Nadine mengendurkan kepalan tangannya, lalu membungkuk dengan sopan sebelum berbalik dan meninggalkan ruangan.Setelah dia keluar, salah satu pewawancara berkata dengan setengah bercanda, "Arnold, apa kamu nggak terlalu keras sama mahasiswi ini? Bahkan mahasiswa tingkat tiga saja jarang ada yang bisa menjawab dengan benar pertanyaan tadi."Arnold menjawab dengan tenang, "Mahasiswa yang luar biasa selalu membuat orang ingin mengetahui sejauh mana batas kemampuan mereka."Nyatanya, Nadine membuktikan bahwa potensinya melebihi apa yang dibayangkan Arnold.....Keluar dari ruang ujian, Nadine langsung menerima pesan dari Kelly di aplikasi WhatsApp. Seminggu yang lalu, mereka sudah berjanji untuk merayakan bersama setelah wawancara selesai. Lokasinya adalah restoran yang sering mereka kunjungi.Nadine membuka aplikasi peta dan bersiap untuk memesan mobil. Namun tiba-tiba, sebuah suara yang tidak asing terdengar dari belakangnya."Nadine? Ternyata benar kamu!" sapa Clarine yang juga datang u
"Berpisah dari kakakku akan menjadi keputusan terburuk dalam hidupmu. Tanpa dia, kamu bukan siapa-siapa!" ujar Clarine dengan sinis. "Jangan terlalu bangga. Jadi peringkat pertama di ujian tertulis belum tentu membuatmu berhasil. Kita lihat saja nanti!"Setelah berkata demikian, dia berdiri tegak dan melangkah pergi dengan langkah besar. Nadine tetap terlihat tenang. Dia menarik kembali pandangannya dan melanjutkan memesan taksi.Ketika mendengar cerita ini, Kelly langsung naik darah. "Kenapa kamu nggak langsung permalukan dia? Kok bisa-bisanya kamu diam dan biarin dia pergi begitu saja?!""Nggak bisa! Semakin kupikirkan, aku semakin marah. Si berengsek Clarine itu masih ada di Universitas Brata, 'kan? Aku mau ke sana sekarang untuk ngasih dia pelajaran!" lanjut Kelly dengan geram.Nadine tertawa kecil. "Santai, Kelly. Itu cuma provokasi yang nggak ada efeknya. Aku sudah sering dengar hal seperti itu."Sambil berbicara, Nadine memotong steiknya dengan santai, lalu menusuknya dengan gar
Clarine yang terus bersikap semena-mena, membuat kepala Reagan semakin pusing. Terlebih ketika dia menyebut nama Nadine, tubuh Reagan tanpa sadar menegang.Sejak kembali dari Madagar, Reagan telah mencoba menghubungi Nadine dengan berbagai nomor baru dan mengirimkan pesan demi pesan. Namun, semuanya tidak ada balasan, seolah-olah lenyap ditelan bumi.Dia bahkan beberapa kali pergi ke tempat tinggal Nadine untuk mencoba mencarinya beberapa kali .... Rasa gelisah karena tidak bisa menemukan Nadine di mana pun, membuatnya sangat terusik. Tak disangka, dia justru mendengar kabar tentang Nadine dari mulut Clarine."Apa kamu bilang? Apa hubungannya ini sama Nadine?" tanya Reagan dengan nada dingin."Tentu saja ada hubungannya! Dia dapat peringkat pertama! Pertama, tahu?! Profesor Freya tahun ini cuma menerima tiga mahasiswa dan aku tepat di peringkat keempat!" seru Clarine dengan nada penuh kemarahan.Tanpa kehadiran Nadine, posisinya pasti akan naik satu peringkat dan dia akan diterima. Set
Mata Clarine yang sebelumnya dipenuhi kemarahan, langsung berbinar penuh semangat. Bagus sekali! Ternyata begini! Pantas saja Nadine bisa meraih peringkat pertama dalam wawancara.Clarine buru-buru mengeluarkan ponselnya dan mengambil beberapa foto dari belakang dua orang itu. Setelah selesai, dia memeriksa foto-foto yang diambilnya. Arnold berjalan setengah langkah di belakang Nadine, tubuhnya yang tinggi dan besar tampak seperti melindungi wanita itu.Dari sudut ini, terlihat seolah-olah Arnold sedang merangkul Nadine.'Tidak sia-sia aku datang ke sini,' pikir Clarine sambil menyipitkan mata. Jangan salahkan dirinya yang kejam. Semua ini karena Nadine yang tidak tahu diri dan berani bersaing dengannya. Dia segera kembali ke mobil, mengeluarkan laptopnya, dan membuka situs resmi Universitas Brata.Hanya dalam sekejap, dia menemukan alamat e-mail pengaduan yang tercantum di halaman utama.Dia mengunggah foto-foto tersebut dan mengetikkan sebuah pesan yang panjang.[ Demi menjaga integr
Butuh waktu lama bagi Nadine untuk benar-benar memahami serangkaian komentar itu. Dengan suara serak, dia akhirnya berkata, "Aku nggak apa-apa ....""Jangan terlalu dipikirkan. Netizen tahunya cuma asal komentar. Baru dengar dari satu sisi saja langsung menyimpulkan semuanya. Kamu jangan baca komentar lagi. Aku tahu persis betapa sulitnya jalan yang kamu tempuh sampai sekarang.""Aku nggak akan biarkan kamu diperlakukan dengan nggak adil dan kakakku juga nggak akan tinggal diam. Jadi, jangan khawatir." Kata-kata Kelly membuat hati Nadine terasa lebih tenang."Terima kasih, Kelly," jawab Nadine pelan.Baru saja telepon berakhir, panggilan lain dari Arnold pun masuk."Soal yang di forum, aku sudah tahu," katanya langsung, tanpa basa-basi. "Ini jelas ada yang sengaja mengambil foto untuk membuat keributan dan memanipulasi opini publik. Kemungkinan besar ini berkaitan dengan hasil ujian pascasarjanamu."Nadine menggigit bibirnya, tetap diam.Merasakan keheningannya, Arnold lalu melanjutkan
Netizen yang jeli menyadari bahwa akun yang mengunggah video tersebut adalah akun resmi yang terkait langsung dengan pihak Universitas Brata. Secara tidak langsung, ini menjadi klarifikasi dari pihak universitas untuk mendukung Nadine.Dalam video itu, Arnold adalah pewawancara terakhir yang mengajukan pertanyaan kepada Nadine, dan ....[ Astaga! Dia pakai bahasa Inggris?! ][ Ini sama sekali bukan memberi kelonggaran, malah nambah tingkat kesulitannya. ][ Serius deh, saat deretan kata bahasa Inggris itu muncul, aku langsung bengong! ][ Baru kali ini aku lihat wawancara pascasarjana nyuruh mahasiswa menyelesaikan soal di tempat. ][ Profesor Arnold benar-benar persiapkan papan tulis. Gila, aku hampir nangis lihat itu! ][ Nggak ada yang merasa Arnold itu ganteng banget? Huaaa. ][ Jujur, dia benar-benar mengubah persepsiku tentang ilmuwan. ][ Kacamata berbingkai emas itu ... seperti menusuk hatiku. Sosok "arogan tapi menawan" yang abadi! ]Namun seperti biasa, ada juga komentar nega
"Tunggu ... aku telepon bukan untuk ngobrol.""Hm?" Nadine merasa bingung.Di seberang telepon, suara Stendy tiba-tiba menjadi serius. "Masalah di Madagar, semuanya sudah diselidiki."Nadine secara refleks duduk tegak. "Katakan.""Ada waktu? Ayo makan sama-sama, ada sesuatu yang mau kuberikan padamu," katanya.Nadine sedikit mengernyit, lalu melihat jam tangannya. Akhirnya dia setuju untuk bertemu keesokan harinya pukul tiga sore.....Keesokan harinya, di restoran."Ini dokumen yang ditemukan tim pengacaraku. Lihat dulu," ujar Stendy tanpa basa-basi begitu mereka duduk. Dia mengeluarkan amplop cokelat besar dan mendorongnya ke arah Nadine."Sejak tahun lalu, gugatan lintas negara ini sudah diproses. Selama itu, pihak hotel dipaksa untuk menyerahkan semua rekaman CCTV. Dengan tambahan informasi dari saksi mata yang ditemukan secara kebetulan, tim kami mengikuti jejak itu dan akhirnya mengungkap kebenaran."Stendy adalah orang pertama yang mengetahui hasil investigasi ini. Dia sangat pe
Eva dibawa pergi di depan banyak orang. Wajahnya tampak sangat panik. Hal pertama yang terlintas di pikirannya adalah, apakah semua yang dia lakukan di luar negeri sudah terbongkar?Namun, melihat tatapan penasaran dari kerumunan, Eva berusaha memaksakan senyuman. Dengan suara yang tenang, dia berkata, "Mungkin ada kesalahpahaman. Aku pergi untuk lihat apa yang sebenarnya terjadi."Tiga teman sekamarnya saling bertukar pandang, tidak tahu harus berbuat apa selain membiarkannya pergi."Apa yang terjadi? Aku bingung ....""Jangan-jangan ada masalah serius?""Lalu sekarang apa yang harus kita lakukan? Mau beri tahu orang tuanya nggak?""Kamu punya nomor telepon orang tuanya?"Salah satu teman sekamarnya menggelengkan kepala. Namun, dia tiba-tiba teringat sesuatu. Kebetulan dia pernah bertemu Reagan saat Reagan mengantar Eva kembali ke asrama. Saat itu, Reagan memberikan kartu namanya kepada mereka. Nomor teleponnya seharusnya ada di sana.Berbekal ingatan itu, dia bergegas kembali ke asra
"Aku memang belum pernah menerbitkan jurnal, belum ada hasil akademi. Tapi, gimana dengan hasil-hasil yang dimiliki Nella selama ini? Memangnya kamu nggak tahu apa-apa?"Mata Diana sedikit berkilat. "Aku nggak paham apa yang kamu maksud.""Kamu mungkin lupa, sebagai putri Keluarga Yudhistira, aku paling nggak kekurangan uang dan relasi. Cuma perlu sedikit uang, aku sudah bisa sewa orang buat cari informasi tentang Nella. Mudah saja. Kamu tahu apa yang aku temukan?"Diana tampak terkejut."Di dunia ini nggak ada hal yang begitu kebetulan. Bu, margamu dan marga Nella sama. Kalian punya hubungan keluarga, 'kan?""Terus, kenapa?" tanya Diana. Nada bicaranya keras, tetapi terkesan rapuh.Clarine tersenyum mengejek. "Kenapa? Nilai Nella waktu SMP jelek banget, tapi pas SMA tiba-tiba jadi genius. Bukan cuma menang berbagai kompetisi, dia juga menerbitkan makalah yang dimuat di majalah bergengsi. Apa perlu aku bantu kamu cari tahu semua detailnya?""Kamu ...." Diana terdiam, tubuhnya gemetar k
Kompetisi Ilmu Hayati Mahasiswa Nasional diadakan setahun sekali. Tiga tahun lalu, kompetisi ini secara resmi masuk dalam daftar peringkat kompetisi mahasiswa nasional untuk perguruan tinggi umum yang dirilis oleh kelompok kerja evaluasi dan manajemen kompetisi perguruan tinggi asosiasi pendidikan tinggi.Sejak saat itu, kompetisi ini menjadi salah satu ajang akademik tingkat nasional yang diakui oleh kementerian pendidikan.Ini juga merupakan kompetisi paling bergengsi di bidang ilmu hayati untuk mahasiswa di seluruh negeri.Kompetisi ini terdiri dari dua kategori, penelitian ilmiah eksploratif dan inovasi kewirausahaan yang dibagi dalam jalur berbeda dan berlangsung dalam periode yang sama.Tujuannya untuk menguji kemampuan inovasi mahasiswa dan proses penelitian eksperimen mereka.Tanpa diragukan lagi, Nadine jelas akan ikut serta. Begitu mendengar kabar ini, Mikha dan Darius langsung bersemangat hingga menggosok tangan mereka. Bagaimanapun, bonus nilai di akhir semester saja sudah
Bahkan, Jinny tidak panik meskipun nilai rata-rata ujian akhirnya hanya 70 dan ada beberapa mata kuliah yang nilainya pas-pasan. Toh dia memang tidak ambil pusing soal itu. Untuk apa capek-capek mikirin hal yang bukan prioritas?Sebagai perempuan, kuliah tinggi-tinggi, mengejar gelar dari kampus top, pada akhirnya tujuannya hanya untuk menikah dengan pria mapan dan hidup enak.Saat ini, dia duduk di antara Nella dan Clarine. Wajahnya tenang, tidak terburu-buru, seolah-olah dia hanya penonton yang tidak terlibat.Nella tahu Jinny punya pacar tajir dan sekarang tidak peduli lagi pada urusan akademik. Wanita ini hanya ingin menikah dengan pria kaya.Nella paling jijik dengan tipe-tipe perempuan yang hanya mengandalkan pria kaya dan ingin hidup sebagai istri manja.Namun, yang membuatnya bingung adalah Eden juga terlihat santai seperti Jinny. Laboratorium mereka sedang dalam masa perbaikan. Selain Diana, orang yang paling panik seharusnya adalah Eden!Beberapa topik riset penting yang dita
Diana menantang, "Pergi saja! Kalau aku kena masalah, kamu juga bakal kena batunya!"Clarine membalas, "Siapa takut ...."Diana menyipitkan mata. "Clarine, kayaknya kamu lupa gimana dulu bisa keterima S2?"Langkah kaki Clarine langsung terhenti.Diana tertawa kecil. "Aslinya kamu itu nggak lulus tes. Kalau bukan karena aku buka jalan untukmu, kamu pikir kamu bisa berdiri di sini hari ini?""Silakan saja kalau kamu mau lapor, aku nggak akan halangi. Pokoknya kalau harus jatuh, kita jatuh bareng. Kalau aku dipecat, kamu yang masuk pakai cara kotor dengan sogok sana sini juga bakal kena. Bagus, 'kan?"Clarine sampai gemetar karena marah. "Dasar nenek sihir jahat!""Jahat?" Diana mendengus. "Kita sama saja."Tanpa nilai tambahan dari proyek, nilai akhir semester Clarine benar-benar menyedihkan. Dia gagal di tiga mata kuliah. Nilai mata kuliah lainnya pun rata-rata cuma 70-an. Kalau orang lain tahu, dia bisa ditertawakan. Bahkan nilai Kaeso si penjilat itu pun lebih bagus dari dia!Setiap k
Selain itu, laboratorium atas nama Diana dilaporkan karena tidak memenuhi standar keselamatan kebakaran dan terpaksa menjalani perbaikan.Sampai sekarang pun perbaikannya belum juga disetujui. Selama masa itu, sudah pasti tidak mungkin ada hasil akademik apa pun. Jadi, dalam rapat kali ini, tim Diana jauh lebih sunyi dibanding sebelumnya.Kaeso yang biasanya setiap rapat selalu menyeringai sinis, kali ini justru diam seperti ayam di kandang.Wajah Clarine pun tampak masam. Karena laboratorium sedang dalam proses perbaikan, proyek riset yang sebelumnya susah payah dia rebut dari Diana juga ikut menguap.Saat dia mencoba meminta Diana mengaturkan proyek lain, dia malah langsung disemprot habis-habisan."Proyek! Proyek! Aku juga ingin proyek! Sekarang labku harus diperbaiki, semua proyek mandek. Terus, aku harus cari di mana buat kamu?""Lagi pula, kalaupun aku punya proyek, kamu yakin sanggup mengikuti ritmenya dan menghasilkan sesuatu yang konkret?""Jangan serakah kalau nggak sanggup!
Nadine sempat termangu, lalu tertawa geli. "Ada! Tentu saja ada! Aku kasih ke kamu, kamu bantu kasihkan ke dia ya?""Oke, oke!"Nadine mengambil beberapa kaleng lagi dan meletakkannya di mobilnya."Hehe. Kak Nad, kamu baik banget!""Aku rasa kamu dan Darius cocok juga." Usai mengatakan itu, Nadine turun dari mobil, lalu menarik koper dan berjalan menuju gedung apartemen.Mikha sama sekali tidak menyadari nada menggoda dalam ucapan tadi. Dia mengeluarkan ponselnya dengan gembira."Halo! Darius! Kamu di apartemen nggak? Aku bawain dendeng dan saus daging sapi buat kamu! Ya, dari Kak Nadine."Di seberang sana, Darius menyahut, "Ya, aku di apartemen. Kamu datang saja.""Oke deh! Aku bakal sampai dalam 20 menit.""Hm, hm."Setelah menutup telepon, Darius segera berlari turun, mengenakan jaket, dan mengganti sepatu. "Nenek, siang ini aku nggak makan di rumah, malam ... malam juga nggak pulang!""Kamu mau ke mana?""Balik ke apartemen!""Eh? Bukannya sudah janji makan di sini hari ini?"Dariu
Terutama Safir, selama dua hari ini tinggal di vila, matanya sudah membaik, pinggang juga tidak sakit lagi. Sepanjang hari dia tersenyum, makannya juga lahap sekali.Corwin sampai memanggil dokter pribadi, sopir, serta pengawal kemari. Sepertinya, mereka sudah siap untuk tinggal lama di sini.Irene sempat khawatir Jeremy tidak terbiasa. Hasilnya ...."Terbiasa dong! Kenapa nggak? Ibu bisa tanam bunga dan sayur bareng aku, Ayah juga bisa main catur sama aku."Sebelumnya, dia justru bingung apa yang harus dilakukannya selama liburan musim dingin. Irene kebanyakan menghabiskan waktu di ruang kerja untuk mengetik. Namun, sekarang Jeremy bukan hanya punya partner bercocok tanam, tetapi juga teman bermain catur.Irene hanya bisa tersenyum. Sepertinya dia yang berpikir terlalu jauh.Jeremy pun terkekeh-kekeh melihat istrinya. "Hehehe."Nadine hanya tinggal dua hari. Hari ketiga, dia langsung balik ke Kota Juanin. Eksperimen belum selesai, tesis juga harus dikejar sebelum tahun baru.Seperti o
Rebut? Stendy langsung tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, harus yakin bisa direbut juga."Paulus berkata, "Kalau nggak coba, bagaimana bisa tahu nggak bisa direbut?""Kenapa? Kamu ingin merebut Bibi Irene? Hah. Kamu harus bisa melewati Kakek dan Nenek dulu," kata Stendy.Paulus yang tidak tahu harus bagaimana menanggapinya pun langsung menatap Stendy dengan tajam. "Wanita mana yang sebenarnya sudah meninggalkanmu? Coba ceritakan."Stendy pun terdiam."Bukankah tadi kamu begitu pandai melawan? Kenapa tiba-tiba jadi diam?" sindir Paulus."Kamu juga nggak kenal," jawab Stendy.Paulus juga tidak bertanya lebih lanjut lagi, melainkan mengangkat gelasnya. "Sini. Kita jarang bisa bertemu seperti ini, ayo kita minum."Klang.Setelah mengatakan itu, keduanya bersulang dan menelan kembali kekhawatiran masing-masing.Saat malam makin larut. Stendy yang sudah minum cukup banyak pun pandangannya mulai kabur. Sebaliknya, Paulus yang sudah minum banyak pun ekspresinya tetap terlihat sadar dan tang
"Apa? Pria berengsek ini begitu hebat? Datang ke bar untuk mabuk pun sampai bawa pengawal?" kata gadis itu."Mana tahu," jawab temannya.....Stendy sengaja meminta dua pengawal untuk mendekat. Setelah telinganya akhirnya tenang, dia kembali menuangkan segelas minuman untuk dirinya lagi. Namun, kali ini dia tidak minum dengan liar seperti semalam lagi, melainkan meminumnya perlahan-lahan dan ekspresinya datar. Pada saat itu, pandangannya tiba-tiba berhenti dan fokus pada tempat duduk yang tidak jauh darinya.Saat menyadari ada orang yang mengamatinya, Paulus melihat ke arah yang sama dan ternyata matanya bertemu dengan mata anaknya. Suasananya menjadi hening sejenak dan keduanya langsung mengalihkan pandangan mereka.Setelah berpikir sejenak, Stendy membawa botol minuman dan mendekati tempat duduk Paulus. Dia langsung duduk di samping ayahnya dan bertanya, "Wah, datang buat minum ya?"Paulus melihat ke sekeliling sekilas dan berkata, "Omong kosong."Jika datang ke bar bukan untuk minum