Bab XVIII
Tak Seindah Malam Pertama
(Sesakit Inikah berbagi suami?)
"Ada laki-laki yang saat ini justru jatuh cinta dengan kamu, Din. Kelumpuhan tak berarti apapun untuknya, perasaannya ke kamu tetap sama. Dia tetap mencintai kamu." Maya kembali berkata.
"Siapa?"
Akhirnya Dini terpancing untuk bertanya, pertanda bahwa ia mulai mempercayai Maya.
Maya tidak langsung menjawab pertanyaan Dini, ia terlebih dahulu menoleh ke arah Ibnu, seolah meminta persetujuan suaminya. Ibnu menatap Maya, ia menggelengkan kepala, menandakan bahwa ia tak menyetujui keputusan Maya. Tapi sepertinya Maya tidak peduli, ia telah mengambil keputusan besar.
Bab XIXTak Seindah Malam PertamaMaya meletakkan tangan kanannya di dada, merasai nyeri yang begitu dalam. Ia ragu, apakah mampu bertahan dalam pernikahan poligami yang sebentar lagi akan ia jalani."Apa aku bisa ikhlas berbagi suami dengan Dini? Apa aku bisa? Atau aku ikuti saja maunya Mas Ibnu untuk menghentikan rencana konyol ini?" Berbagai tanya muncul di benak Maya. Beberapa saat ia diam, mencoba berpikir jernih, juga meraba hatinya. Hingga akhirnya Maya berkata dengan mantap."Bismillah …."***********************“Bismillah …." Doa Maya dalam hati, selanjutnya ia menengok ke arah Dini.
Bab XXTak Seindah Malam Pertama“Kasihan, nasib istri tua itu dimana-mana selalu sama, cepat atau lambat akan dilupakan.”“Sudah yatim piatu, nggak punya keluarga, eh … sekarang malah dipoligami, kasian, ya.”“Cantik lo, kok mau-maunya dimadu, kalau aku sih ogah!”“Jangan-jangan Bu Maya mandul? Makanya Pak Ibnu menikah lagi.”Terdengar komentar para tamu, meski mereka hanya berbisik, tapi Maya dapat mendengarnya dengan jelas. Ibarat sebuah luka, belum juga sembuh telah ditaburi garam. Perih, dan semakin perih. Maya merasai setiap gores luka yang hadir, tapi ia tetap bertahan, memberi dukungan untuk sang suami, meski hatinya semakin berdarah.***************
Bab XXITak Seindah Malam Pertama(Dua Hati yang Terluka) Terhuyung Maya menuju tempat tidur, ia merasa lelah raga juga jiwa. Rasanya menopang badan saja tak kuat, akhirnya Maya membaringkan badannya, tidur miring menghadap jendela menjadi pilihannya.Matanya terpejam, tapi bahunya berguncang, menandakan bahwa ia sedang menangis. Tak berselang lama, terdengar suara pintu kamar mandi dibuka. Ibnu keluar dengan badan yang begitu segar, aroma wangi sabun menguar ke seluruh ruangan. Dalam benak Maya, saat ini Ibnu sedang menyiapkan diri untuk melewati malam pertamanya dengan Dini. Hati Maya semakin terluka.***************Ibnu menatap Maya yang
Bab XXIITak Seindah Malam Pertama(Menyembunyikan Kesembuhan)Dini menangis tersedu, lama, hingga akhirnya ia tertidur. Lelah jiwa juga raganya. Pernikahan yang ia harap membuatnya bahagia, ternyata justru melukai jiwanya, bahkan di malam pertama yang seharusnya menjadi malam terindah baginya.******************Jarum jam menunjuk pukul tiga dini hari. Setelah yakin Maya telah tidur dengan pulas, Ibnu bangkit dari pembaringan, ia meregangkan badan, mengangkat tangan ke atas, badannya terasa kaku karena sedari malam, ia tidur dengan posisi miring ke kiri sembari memeluk Maya.Maya terus memegang tangan Ibnu, membuat Ibnu tak berani merubah posisi, khawatir Maya terba
Bab XXIII Tak Seindah Malam Pertama (Dendam) Mana mungkin Dini berkata jujur, jika kursi roda itu terbalik karena ia tendang, begitu pula dengan bunga mawar, ia yang telah membuangnya ke lantai sebagai pelampiasan marah atas sikap Ibnu yang sempat mengabaikannya. Sebenarnya, kelumpuhan Dini sudah hampir sembuh, kakinya bisa digerakkan meski masih belum bisa selincah sebelum kecelakaan terjadi. Ia sengaja merahasiakannya dari Ibnu dan Maya. Tak mau pernikahannya gagal. ********************* "Hhmm … tadi aku memang berpindah dari kursi roda ke tempat tidur sendiri, Mas, Alhamdulillah, meski susah payah, akhirnya bisa, meskipun kursi rodanya jadi terbalik,"
Bab XXIVTak Seindah Malam Pertama
Bab XXVTak Seindah Malam Pertama(Gagal Lagi)"Mas, bolehkah aku meminta hakku sebagai istri? Aku ingin menjadi istri Mas seutuhnya."Akhirnya Dini berhasil mengutarakan keinginan hatinya yang spontan membuat Ibnu terperangah.******************Ibnu kelimpungan, bingung hendak menjawab apa, mana mungkin ia mengatakan bahwa dirinya belum siap karena tak ingin melukai Maya.Dini menatap Ibnu penuh harap, baginya hanya itu satu-satunya cara mengikat Ibnu, dengan menjadi istri seutuhnya, ia yakin akan lebih mudah membuat Ibnu mencintainya. Bukan hanya cinta biasa yang ia harap, tapi cinta yang gila, cinta yang membuat Ibnu menggilainya hingga Ibnu dengan suka rela melepas Maya.Dini yakin, suatu hari nanti, ia bisa menyingkirkan Maya dan menjadi satu-satunya istri bagi Ibnu.Ibnu yang masih kaget tak kuasa menolak keinginan Dini. Ia sadar betul bahwa kewajibannya sebagai suami adalah memberikan nafkah batin, tak
Bab XXVI Tak Seindah Malam Pertama (Kejutan) "Aku akan diam-diam mendampingi Dini menjalani pemeriksaan dan terapi. Saat Dini melatih kakinya, aku akan membuat kejutan dengan tiba-tiba datang ke rumah sakit sembari membawa bunga dan coklat. Dini pasti senang," batin Ibnu, ia tersenyum membayangkan kejutan yang akan diberikannya untuk Dini. ****************** "Aku berangkat dulu ya, Mas," pamit Dini sambil menggapai tangan Ibnu dan menciumnya. "Ya, semangat ya, Dek! Bismillah, semoga terapi hari ini menjadikan kesembuhan paripurna. Aamiin," jawab Ibnu sambil tangannya mengelus kepala Dini. "Titip Dini ya, Sus, tolong didam