Pezina perempuan dan pezina laki-laki, deralah masing-masing dari keduanya seratus kali dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama (hukum) Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian: dan hendaklah pelaksanaan hukuman mereka disaksikan oleh sebagian orang-orang yang beriman
Pezina laki-laki tidak boleh menikah kecuali dengan pezina perempuan atau dengan perempuan musyrik dan pezina perempuan tidak boleh menikah kecuali dengan pezina laki-laki dan dengan laki-laki musyrik dan yang demikian itu diharamkan bagi orang-orang mukmin.
"Itulah keadilan Allah, Nak. Seorang laki-laki yang baik akan berjodoh dengan wanita yang baik pula. Seorang laki-laki yang jahat akan berjodoh dengan wanita yang jahat pula. Mama berpesan untukmu, Nak, jagalah diri dan kehormatan sebagai seorang muslimah, karena harta Mama yang paling berharga saat ini adalah dirimu, Nak." Naila membelai
"Emangnya kak Rahman bilang apa kepada Ibu?" tanya Naila. Wanita itu hampir selesai mengelap meja dan kursi. "Dia bilang kalau kamu tidak mau menjadi istri keduanya, maka dia akan menguncimu biar kamu tidak akan mendapat jodoh selamanya," ucap ibu Diana. Naila tersenyum. "Ibu tidak usah khawatir. Kalau memang nantinya Allah mentakdirkan Naila untuk kembali mendapatkan jodoh pasti Nai akan menikah. Tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang terjadi tanpa izin dari Allah. Kita tidak usah takut," hibur Naila. "Ibu hanya merasa khawatir, Nai. Apa lagi kamu sudah 9 tahun menjanda. Waktu yang terbilang lama. Ibu hanya khawatir dengan masa depanmu," tutur wanita itu. "Pikirkan semua itu, Nak," ucapnya. Sejak ibunya meninggal, ibu Diana bahkan sudah seperti Ibu bagi Naila dan seperti nenek bagi Nayra Hanya ibu Diana satu-satunya keluarganya yang tetap bersikap
Wanita berumur 35 tahunan itu menatap kosong ke langit-langit kamar. Tangannya masih memegang tespek yang memunculkan garis dua berwarna merah itu. "Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mungkin minta pertanggungjawaban dari bang Irwan, karena dia tak akan mungkin mau bertanggung jawab. Bang Ammad pun pasti juga tidak akan mungkin mau bertanggung jawab, karena memang bukan dia yang menabur benih," gumam Rosita. "Satu-satunya jalan untuk menyelamatkan nama baik dan keluargaku hanyalah dengan membuat Bang Ammad kembali denganku," katanya dalam hati, "tapi bagaimana caranya ya?" Suaminya itu sudah terlanjur mengetahui perselingkuhannya dengan Irwan. Ammad sudah membuangnya dengan menyuruhnya pulang kepada kedua orang tuanya. Dia mengenali karakter suaminya. Laki-laki itu memiliki hati yang lembut, tetapi sekali disakiti, dia tidak akan mau memaafkan dengan mudah Aahhhh... Kenapa demikian sial nasibnya? ❣️❣️❣️ Seminggu kemu
Rosita menghempaskan tubuhnya di ranjang. Dia menghela napas panjang. Hari ini begitu melelahkan buatnya. Bersikap merendahkan harga dirinya untuk memohon belas kasihan suaminya, agar laki-laki itu mau kembali lagi kepadanya. Kalau bukan karena janin yang tumbuh di rahimnya dan nama baik keluarga besarnya, rasanya Rosita enggan melakukan hal itu. Dia benar-benar takut dengan keluarganya. Dia merasa dunianya akan segera runtuh kalau keluarga besarnya mengetahui kalau dia hamil dari laki-laki selingkuhannya. "Apa yang harus aku lakukan?" gumamnya. "Apakah aku harus meneror wanita itu secara terus-menerus, agar dia mau melepaskan Bang Ammad?" tiba-tiba Dia teringat kembali sosok wanita yang menjadi wallpaper di ponsel suaminya. "Ya, siapa tahu saja kalau wanita itu yang meminta Bang Ammad untuk kembali kepadaku maka hati laki-laki itu akan luluh," gumamnya. Wanita berumur 35 tahunan itu mengeluarkan ponsel dari dalam tas branded miliknya. Dia seg
"Sebenarnya aku sudah sering menghubungi wanita itu. Aku sudah maki-maki dia, tapi dia selalu menyangkal, kalau dia memiliki hubungan dengan bang Ammad. Dia selalu bilang kalau bang Ammad adalah sahabat dan saudaranya," ucap Elfira. "Terlepas apapun bentuk hubungan mereka, nyatanya Bang Ammad tak pernah bisa melupakannya, bahkan sampai sekarang." Rosita tersenyum kecut "Aku sendiri tidak tahu apa kelebihan wanita itu, sampai Bang Ammad tak bisa melupakannya. Padahal jelas-jelas aku lebih cantik dan sudah memberinya tiga anak," ujar Rosita. "Aku juga heran Ros. Dasar wanita murahan. Suami orang dia ambil juga. Tidak mikir apa dia, kalau laki-laki itu sudah memiliki istri dan anak ...!" Sumpah serapah Elfira. Rosita menghela nafas panjang. "Ini bukan saatnya untuk memaki-maki dia, El, karena kurasa kita harus berteman dengan dia." Rosita menghela nafasnya. "Maksudmu?" Elfira mengerutkan keningnya. "Iya benar. Aku rasa
"Kalau pengaruh dari air itu hilang, dia akan membencimu setengah mati," jelas Paman Sahran. "Rahman tidak peduli, Paman. Yang penting Rahman bisa memiliki Naila secepatnya." Rahman kembali bersuara. Laki-laki tua itu memandang laki-laki muda yang masih merupakan keponakan jauhnya itu lekat-lekat. Dia hapal betul dengan sifat Rahman. Jikalau anak itu memiliki keinginan, dia tak akan puas sampai keinginannya itu terwujud. "Ingat, Man. Ilmu yang Paman miliki tidak bisa dipakai untuk melakukan kejahatan. Jadi kalau kau memang berniat ingin menikahi wanita itu, Paman bisa memberikannya, tapi jika kamu hanya ingin mempermainkan wanita itu, Paman menolak. Resikonya besar, Nak, ucap laki-laki tua itu. "Rahman ingin menikahi wanita itu. Paman jangan khawatir. Kalau wanita itu sampai bisa menjadi istri keduanya Rahman, Paman akan Rahman kasih hadiah deh." Rahman merayu pamannya. "Kau terlalu berambisi, Man," sahutnya. "Rahman selalu
"Bukannya aku yang pelit, tapi kamu yang matre!" balas Rahman. Ia mendengus kesal. "Jangan gitu dong, Kak. Masa sama sepupu sendiri pelitnya Masya Allah," gerutu Syifa. "Bukannya begitu, Syifa. Tunjukkan dulu kepada Kakak, kalau kamu sudah berhasil melaksanakan tugasmu. Jangan khawatir, kalau Kakak nanti jadian sama Naila, kamu pasti akan mendapat hadiah," janji Rahman. Laki-laki itu tersenyum tipis. "Bener ya, Kak?" "Iya, Syifa. Kamu jangan khawatir. Ada deh ...." kata Rahman. Dia mengedipkan matanya. Sementara wanita itu menerima botol pemberian Rahman dengan wajah cemberut. "Awas ya, kalau ingkar janji," ancam Syifa. Ia menunjuk botol air di dalam genggamannya. Rahman hanya tersenyum simpul. ❣️❣️❣️ Malam semakin larut. Suasana hening. Hanya suara jangkrik dan binatang malam yang bersahutan menambah aroma pekat malam.
[Kenapa waktu itu kamu begitu perhatian dengan bang Ammad? Kenapa kalian begitu dekat? Laki-laki itu kalau diberi ikan goreng yang sedap di restoran, pasti dia akan memakan, karena pastinya dia sudah bosan dengan ikan asin di rumah!] Elfira membalas chat Naila. [Seharusnya kamu bisa kan, tidak melayani perhatian dari bang Ammad? Kamu bisa kan, menjauhi laki-laki itu? Apalagi dia statusnya adalah suami orang ...!] [Ini tidak! Kalian bertahun-tahun menjalin kedekatan dan laki-laki manapun pasti tidak akan bisa melupakan kedekatan seperti itu, Naila!] Elfira mencecar Naila dengan beragam pernyataan yang menyudutkan. Naila menelan ludahnya, ketika dirasakannya mendadak lidahnya terasa kelu. [Lalu sekarang, apa mau Kakak? Apakah Kakak berpikir, dengan menghina dan memaki-maki saya habis-habisan bisa mengembalikan keutuhan rumah tangga saudara Kakak?] balas Naila. [Saya sudah menjelaskan apa yang bisa saya jelaskan, dan sekali lagi saya tegask
Naila menepuk jidatnya. Pertanyaan putrinya bukanlah main-main. Cara berpikir gadis kecilnya itu bahkan melebihi usianya yang baru 9 tahun. Dia menghela nafas panjang. "Ini setahu Mama ya. Menurut pendapat para ulama, aurat seorang wanita adalah seluruh tubuhnya. Bahkan ada yang mengatakan bahwa suara wanita itu pun juga termasuk aurat." "Kenapa kita tidak menutup seluruh tubuh kita, Mama? Kan wajah dan tangan kita tidak tertutup? berarti kita salah dong?" protes gadis kecil itu. Nah, tuh kan? "Sayang, ada pendapat ulama yang mengatakan kalau aurat wanita itu adalah seluruh tubuhnya kecuali muka dan tangan seperti saat kita melakukan shalat. Nah pendapat ulama itulah yang kita ikuti sekarang ini," jawab Naila sembari tersenyum. Dia memang harus ekstra sabar dalam menghadapi putri kecilnya yang sebenarnya sangat cerdas ini. Dia tidak akan pernah berhenti bertanya sebelum puas dengan jawaban yang diberikan oleh ibunya. Nail