menerimanya. Tapi hari ini aku hanya ingin bertarung dengan Akira, menurutku kau sangat mudah untuk di kalahkan. Sekarang aku ingin menjajal kekuatan dari seorang yang sudah lama di ramalkan untuk menyelamatkan negeri ini." ucap Jugo seakan merendahkan Alvar saat itu.Alvar pun tidak terima karena Jugo sudah meremehkannya saat itu, "Kau jangan banyak bicara Jugo. Kekuatanmu tak sebanding dengan Akira, bahkan kupastikan untuk mengalahkanku pun kau tidak akan sanggup sekarang!" geram Alvar."Aku tidak sepertimu Alvar, kekuatanku sudah terlatih selama ini. Negeri ini bahkan bergantung pada diriku!" ucap Jugo yang semakin congkak."Kalau begitu kau akan

  • Tafsir Waktu   Chapter 97

    Tetesan air langit kini tiada lagi berhamburan ke bumi. Sang raja cahaya kini mulai menampakkan dirinya yang tersipu malu, terhalang oleh mega. Di balik celah-celah batuan terjal kaki gunung melesat kilatan-kilatan cahaya teduh dan cerah. Menghapus warna hitam di langit saat ini. Pagi telah menyambutku.Suara napasku yang beradu cepat bersama langkah kakiku yang sedang berlari. Ku lewati pohon-pohon besar di depanku. Aku sudah tak peduli bagaimana penampilanku sekarang, yang aku pikirkan adalah bagaimana aku bisa sampai di tujuanku dengan cepat dan selamat."Sebuah danau!" ujar Alvar.Aku dan Alvar menghentikan langkah sementara ketika kami sampai di sebuah sungai di hadapan kami sekarang, kami yang kehausan karena sepanjang hari sudah berlari dan bertarung dengan beberapa musuh di perjalanan pun meminum air dari sungai tersebut, dan menyimpannya sedikit untuk bekal melanjutkan perjalanan."Kita akan beristirahat sebentar disini Alvar!" ujar aku.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status