Seorang wanita sedang mencampurkan tepung ke dalam wadah berisikan telur yang sudah di kocok hingga mengembang. Setelah semua bahan sudah tercampur rata, wanita itu menuangkan adonan kue ke loyang berbentuk persegi dan memasukkan ke dalam oven.
Wanita cantik bernama Sena Havika itu memang sangat pandai membuat kue. Keahlian itu dia dapat menurun dari Ibunya. Waktu masih kecil, Sena sering membantu Ibunya membuat berbagai kue. Alhasil Sena sudah terbiasa membuat kue dan bahkan membuat inovasi baru tentang kue.
Saat ini dia bekerja di salah satu toko kue yang sudah memiliki nama di kalangan masyarakat. Nama toko kue itu di sebut Gachi. Toko kue Gachi merupakan milik keluarga Aditama. Keluarga tersohor di negri ini yang memiliki berbagai bisnis. Sena dipercaya memegang posisi sebagai chef dan menghendel semua pemasukan toko cabang di berbagai daerah. Dering telfon menghentikan aktifitas membuat kuenya dan segera ia mengangkat telfon tersebut.
“Hallo, Assalamualaikum Bu,”
“Waalaikumsalam. Sena, kue pesanan saya sudah siap?” tanya Bu Dila di seberang telfon. Bu Dila merupakan atasan Sena, pemilik toko kue Gachi.
“Sebentar lagi Bu, tinggal packing ini,” jawab Sena sambil mengecek kue buatannya yang masih di dalam oven.
“Syukurlah, anak saya sebentar lagi sampai di rumah. Dia masih dalam perjalanan, kemarin dia bilang ingin makan kue. Saya minta tolong, sekalian kamu antarkan kue itu ke rumah saya. Saya tidak bisa ke toko karena masih ada urusan sama Bapak,” sambung Bu Dila memberikan perintah pada Dila untuk mengantar kue ke rumahnya.
“Iya Bu Dila yang cantik,” sahut Sena tertawa. Sena sering kali menggoda Bu Dila karena memang sudah akrab. Tidak ada rasa canggung di antara keduanya.
Sejak Sena bekerja di Gachi, ia bukan hanya akrab pada Bu Dila tetapi dengan juga keluarga Aditama. Keluarga yang sangat baik dengannya. Empat tahun yang lalu Sena sempat terpuruk karena keadaan, yang dimana keluarganya meninggalkan Sena karena kecelakaan. Sepeninggalan Ayah, Bunda dan kedua Adiknya, Sena hanya mengurung diri di rumah selama dua bulan hingga akhirnya Sena memaksakan dirinya bangkit demi masa depannya.
Setelah menutup telfon dari Bu Dila, Sena melanjutkan aktifitasnya untuk packing kue pesanan Bu Dila dengan rapi. Selesai di packing, Sena keluar toko dan berjalan menuju parkiran mobil. Wanita itu membuka pintu mobil putihnya lalu menaruh kue dibangku samping kemudi dengan perlahan supaya tidak penyok.
Sena kemudian menutup pintu mobilnya dan ia mulai menekan tombol merah hingga terdengar suara gemuruh pelan dari mesin mobilnya. Tak menunggu lama, Sena mulai menginjakkan kakinya pada pedal gas hingga mobil mulai melajukan mobilnya keluar parkir.
***
Saat ini Gavin tengah mengemudikan mobil mewahnya dengan kecepatan sedang. Ia menurunkan kecepatan setelah hatinya bisa terkendali. Namun fokus Gavin terganggu ketika ada sebuah mobil yang mengikutinya, Gavin sangat mengenali mobil tersebut karena mobil itu milik Kinar. Tak lama kemudian Gavin menambah lagi kecepatan laju mobilnya dengan kecepatan tinggi. Chika yang berada di sampingnya memejamkan matanya dan berdoa supaya mereka di beri keselamatan.
“Kak bisakah kecepatan mobil ini sedikit di kurangi,” ucap Chika sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Ucapan Chika tidak mendapat respon dari Gavin. Chika amat paham dengan sifat kakaknya, jika semakin diam maka amarah Gavin memang sudah tidak terbendung. Karena tidak ingin sesuatu hal pada mereka, Chika terus ngomel agar kakaknya bisa mengurangi kecepatan mobilnya.
“Kakak aku tidak ingin mati konyol hanya karena kakak patah hati. Aku masih muda dan ingin melanjutkan cita-cita aku, tolong kurangi kecepatan mobil ini,” teriak Chika agar Gavin mendengarkan perkataannya.
“Bisakah kamu diam Chika. Kakak hanya ingin Kinar berhenti mengikuti kita. Diam lah agar kakak bisa fokus,” ujar Gavin yang kembal fokus menyetir. Suasana yang tadinya mulai tenang kini berubah menjadi tegang lagi.
Chika tidak menyahut perkataan Gavin. Gadis itu spontan melihat spion untuk memastikan jika perkataan Kakaknya benar. Setelah ia melihatnya, memang benar jika saat ini Kinar sedang mengikuti mereka. Sudah di duga jika mantan kekasih Kakaknya itu tidak akan tinggal diam.
“Kak ayo tambah kecepatan lagi,” ucap Chika bersemangkat. Seketika Chika mendukung sikap Gavin. Tanpa rasa takut lagi, Chika menyemangati Kakaknya agar menambah kecepatan mobil mereka.
“Mengapa kamu berisik sekali Chika,” balas Gavin yang terganggu dengan cerewetnya Chika.
“Aku hanya menyemangati Kakak agar menjauh dari Kak Kinar. Lihat saja dia bisa menyaingi kecepatan mobil kita. Masa Kakak kalah dengan seorang wanita,” celetuk Chika yang berhasil membuat Gavin terhasut hingga akhirnya dia semakin menambah laju kecepatan mobilnya.
Mobil Ranger Rover berwarna hitam itu masuk ke dalam gang untuk mengambil jalan pintas. Hal itu di lakukan Gavin agar Kinar kesulitan mengikutinya. Ide cermelang Gavin rupanya membuahkan hasil, Kinar berhenti mengikutinya. Mobil Kinar terjebak di persimpangan karena ada tukang bakso yang lewat.
Kini mobil yang mereka tumpangi berhenti di depan gerbang dengan rumah bertingkat yang terlihat mewah. Gavin membunyikan klakson mobil agar Satpam rumah itu membukakan gerbang. Seusai gerbang dibuka, Gavin kembali melajukan mobilnya dengan melewati halaman yang luas nan asri. Banyak tanaman hijau dan bunga yang bermekaran mengelilingi rumah tersebut. Tak heran jika rumah itu terlihat sejuk dan membuat orang betah bersinggah.
Setelah Gavin memakirkan mobilnya, ia keluar dan menutup pintu mobil dengan kasar. Kemudian dia berjalan cepat menuju kamarnya yang berada dilantai satu. Chika yang masih sibuk dengan gawainya merasa terkejut atas kelakuan Kakaknya. Dengan spontan, Chika mengeluarkan sumpah serapah untuk Kakaknya.
Tidak lama kemudian mereka telah sampai di lataran makam. Gavin memakirkan mobilnya lalu mengambil bunga di kursi belakang yang sebelumnya mereka beli saat di perjalanan. Mereka pun turun dan berjalan menuju makam keluarga Sena. Sesampainya di gerbang makam, langkah Sena terhenti dan mendekat pada Gavin lalu menggengam lengan Gavin dengan erat.Dengan spontan Gavin melihat ke arah Sena karena genggaman itu semakin erat. Wajah Sena terlihat ketakutan dengan sorot matanya yang tidak lepas dari satu titik. Gavin yang penasaran pun melihat ke arah Sena tuju. Dalam penglihatan Gavin, ada seorang laki-laki yang duduk di sebuah makam sambil tertunduk.“Sena, apakah ada sesuatu yang membuat kamu terganggu?” Gavin yang tidak mengerti dengan situasi itu akhirnya menanyakannya pada Sena.“Mas itu Bagas,” balas Sena terlihat panik dan mengeluarkan suara yang dapat di dengar oleh Bagas. Melihat Bagas, Sena merasa trauma dan takut jika Bagas akan menculiknya lagi.“Apa kamu tidak salah lihat?” tany
“Mas, apakah perkataanku membuat kamu merajuk?” ujar Sena sambil berbalik mengusap pipi Gavin dengan lembut. Sena ingin malam itu adalah malam di mana mereka saling mengutarakan perasaan.Pertanyaan Sena sama sekali tidak di hiraukan oleh Gavin. Pria itu justru berbalik badan sehingga membelakangi Sena. Sena yang mengetahui situasi itu hanya tersenyum melihat kelakuan suaminya.“Mas, aku memang sempat ragu tentang pernikahan kita. Namun sikap yang selama ini kamu tunjukkan, membuat keraguanku semakin memudar dan aku sangat bersyukur Tuhan mengirimkan kamu untukku. Maaf jika kata-kataku tadi telah menyakiti hatimu,” tambah Sena mengatakan isi hatinya dengan tulus.“Aku percaya padamu mas. Berbalik badanlah, sikap kamu sangat lucu seperti anak kecil saja,” ujar Sena meledek Gavin sambil memberi sedikit sentuhan menggelitik di perutnya.“Apa yang kamu katakan itu tidak berbohong?” ujar Gavin yang belum mengubah posisi badannya. Gavin terlihat sedikit ragu dengan perkataan Sena,“Apakah k
Sudah beberapa tempat sudah Gavin telusuri namun tidak juga menemukan istrinya. Gavin sangat menyesal, Sena meninggalkan pesta pernikahan itu pasti semua itu karena ulahnya. Sembari Gavin berjalan untuk menemukan Sena, pria itu mengambil benda pipih disakunya. Gavin mencoba menghubungi ponsel Sena sambil pandangan matanya selalu awas.Sudah sekian kalinya Gavin menelfon Sena namun tidak kunjung diangkat. Gavin semakin khawatir dengan Sena karena belum juga mendapatkan kabar darinya. Gavin yang tidak ingin menyerah, terus mencoba menghubungi Sena.“Hallo,” akhirnya Sena mengangkat telfon Gavin. Terdengar suara lembut itu dari seberang telfon.“Sena, kamu dimana?” tanya Gavin yang masih cemas dengan Sena.“Aku dimobil mas sama papa dan mama,” jawab Sena.“Saya segera menyusul,” Gavin mematikan telefon dan berlari kecil untuk menyusul Sena. Gavin sudah tidak sabar untuk menjelaskan tentang kejadian dirinya bertemu dengan Kinar pada Sena. Chika yang sedari tadi mengikuti Gavin di belakang
Setelah beberapa langkah wanita itu membawa Gavin di tempat yang lebih sepi. Setelah mereka berhenti, wanita itu berbalik badan menghadap pada Gavin. Setelah Gavin benar-benar melihat dan memastikan bahwa wanita itu adalah Kinar, Gavin menepis tangannya yang masih di genggam oleh Kinar.“Gavin tolong dengarkan penjelasan aku, aku mohon,” ujar Kinar yang akhirnya mengeluarkan sepatah kata untuk berbicara dengan Gavin. Kinar kembali berusaha untuk menyakinkan Gavin untuk percaya padanya. Dan Kinar berusaha agar Gavin bersedia untuk kembali padanya.“Bicaralah,” beberapa kata Gavin menolak untuk bicara dengan Kinar pasti hasilnya akan tetap sama, Kinar pasti akan memaksanya untuk terus mendengarkan penjelasannya. Dengan sikap tenang dan santai Gavin mempersilahkan Kinar untuk membela diri.“Kamu tau Gavin, semenjak kita pisah aku sama sekali tidak semangat untuk menjalani kehidupan aku sehari-hari. Waktuku terasa hampa ketika kamu pergi menjauh dari hidup aku. Seandainya waktu itu kamu p
Hari semakin larut dan mereka sudah menyelesaikan makanan tanpa ada sisa. Kedua pasutri itu akhirnya pulang ke rumah. Dalam perjalanan, Gavin di temani oleh cerewetnya Sena. Istrinya banyak sekali bicara malam itu. Gavin sudah mulai terbiasa dengan ocehan istrinya tersebut dan Gavin mendengarkannya dengan senyum, menurutnya cerita Sena lucu. Namun tidak jarang Gavin juga bercerita tentang kehidupan masa lalunya pada Sena. Hubungan yang semakin membaik dan dekat setelah beberapa bulan mengenal.Kurang lebih setengah jam mereka telah sampai di kediaman keluarga Aditama. Gavin dan Sena saling membantu untuk menurunkan barang bawaan mereka. Kedatangan Gavin dan Sena di sambut hangat oleh keluarga Aditama. Kepergian singkat mereka ternyata membuat rumah itu menjadi sunyi. Mereka kehilangan sosok yang mampu membuat rumah itu banyak kegiatan.“Akhirnya anak mama pulang juga,” sambut bu Dila sambil memeluk Gavin dan Sena secara bergantian.“Apa terjadi macet, sampai kalian pulang larut malam
Sudah beberapa baju Sena coba saat itu. Kini badannya sudah mulai lelah. Dengan memasang wajah kasihan, Sena berusaha membujuk Gavin agar menyudahi menjajal baju lain.”Mas aku lelah. Tolong sudahi untuk mencoba baju lain,” ucap Sena berharap. Membeli baju baru memang menyenangkan namun jika terlalu banyak seperti yang Gavin tunjuk, membuat Sena tidak sanggup.“Baiklah,” ujar Gavin tidak tega melihat wajah Sena yang sudah terlihat lemas.“Mbak, saya akan membeli semua baju yang sudah di coba istri saya,” ucap Gavin pada pelayan itu. Dengan senyum ramah pelayan itu mengangguk lalu memberikan arahan untuk Gavin dan Sena menuju kasir.“Mas itu telalu banyak, pilih satu saja,” tolak Sena. Dalam keadaan yang sudah lelah Sena masih saja berdebat dengan keinginan Gavin untuk membelikan sejumlah baju dan tas. “Tidak mengapa, kamu sudah menjadi bagian hidup saya jadi sudah kewajiban saya membahagiakan kamu,” jelas Gavin lalu berjalan menuju kasir untuk membayar.Pipi Sena merona tak kala men