MasukMelihat ekspresi tenang Raisa, Ardan tidak merasa terkejut. Raisa memang luar biasa, tentu saja tidak mudah untuk didekati. Namun, dia lebih memilih kejujuran daripada berbelit-belit, mungkin terpengaruh budaya saat belajar di luar negeri. Itulah gaya Ardan. "Ini mungkin terdengar mendadak, tapi itu perasaan saya. Setelah bertemu denganmu hari ini dan berbincang panjang lebar, saya semakin mengagumi Bu Raisa."Raisa berpikir bahwa setelah bercerai, dia memang banyak mendapat perhatian. "Maaf Pak Ardan, saya nggak bisa membalas perasaanmu," jawabnya."Saya mengerti, tapi saya ingin Bu Raisa tahu gimana perasaan saya." Ardan menatapnya. Pria yang mengejar wanita biasanya sedikit agresif, dan Ardan juga tidak berbeda. "Bu Raisa nggak langsung menolakku, artinya masih ada kesempatan, kan? Selama kau nggak membenciku, saya harap kau mau menerima perhatianku."Kata-katanya lembut seperti air, sopan dan tahu cara memperlakukan wanita, sulit untuk dikritik.Tapi dia adalah pria yang benar-bena
Raisa mengikuti Bobby dan rombongannya saat mereka berpindah tempat, sebuah mobil hitam mengikutinya. Di dalam mobil tersebut, wajah Kevin tersembunyi dalam bayangan, ekspresinya tak terbaca....Setelah meninggalkan kota malam yang penuh suasana pesta bergaya Amersia, Bobby membawa mereka ke sebuah bar privat mewah dengan nuansa klasik. Hanya dengan reservasi dan tidak terbuka untuk umum, tapi tidak terlalu mewah sampai harus mengenakan gaun pesta yang membuat kaku, dan juga tidak terlalu bising sehingga mengganggu suasana.Ini adalah wilayah kekuasaan Bobby. Di pesta kapal pesiar mewah sebelumnya, sudah membuat Raisa melihat betapa luas jaringan sosial yang dimiliki pria itu. Jadi ketika Bobby memanggil beberapa temannya, Raisa sama sekali tidak terkejut.Tanpa pemberitahuan dulu ke Raisa, Bobby tidak langsung memperkenalkan sahabat baiknya, Ardan Mahardika. Dia membiarkan mereka semua berbaur dan berbincang bersama, berpindah ke percakapan pribadi saat suasana terasa tepat. Hal itu
Raisa merasa hal itu cukup masuk akal, lalu menjawab, "Oke."Begitulah.Tidak ada cara yang lebih baik untuk menghadapi perasaan Bravi....Perjalanan bisnis ke luar negeri kali ini, Raisa dan Suri menyaksikan pameran teknologi kecerdasan buatan terbaru, sekaligus berhasil merekrut seorang insinyur untuk Timelock System. Setelah jadwal kerja yang sangat produktif, Raisa dan Suri tiba di Kota Monako.Kunjungan terakhir kali Raisa ke sana bersama Bravi, banyak hal yang terjadi.Kali ini, tidak ada kejadian apa pun.Semua berjalan dengan lancar.Setelah menyelesaikan urusan bisnis, rekan-rekan di Kota Monako mengajak mereka bersantai. Dengan waktu yang tersisa, Raisa dan Suri menerima ajakan tersebut, menuju ke tempat hiburan mewah.Tempat tersebut terkenal, disukai oleh banyak sosialita dan wanita elit Kota Monako.Hari ini, seorang sosialita Kota Monako yang cukup terkenal mengadakan pesta ulang tahun, telah menyewa seluruh tempat, jadi tempat ini hampir penuh, cuma masih ada kursi koso
Angga terkejut. Meskipun memiliki alasan yang cukup untuk waspada terhadap Kevin, tapi kenapa dia sampai mengawasi Raisa juga?Dia benar-benar terkejut mengetahui bahwa Bravi dan Raisa berpura-pura menjadi pasangan, tapi sekarang Raisa juga dianggap sebagai musuh?Namun, Angga tidak akan bertanya lebih jauh, dia hanya akan mengikuti perintah.Kalau tidak, Bravi tidak akan memercayakan urusan Raisa kepadanya.Surya yang agak bodoh, bahkan tidak tahu apa yang dipikirkan Bravi. Urusan ini bukan urusannya.Tentu saja, Angga menerima situasi itu setelah terkejut awalnya. Sejak awal, dia sudah menyadari bahwa perhatian Bravi yang tidak biasa namun halus terhadap Raisa adalah dorongan bawah sadarnya yang tak bisa dikendalikan.Dia bahkan mencurigai Bravi telah menyimpan perasaan untuk Raisa sejak lama.Sayangnya, adiknya telah mendahului.Kini giliran Bravi untuk bertindak, dan Kevin tidak punya peluang sedikit pun.… Raisa bertemu Suri di bandara, dia tidak banyak bicara.Setelah penerbanga
Raisa berusaha mengalihkan topik pembicaraan, matanya tertuju pada jadwal yang tertulis di komputer. Jadwal tersebut mencantumkan konferensi teknologi internasional bersama Suri, lalu singgah di Monako untuk bertemu para tokoh ternama. Setelah kembali, Raisa akan mengunjungi Derlin di lokasi syuting sebelum dia bergabung dengan tim produksi. Oh, dan perjalanan terakhir kembali ke Tech Tower untuk berpamitan secara resmi sebelum meninggalkan perusahaan."Aku nggak pulang beberapa hari ini ya," katanya, "Aku ada perjalanan dinas. Tante Stevi juga sudah pergi. Bravi, kau bisa tinggal di rumahku atau kembali ke rumahmu."Baru saat itu Bravi menjawab, "Oke."Panggilan pun ditutup, dan Raisa menghela napas lega. Raisa juga tidak tahu dari mana tekanan itu muncul, dia cuma khawatir ada kata-katanya yang mungkin membuat Bravi merasa tidak nyaman. Gimanapun, Raisa benar-benar tidak bisa membalas perasaannya saat ini.Satu hal yang membuatnya lega adalah Bravi belum tahu bahwa dia sudah tahu se
Bravi bertanya tentang Rian, tetapi Raisa sudah mengesampingkan hal itu dari pikirannya.Raisa hanya bisa mendengar suara Bravi yang rendah dan merdu, dan untuk sesaat dia terdiam. Bravi menyukainya! Kata-kata itu berputar-putar tanpa henti di benaknya, membuatnya merasa sesak napas.Raisa tanpa sadar menggenggam ponselnya erat. Sejak kecil terbenam dalam seni, dia memiliki selera estetika yang bagus dan menyadari kecantikannya sendiri. Dari kecil hingga dewasa, Raisa memang cukup disenangi lawan jenis. Namun karena banyak hal yang menarik perhatiannya, dia belum pernah menemukan seseorang yang benar-benar membuat hatinya berdebar, jadi tidak tertarik berpacaran. Para pemujanya ditolak dengan halus, kebanyakan mundur, sementara yang gigih menghadapi penolakan yang tegas dan langsung.Semua itu berubah ketika Kevin menyelamatkannya dari laut. Saat membuka mata dan melihatnya, Raisa merasakan apa itu jatuh cinta.Perasaan itu sangat kuat pada saat itu, namun selama tiga tahun pernikaha







