***
Fitnah adalah drama kebencian dari jiwa-jiwa kelam yang iri dengan kebahagian yang kita dapatkan.Ketika segelintir gosip kejam dari mulut ataupun dari media lain yang dikirim seseorang mewarnai namaku lalu kamu mempercayainya begitu saja, hanya ada dua kemungkinan. Kamu tidak mengenal aku dengan baik. Atau, kamu tidak mengenal orang yang mengatakan itu dengan baik.(Afikah~ Takdir Cinta)***Satu bulan setelah resepsi pernikahan. Rayyan masih menunda bulan madu mereka karena dirinya begitu disibukkan dengan seminar yang diadakan rumah sakit milik keluarganya di seluruh rumah sakit cabang milik keluarga Adinata di kota-kota besar lainnya. Kebetulan Rayyan sebagai moderator dari seminar itu. Ia meminta maaf pada Afikah karena tidak ada waktu untuk istrinya, dirinya harus sering keluar kota untuk memimpin seminar itu. Afikah sangat mendukung Rayyan dan tidak mempermasalahkan hal itu. Afikah sangat mengerti Rayyan melakukan itu karena tuntutan pekerjaan.
"Maaf ya, Sayang. Bulan madu kita harus ketunda terus, karena aktifitasku ini, maaf ya," ucapnya. Saat ini Afikah sedang mengemasi pakaian Rayyan yang akan berangkat ke Surabaya. "Iya, Mas. Aku nggak apa kok, aku akan selalu mendukungmu selama kamu benar," ucapnya."Surabaya kota terakhir kok, habis ini kita akan bulan madu, sekalian kamu juga libur semester 'kan?" ungkapnya yang diangguki Afikah."Iya, Mas. Aku akan selalu menunggumu.""Tidak seperti biasanya aku di Surabaya tiga hari, kamu nggak apa kan? Biasanya 'kan hanya dua hari, aku merasa makin nggak enak sama kamu, Sayang, karena sering ninggalin kamu," ucapnya. "Nggak apa, Mas. Yang penting Mas harus bisa jaga ini untukku," ucapnya sambil menunjuk dada Rayyan. "Pastinya, Sayang.""Kalau kamu kesepian kamu bisa ngajak Renata ngemall atau kemana gitu!""Aku nggak kesepian kok, Mas. Renata kan sedang ujian, aku nggak mau menganggu dia yang fokus sama ujiannya. Ada Nasywa juga Ridho kok yang selalu nemenin aku juga," ungkapnya. "Ya sudah kalau gitu, jaga jarak ya sama Ridho, Jujur mas tidak suka, Sayang," ucapnya. Afikah tersenyum dan mengangguk. Pagi ini Afikah pergi ke bandara untuk mengantar sang suami, mereka diantar pak Wahyu, supir keluarga Adinata.Sepulang dari mengantar Rayyan dari bandara, ponsel Afikah berbunyi ada panggilan masuk dari Ridho. [Assalamu'alaikum, Iya Dho ada apa?][Wa'alaikumussalam, Fik .Tolong aku, badanku sakit, meriang dan panas dingin, boleh 'kan aku minta tolong?][Minta tolong apa, Dho?][Aku belum sarapan sejak tadi, tolong beliin aku bubur ayam yang ada di depan kampusmu] [Ok, aku ajak Nasywa sekalian ya][Jangan, tadi aku sudah menghubungi Nasywa, dirinya sedang sibuk packing pakaiannya, tiga hari lagi ia 'kan berangkat, sama sepertiku][Baiklah aku akan ke rumahmu][Aku ada di apartemenku, kamu nggak usah ke rumah ya, lagian di rumah tidak ada siapa-siapa, lagian kalau mama dan papa tidak di rumah aku 'kan lebih senang tinggal di apartemen][Oke]Sebelum Afikah mengucapkan salam Ridho sudah memutuskan sambungan telponnya."Pak, kita mampir dulu ya untuk beli bubur ayam depan kampusku, temanku minta tolong untuk dibeliin bubur itu, dia sedang sakit" ucapnya. "Iya, Non."Kedai bubur itu terlihat ramai, Afikah terpaksa harus sabar mengantri. Saat Afikah sedang mengantri pak Wahyu mendapat telpon dari Vika. Yang menyuruh pak Wahyu untuk segera pulang, karena Vika minta antar ke pengajian. Kebetulan Amirah tidak bisa mengantarnya karena pergi ke yayasan. "Non, bapak disuruh nyonya untuk mengantarnya ke pengajian, apa Non Afikah masih lama?""Iya, Pak. Sepertinya sedikit lama, saya bisa naik taksi kok, Pak." "Non Afikah beneran nggak apa-apa saya tinggal?" tanya pak Wahyu merasa tidak enak. "Nggak apa kok, Pak. Lagian nanti oma bisa marah besar kalau bapak tidak mengantarnya, ini masih antri belum nanti antar ke tempat teman saya, pasti sangat lama. Saya bisa naik taksi, bapak nggak usah khawatir," ucapnya. "Baiklah, bapak tinggal ya, Non," pamitnya. Afikah tersenyum dan mengangguk. Afikah sudah mendapatkan taksi setelah sedikit lama mengantri tadi. Afikah segera menyuruh supir taksi mengantarnya menuju ke apartemen Ridho.Afikah sudah sampai di apartemen Ridho. Afikah sudah sering datang ke sini saat sekolah dulu, mengerjakan PR bersama teman-temannya yang lain, termasuk Nasywa.Afikah menekan bel yang ada di samping pintu apartemen Ridho berulang kali ia menekannya sampai lama dirinya berdiri. Hingga pintu itu dibuka. Afikah berdiri di depan pintu itu. Dirinya merasa risih karena Ridho hanya bertelanjang dada. Afikah menyerahkan bungkusan berisi bubur ayam pada Ridho, tapi Ridho menolaknya."Masuklah dulu! Please ... Tolong temani aku makan! Kepalaku sedikit pusing," ucapnya dengan muka dibuat semelas mungkin. "Ta-tapi aku nggak bisa Dho, di apartemen hanya ada kamu, kalau ada Nasywa juga aku nggak masalah, aku wanita yang sudah bersuami takut timbul fitnah kalau kita hanya berdua berada di apartemen," tolak Afikah."Ayo lah, Fik! Sekali ini saja, setelah ini aku sudah balik ke Australia nggak akan merepotkan kamu lagi. Please ...," bujuknya.Antara ragu dan tidak Afikah akhirnya menuruti kemauan sahabatnya itu. "Baiklah, tapi hanya sebentar, setelah kamu selesai makan aku akan segera pulang," ucapnya.Ridho mengangguk.Sebelum dirinya masuk, Afikah menelpon Rayyan dulu untuk megabari suaminya, sekalian minta izin kalau dirinya saat ini berada di apartemen Ridho untuk menjenguk sahabatnya itu, namun sayang telpon Rayyan sudah tidak aktif. Dengan ragu Afikah masuk ke apartemen itu. "Minum dulu, Fik. Aku sudah buatin kamu minum," ucap Ridho. "Makasih, kamu kan sakit! Seharusnya nggak usah repot, nanti kalau aku haus bisa minta izin ambil sendiri," ucapnya. "Nggak apa, udah terlanjur dibuatkan.""Ini buburnya, dimakan dulu!" ucapnya sambil menyodorkan bubur itu pada Ridho. "Makasih ya.""Iya."Ridho terlihat memakan bubur itu dengan lahapnya. Tanpa ras curiga Afikah meminum minuman yang dibuatkan Ridho.Ridho hanya melirik Afikah yang sedang minum dengan senyum memyeringai.Tidak butuh waktu lama setelah Afikah meminum minuman itu kepalanya sedikit pusing dan rasa kantuknya tidak bisa dirinya tahan. Afikah berulang kali mengucek matanya untuk mengusir rasa kantuknya. Afikah segera berdiri dan pamit pulang pada Ridho, sebelum ia melangkah tubuhnya langsung tumbang, namun dengan sigap Ridho menahan tubuh Afikah. Ridho segera menggendong tubuh Afikah ke dalam kamarnya. Di dalam kamar itu sudah ada Anin yang menunggu mereka. Mereka tertawa bersama. Menertawakan kepolosan Afikah. Ridho begitu tega mengkhianati persahabatannya dengan Afikah karena terpengaruh kebusukan sepupunya. "Sip, kerja yang bagus, Dho, aku bahagia banget," ujarnya sambil tersenyum memyeringai. "Beres, Kak." Ridho mengacungkan jempolnya pada Anin."Selanjutnya kak Anin maunya gimana?""Aku akan melepas hijab Afikah dulu dan membuka sedikit kancing bajunya dan menutupinya dengan selimut seolah dirinya sedang tidak memakai pakaian," ucap Anin."Kak Anin yakin ...?""Iya dong," ujarnya sambil menjalankan rencananya. Ridho membuang pandangannya saat Anin membuka kancing bagian atas gamis Afikah. Ada perasaan bersalah di hatinya untuk Afikah, namun cinta dan kecemburuan sudah mendomisili hatinya sehingga dirinya mampu berbuat apapun tanpa dipikir panjang, dirinya tidak menyadari hal ini akan menghancurkan kehidupan Afikah. Yang Ridho tau, dirinya hanya ingin mendapatkan Afikah dengan cara memisahkannya dengan Rayyan. Begitu juga Anin, melakukan berbagai cara untuk memisahkan Afikah dan Rayyan. Dirinya tidak rela Rayyan dimiliki wanita lain, apalagi wanita itu sekelas Afikah."Beres ... Sekarang kamu ikut tidur di sampingnya!" pintanya. "Tapi, Kak ... Aku nggak bisa, otomatis kulit kami bersentuhan. Aku nggak mau, Kak. Dengan melakukan ini aku sudah berbuat sangat jahat pada Afikah dan aku tidak ingin lagi menambah dosaku," ujarnya."Sudah nanggung, Dho. Ayo lah! Apa kamu mau kalau aku nyuruh laki-laki lain dan malah menggerayangi tubuh Afikah?" ancamnya.Mendengar ancaman itu, Ridho langsung tak berkutik. Ridho segera melakukan apa yang disuruh Anin. Ridho tidur di samping Afikah dengan tanpa menggunakan atasan dan menyelimuti tubuhnya dengan satu selimut bersama Afikah.Anin langsung menjalankan aksinya. Memotret Afikah dan Ridho. Seolah-olah mereka telah melakukan hal yang dilarang agama yaitu berzina. Setelah puas dengan hasil jepretannya. Anin segera merapikan kembali kancing gamis juga memakaikan hijab Afikah. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa pada Afikah. Dosis yang lumayan tinggi pada obat tidur yang Anin berikan pada Afikah membuat Afikah tidur sangat nyenyak hingga pukul 8 malam, Afikah baru bangun dari tidurnya. Afikah kaget saat ini tidur di kamar Ridho. Afikah segera bangun dan mencari keberadaan Ridho. Namun Afikah tidak menemukan sahabatnya itu. Afikah hanya menemukan sebuah note yang berisi tulisan Ridho. Afikah langsung membacanya. "Maaf, Fik. Hari ini aku langsung kembali ke Australia dengan menggunakan penerbangan sore ini juga. Mamaku menyuruhku kembali hari ini karena tanteku mengadakan pesta. Kamu tidur nyenyak sekali. Aku tidak ingin menggangu tidurmu. Kamu bisa titipkan kunci apartemenku pada pihak pengelola. Terima kasih buburnya tadi pagi."Setelah membaca note itu, Afikah segera melangkah keluar dari apartemen itu. Sebenarnya dirinya bingung dan heran kenapa bisa tidur selama itu, apalagi di apartemen milik orang lain. Afikah mencoba berpikiran positif pada Ridho tanpa mencurigai sahabatnya itu, dirinya bangun juga dalam keadaan utuh masih lengkap pakaiannya.Sesampainya di Lombok, mereka langsung di jemput oleh pihak resort yang mereka sewa karena itu semua sudah bagian dari paket bulan madu yang mereka ambil.Sesampainya di resort, mereka segera di tunjukkan kamar mereka. Renata langsung berlari menuju balkon. Ia menatap indahnya pantai di balkon resort yang mereka tempati. Arka memeluk tubuh Renata dari belakang, membuat wanita cantik itu terkejut.“Bagaimana, suka?” tanyanya sambilencium leher Renata.“Iya, suka,” jawabnya.Arka langsung mencium bibir Renata dan Renata pun membalasnya. Ciuman itu semakin dalam membuat Renata mendesah. Arka semakin tertantang, jemarinya sudah menyusuri setiap inci tubuh Renata. Renata pasrah, wanita cantik itu menikmati setiap sentuhan sang suami. Detik berikutnya, Arka menggendong tubuh Renata dan membawanya ke dalam. Pengacara tampan itu membaringkan tubuh sang istri dan kembali melakukan aksinya. Renata dan Arka saling menikmati, mereka kembali menyatu dalam ikatan suci pernikahan.Hari-hari mereka
Pukul 07.30 Renata dan Arka sudah sampai di tempat acara. Sebelumnya, mereka akan di rias terlebih dulu di ruang yang berbeda.Rayyan dan Afikah beserta kedua buah hatinya sudah sampai lebih dulu karena ini adalah bagian dari tugasnya.“Gimana rasanya malam pertama?” bisik Rayyan menggoda Arka yang sedang berada di ruangan yang berbeda dengan Renata. Kebetulan di sana hanya ada mereka berdua, sehingga Rayyan merasa mempunyai banyak kesempatan untuk menggoda Arka. Pengacara tampan itu hanya mencebik menanggapi godaan sang kakak ipar.“Enak enggak? Jangan bilang kalau kalian belum melakukannya. Dilihat dari tampangmu itu kamu terlihat liar dan enggak sabaran?” cibir Rayyan semakin suka menggoda. Apalagi melihat ekspresi yang ditunjukkan Arka padanya, seolah pengacara tampan itu ingin memakannya.“Emang gimana tampang aku, Kak?” Akhirnya Arka buka suara.“Tampang-tampang liar di ranjang. Awas aja kalau adikku kesakitan,” godanya sekaligus sedikit memberi ancaman.“Sakit-sakit nikmat, Kak
Renata tersenyum samar melihat ekspresi Arka saat ia mengatakan dipingit, tetapi ia tidak bisa melakukan apa-apa. Memang itu yang dikatakan sang bunda dua hari yang lalu dan ia belum sempat mengatakannya pada Arka.“Pokoknya aku akan protes sama mereka semua. Aku enggak mau ada proses pingit. Aku tidak bisa tidak melihatmu barang sedetik saja, Ren. Lha, ini malah seminggu. Mereka sama saja membunuh semangat hidupku. Apalagi dalam minggu ini aku harus bolak-balik ke pengadilan untuk menangani beberapa kasus klienku. Aku enggak akan semangat bila tidak melihatmu,” ucapnya lirih. Ada perasaan takut, kecewa, dan marah. Ia tidak mau hal itu benar-benar terjadi.“Aku sendiri tidak bisa berbuat apa-apa, Bang. Itu sudah keputusan mereka. Aku mah nurut aja,” balas Renata.“Nurut kalau tidak dipertemukan aku? Apa kamu sanggup, Ren? Aku jujur enggak sanggup,” ujarnya lirih dengan tatapan menelisik menghadap Renata.“Iya, aku tahu itu. Aku enggak akan sanggup juga, tapi aku harus bagaimana?” jawa
Satu minggu berlalu. Saat ini Renata sedang dirias di salah satu kamar di hotel bintang tujuh milik keluarga Adinata.Hari ini adakah hari pertunangan Renata dan Arka. Rayyan sengaja membuat pesta pertunangan ini dengan mewah. Awalnya Renata dan Arka menolak dengan alasan ingin bertunangan secara sederhana dan dihadiri keluarga inti saja, tetapi Rayyan sedikit memaksa sehingga mau tak mau mereka menurutinya.Acara terlaksana dengan lancar. Bukan hanya keluarga inti. Namun, juga beberapa staf rumah sakit dan kolega dari perusahaan Adinata. Devan dan Vika yang sibuk mengurus perusahaan di Singapura bersama Niken pun harus pulang ke Indonesia. Mereka berkumpul di acara itu.Upacara penyematan cincin pertunangan terlaksana, hingga acara terakhir yaitu doa bersama menurut kepercayaan masing-masing yang dipimpin Abah Syaifuddin karena tamu undangan bukan berasal dari agama Islam semua. Setelahnya acara dilanjutkan dengan ramah tamah. Semua tamu undangan berangsur pulang setelah acara ramah
Desy dan Ratna dengan cepat mengulurkan tangan pada Renata sambil tersenyum manis. Membuat Renata merasa canggung. Namun, ia pun segera membalas uluran tangan itu.“Ini, ya yang namanya Renata? Ternyata benar apa yang dikatakan Arka, kamu cantik banget pantas adik kami klepek-klepek sama kamu, bucin lagi,” ucap Desy antusias, membuat Renata mengernyit heran ke arah Arka yang hanya bisa garuk tengkuk.“Arka sudah banyak cerita tentang kami pada kami. Ternyata tipe Arka the best juga, dari segi fisiknya dapat semua, good looking.” Ratna ikut menimpali dengan memuji. Renata makin canggung, gadis cantik itu serba salah. “O iya, kenalkan, kami ini kakak sepupunya Arka yang tinggal di Kanada. Kebetulan Pak Nugraha adalah teman bisnis papa kami. Sehingga kami sekalian pulang kampung saat dapat undangan ini,” ucap Desy menjelaskan. Wajah cantik yang awalnya canggung, cemburu, kesal, dan keheranan pun terlihat lega.Renata mengembuskan napasnya perlahan, ia harus menjaga hatinya supaya tak t
Minggu ini Amirah, Afikah, dan Renata disibukkan dengan persiapan acara pernikahan Alika, putri Abizar dan Devina.Mereka harus bolak-balik datang ke rumah Ambar karena Devina meminta mereka membantu sampai tuntas acara pernikahan sang putri.Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Hari Pernikahan Alika dan Aiman. Renata sengaja tidur di sana karena Alika memintanya untuk menemani gadis itu.Pagi ini Alika dirias oleh MUA langganan Devina. Gadis cantik itu sudah bersiap sejak selesai salat Subuh. Renata masih setia menemani dan menenangkan Alika. Gadis cantik putri Abizar adik seayah dengan Rayyan yang sudah Renata anggap adiknya juga. Ya, sebelum menikah dengan Kenzo, Amirah pernah menikah dengan Abizar sahabat Kenzo. Kisah masa lalu yang sangat kelam dan penuh air mata dilalui Amirah, hingga Abizar sadar telah mencampakkan berlian seperti Amirah. Abizar pun bertaubat dan memilih meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan studinya di Kanada. Di sana Abizar yang sudah berubah menjadi baik p
Allah selalu memberikan senyum di balik kesedihan. Allah selalu memberikan harapan di balik keputusasaan. Mencintaimu dengan sungguh-sungguh memberikan kebahagiaan di hatiku. Namun mencintai karena Allah kita mendapat nilai ibadah dan kebahagiaan yang lebih. Maka cintai aku karena Allah.(Aiman – Sang Penjaga Hati)***Devina dan Abizar membawa sang putri pulang, setelah gadis cantik itu sedikit tenang. “Nak Aiman, Ayah percaya padamu. Seperti yang kamu mau kami akan menerima keputusan itu dan menunggumu datang untuk Alika,” ucap Abizar sebelum keluar dari restoran.“Iya, Ayah. Aku berjanji, insya Allah tidak akan merusak kepercayaan kalian semua,” ucapnya sopan.***“Sayang, ayo sarapan dulu!” teriak Devina memanggil sang putri sambil mengetuk pintu.“Aku enggak lapar, Ma.”“Sayang, jangan seperti ini nanti kamu sakit. Ayo buka pintunya!” bujuk Devina sambil terus mengetuk.“Ma, biarkan Alika sendiri. Alika mau nenangin diri!” ucap Alika berteriak.“Sayang, Mama enggak mau kamu sa
Jika kita mengharap kebahagiaan atas apa yang tengah diperjuangkan, maka teruslah berusaha bersabar dan berusaha.(Aiman – Sang Penjaga Hati)Dua tahun lebih tiga bulan sudah Aiman dan Alika terpisahkan oleh jarak. Namun, jarak yang memisahkan tidak membuat hubungan mereka renggang. Bahkan hubungan Alika dan Aiman malah semakin dekat.Setiap hari hampir tak terlewatkan Aiman menghubungi Alika. Kalau pun bukan Aiman yang menghubungi dulu, Alika yang akan menghubungi pemuda tampan itu.Setelah pamit pada Gus Arsya, Aiman mengambil barang-barangnya yang ada di kantor Madrasah Diniyah. Suka duka ia rasakan selama dua tahun ini bersama para santri tahfiz. Bahagia ia rasakan karena bisa mengamalkan ilmunya untuk para penghafal Alquran yang ada di pesantren itu.Setelah pamit pada Ustaz dan Ustazah juga para santri-santrinya dengan penuh keharuan, ia pun pulang ke rumah sang kakek untuk mengambil barang-barangnya yang sudah ia siapkan.“Kek, Nek. Aku kembali ke Jakarta hari ini juga. Kakek d
***Cinta tidak hanya membutuhkan tuntutan dan harapan. Namun cukup dengan ketulusan dan kepercayaan. Sedangkan janji membuat hubunganmu lebih kuat. Karena akan menunjukkan seberapa banyak yang dapat kamu lakukan untuk cintamu.(Aiman – Sang Penjaga Hati)Alika masih terdiam. Ia berusaha meredam gejolak di hatinya. Mendengar gombalan yang baru saja Aiman lontarkan. Ia tidak menyangka Aiman bisa melakukan itu. Jujur hati siapa yang tidak berbunga, diperlakukan istimewa dengan kata manis oleh laki-laki pujaan hatinya yang sangat ia cintai.“Alika Putri Abizar Alfatikh, kok malah diem sih? Asal kamu tahu, aku enggak perlu diminta oleh Ayah atau pun Bunda untuk membujuk permaisuri hatiku. Calon makmumku,” ucapnya sambil melihat wajah Alika yang semakin merona menahan gejolak.“Ka-kalau Kakak hanya berniat menjatuhkanku, enggak usah melambungkan hatiku. Kakak tahu ‘kan jatuh itu sakit?” ujarnya sambil menunduk.“Aku enggak melambungkanmu. Karena aku mengatakan ini sesuai dengan isi hati