Sena melajukan mobilnya dengan kecepatan yang sedang dan hanya membutuhkan waktu selama lima belas menit untuk sampai di rumah Bu Dila. Sena menghentikan mobilnya di gerbang rumah untuk meminta ijin ke pada Satpam agar di ijinkan masuk.
“Hallo pak Satpam, boleh saya masuk?” tanya Sena dengan senyum manisnya.
“Eh mbak Sena, boleh dong. Sebentar saya buka dulu gerbangnya,” sahut pak Satpam yang bernama pak Rudi dengan sedikit berlari kecil untuk membuka gerbang tersebut.
“Oke pak, terima kasih,” ucap Sena kembali melajukan mobilnya setelah gerbang tersebut di buka.
Sena memhentikan mobilnya lalu memakirkan di tempat parkir untuk tamu. Sena mengambil kue di samping kemudi, lantas dia membuka pintu mobilnya lalu turun dan berjalan menuju pintu rumah tersebut. Wanita berparas cantik itu menghentikan langkahnya ketika melihat anak bosnya Chika sedang mengomel sendiri di ruang tamu.
“Assalamualaikum,” ucap Sena sebelum melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah tersebut.
“Eh waalaikumsalam,” sahut Chika yang terkejut karena kedatangan tamu di rumah nya.
“Hey Chika, apa kabar?” tanya Sena tersenyum manis melihat terkejut nya Chika.
“Hey juga kak Sena. Kabar aku baik, kak Sena apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu,” sahut Chika antusias lalu menghampiri dan memeluk Sena.
“Alhamdulilah kakak juga baik dek. Apakah kamu ada masalah, mengapa marah-marah?” tanya Sena yang penasaran dengan Chika.
“Ah bukan masalah besar kak. Hanya saja aku merasa sebal dengan kak Gavin,” jawab Chika sambil memasang wajah cemberut.
“Kak Gavin?” tanya Sena lagi karena tidak tahu siapa itu Gavin. Selama Sena berkunjung ke rumah tersebut, tidak pernah bertemu dan Bu Dila tidak pernah cerita tentang anak laki-laki nya itu.
“Iya kak Gavin, anak Mama yang cowok kak. Yang sekarang menjadi Tentara,” jelas Chika lalu melepaskan pelukan pada Sena.
“Yang baru saja pulang dari tugas di Lebanon itu bukan dek?” tanya Sena memastikan kebenaran tentang Gavin.
“Betul itu kak,” ucap Chika sambil menunjukkan ibu jari nya.
“Ini kakak bawa kue pesanan Bu Dila untukkKakak kamu dek,” ujar Sena sambil memperlihatkan paper bag berisi kue pesanan bos nya.
“Wah kebetulan sekali kak, aku juga laper,” sambung Chika sambil memegang perut nya.
“Nanti di makan bareng-bareng ya kek. Kakak mau antar kue ini ke dapur dulu,” pamit Sena untuk meletakkan kue ke dapur.
“Oke kak,” balas Chika tersenyum senang.
Selang beberapa detik kepergian Sena, terdengar suara langkah kaki seseorang sedang berlari. Langkah kaki itu semakin dekat dengan suara teriakan wanita yang memanggil nama Kakaknya.
“Gavinn.” Teriak wanita itu.
Suara wanita itu tidak asing di telinga Chika. Chika sangat ingat siapa pemilik suara tersebut, Chika menunggu datangnya wanita itu ke dalam rumahnya. Setelah wanita itu datang dan Chika melihat nya, dugaan Chika memang benar adanya. Wanita itu adalah Kinar, mantan kakaknya yang belum lama ini di putuskan oleh Gavin.
“Bisa kah kamu bertamu di rumah orang menjaga sopan santun?” ujar Chika sambil menatapnya sinis.
“Gavin di mana Chika? Aku ingin bicara,” dengan nafas yang terengah-engah, Kinar berbalik tanya ke pada Chika tanpa menggubris pertanyaannya.
“Urusan kamu dengan kak Gavin sudah selesai. Tidak perlu kamu mencari kak Gavin, toh kak Gavin tidak ingin bertemu dengan mu lagi,” ucap Chika sedikit penekanan karena sikap Kinar yang tidak sopan.
“Tidak Chika, aku dan Gavin perlu bicara. Aku perlu meluruskan, ini hanya kesalah pahaman saja,” Kinar terus memohon agar Chika memberi tahu di mana keberadaan Gavin.
“Apakah kamu tidak mendengar yang aku katakan. Kak Gavin tidak ingin bertemu dengan mu, lebih baik kamu pulang sekarang!” usir Chika yang mulai geram dengan Kinar.
“Berani sekali kamu bilang seperti itu sama calon Ipar sendiri,” sambung Kinar dengan wajah yang memelas untuk mendapatkan simpati Chika.
“Aku tidak sudi memiliki Ipar seperti kamu. Sekali lagi aku bilang kamu pergi!” usir Chika lagi karena sudah muak dengan wajah memelas itu.
“Gavinnn,”
Kinar tidak peduli dengan omongan Chika, ia lantas berteriak kembali memanggil nama Gavin agar pria tampan itu keluar dan mendengarkan penjelasannya.
“Kamu memang wanita tuli dan tidak punya sopan santun!” geram Chika karena kelakuan Kinar yang semakin menjadi-jadi.
Keduanya saling beradu mulut, suara ribut itu terdengar hingga kamar Gavin. Mendengar suara ribut yang tak kunjung berhenti, akhirnya Gavin keluar kamar karena merasa terganggu.
“Mengapa ada keributan di rumah ini!” ucap Gavin yang tampak terlihat menahan amarah.
Melihat Gavin menampakkan batang hidung nya, Kinar langsung saja menghampiri Gavin. Wajah memelas dan menangis ia tunjukkan agar Gavin bersimpati dan memaafkan dirinya. Senjata itu selalu berhasil saat ia tunjukkan pada Gavin ketika ia sedang marah padanya. Gavin selalu tidak tega jika melihat Kinar menangis.
“Gavin tolong maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk selingkuh. Aku terpaksa melakukan itu karena aku di ancam oleh Danis,” ucap Kinar bersimpuh di hadapan Gavin sambil menangis.
Melihat adegan di depan mata nya yang penuh dengan drama, membuat Chika jengah dan dia hanya diam menyaksikan kisah percintaan Kakaknya itu.
“Di ancam bagaimana Kinar?” tanya Gavin yang sedikit cemas.
“Usahaku kali ini seperti nya akan berhasil. Lihatlah Gavin cemas ketika aku mengatakan jika di ancam oleh Danis,” batin Kinar yang merasa yakin jika Gavin akan memaafkannya.
Tidak lama kemudian mereka telah sampai di lataran makam. Gavin memakirkan mobilnya lalu mengambil bunga di kursi belakang yang sebelumnya mereka beli saat di perjalanan. Mereka pun turun dan berjalan menuju makam keluarga Sena. Sesampainya di gerbang makam, langkah Sena terhenti dan mendekat pada Gavin lalu menggengam lengan Gavin dengan erat.Dengan spontan Gavin melihat ke arah Sena karena genggaman itu semakin erat. Wajah Sena terlihat ketakutan dengan sorot matanya yang tidak lepas dari satu titik. Gavin yang penasaran pun melihat ke arah Sena tuju. Dalam penglihatan Gavin, ada seorang laki-laki yang duduk di sebuah makam sambil tertunduk.“Sena, apakah ada sesuatu yang membuat kamu terganggu?” Gavin yang tidak mengerti dengan situasi itu akhirnya menanyakannya pada Sena.“Mas itu Bagas,” balas Sena terlihat panik dan mengeluarkan suara yang dapat di dengar oleh Bagas. Melihat Bagas, Sena merasa trauma dan takut jika Bagas akan menculiknya lagi.“Apa kamu tidak salah lihat?” tany
“Mas, apakah perkataanku membuat kamu merajuk?” ujar Sena sambil berbalik mengusap pipi Gavin dengan lembut. Sena ingin malam itu adalah malam di mana mereka saling mengutarakan perasaan.Pertanyaan Sena sama sekali tidak di hiraukan oleh Gavin. Pria itu justru berbalik badan sehingga membelakangi Sena. Sena yang mengetahui situasi itu hanya tersenyum melihat kelakuan suaminya.“Mas, aku memang sempat ragu tentang pernikahan kita. Namun sikap yang selama ini kamu tunjukkan, membuat keraguanku semakin memudar dan aku sangat bersyukur Tuhan mengirimkan kamu untukku. Maaf jika kata-kataku tadi telah menyakiti hatimu,” tambah Sena mengatakan isi hatinya dengan tulus.“Aku percaya padamu mas. Berbalik badanlah, sikap kamu sangat lucu seperti anak kecil saja,” ujar Sena meledek Gavin sambil memberi sedikit sentuhan menggelitik di perutnya.“Apa yang kamu katakan itu tidak berbohong?” ujar Gavin yang belum mengubah posisi badannya. Gavin terlihat sedikit ragu dengan perkataan Sena,“Apakah k
Sudah beberapa tempat sudah Gavin telusuri namun tidak juga menemukan istrinya. Gavin sangat menyesal, Sena meninggalkan pesta pernikahan itu pasti semua itu karena ulahnya. Sembari Gavin berjalan untuk menemukan Sena, pria itu mengambil benda pipih disakunya. Gavin mencoba menghubungi ponsel Sena sambil pandangan matanya selalu awas.Sudah sekian kalinya Gavin menelfon Sena namun tidak kunjung diangkat. Gavin semakin khawatir dengan Sena karena belum juga mendapatkan kabar darinya. Gavin yang tidak ingin menyerah, terus mencoba menghubungi Sena.“Hallo,” akhirnya Sena mengangkat telfon Gavin. Terdengar suara lembut itu dari seberang telfon.“Sena, kamu dimana?” tanya Gavin yang masih cemas dengan Sena.“Aku dimobil mas sama papa dan mama,” jawab Sena.“Saya segera menyusul,” Gavin mematikan telefon dan berlari kecil untuk menyusul Sena. Gavin sudah tidak sabar untuk menjelaskan tentang kejadian dirinya bertemu dengan Kinar pada Sena. Chika yang sedari tadi mengikuti Gavin di belakang
Setelah beberapa langkah wanita itu membawa Gavin di tempat yang lebih sepi. Setelah mereka berhenti, wanita itu berbalik badan menghadap pada Gavin. Setelah Gavin benar-benar melihat dan memastikan bahwa wanita itu adalah Kinar, Gavin menepis tangannya yang masih di genggam oleh Kinar.“Gavin tolong dengarkan penjelasan aku, aku mohon,” ujar Kinar yang akhirnya mengeluarkan sepatah kata untuk berbicara dengan Gavin. Kinar kembali berusaha untuk menyakinkan Gavin untuk percaya padanya. Dan Kinar berusaha agar Gavin bersedia untuk kembali padanya.“Bicaralah,” beberapa kata Gavin menolak untuk bicara dengan Kinar pasti hasilnya akan tetap sama, Kinar pasti akan memaksanya untuk terus mendengarkan penjelasannya. Dengan sikap tenang dan santai Gavin mempersilahkan Kinar untuk membela diri.“Kamu tau Gavin, semenjak kita pisah aku sama sekali tidak semangat untuk menjalani kehidupan aku sehari-hari. Waktuku terasa hampa ketika kamu pergi menjauh dari hidup aku. Seandainya waktu itu kamu p
Hari semakin larut dan mereka sudah menyelesaikan makanan tanpa ada sisa. Kedua pasutri itu akhirnya pulang ke rumah. Dalam perjalanan, Gavin di temani oleh cerewetnya Sena. Istrinya banyak sekali bicara malam itu. Gavin sudah mulai terbiasa dengan ocehan istrinya tersebut dan Gavin mendengarkannya dengan senyum, menurutnya cerita Sena lucu. Namun tidak jarang Gavin juga bercerita tentang kehidupan masa lalunya pada Sena. Hubungan yang semakin membaik dan dekat setelah beberapa bulan mengenal.Kurang lebih setengah jam mereka telah sampai di kediaman keluarga Aditama. Gavin dan Sena saling membantu untuk menurunkan barang bawaan mereka. Kedatangan Gavin dan Sena di sambut hangat oleh keluarga Aditama. Kepergian singkat mereka ternyata membuat rumah itu menjadi sunyi. Mereka kehilangan sosok yang mampu membuat rumah itu banyak kegiatan.“Akhirnya anak mama pulang juga,” sambut bu Dila sambil memeluk Gavin dan Sena secara bergantian.“Apa terjadi macet, sampai kalian pulang larut malam
Sudah beberapa baju Sena coba saat itu. Kini badannya sudah mulai lelah. Dengan memasang wajah kasihan, Sena berusaha membujuk Gavin agar menyudahi menjajal baju lain.”Mas aku lelah. Tolong sudahi untuk mencoba baju lain,” ucap Sena berharap. Membeli baju baru memang menyenangkan namun jika terlalu banyak seperti yang Gavin tunjuk, membuat Sena tidak sanggup.“Baiklah,” ujar Gavin tidak tega melihat wajah Sena yang sudah terlihat lemas.“Mbak, saya akan membeli semua baju yang sudah di coba istri saya,” ucap Gavin pada pelayan itu. Dengan senyum ramah pelayan itu mengangguk lalu memberikan arahan untuk Gavin dan Sena menuju kasir.“Mas itu telalu banyak, pilih satu saja,” tolak Sena. Dalam keadaan yang sudah lelah Sena masih saja berdebat dengan keinginan Gavin untuk membelikan sejumlah baju dan tas. “Tidak mengapa, kamu sudah menjadi bagian hidup saya jadi sudah kewajiban saya membahagiakan kamu,” jelas Gavin lalu berjalan menuju kasir untuk membayar.Pipi Sena merona tak kala men