Share

Bab 2

Seorang wanita sedang mencampurkan tepung ke dalam wadah berisikan telur yang sudah di kocok hingga mengembang. Setelah semua bahan sudah tercampur rata, wanita itu menuangkan adonan kue ke loyang berbentuk persegi dan memasukkan ke dalam oven.

Wanita cantik bernama Sena Havika itu memang sangat pandai membuat kue. Keahlian itu dia dapat menurun dari Ibunya. Waktu masih kecil, Sena sering membantu Ibunya membuat berbagai kue. Alhasil Sena sudah terbiasa membuat kue dan bahkan membuat inovasi baru tentang kue.

Saat ini dia bekerja di salah satu toko kue yang sudah memiliki nama di kalangan masyarakat. Nama toko kue itu di sebut Gachi. Toko kue Gachi merupakan milik keluarga Aditama. Keluarga tersohor di negri ini yang memiliki berbagai bisnis. Sena dipercaya memegang posisi sebagai chef dan menghendel semua pemasukan toko cabang di berbagai daerah. Dering telfon menghentikan aktifitas membuat kuenya dan segera ia mengangkat telfon tersebut.

“Hallo, Assalamualaikum Bu,”

“Waalaikumsalam. Sena, kue pesanan saya sudah siap?” tanya Bu Dila di seberang telfon. Bu Dila merupakan atasan Sena, pemilik toko kue Gachi.

“Sebentar lagi Bu, tinggal packing ini,” jawab Sena sambil mengecek kue buatannya yang masih di dalam oven.

“Syukurlah, anak saya sebentar lagi sampai di rumah. Dia masih dalam perjalanan, kemarin dia bilang ingin makan kue. Saya minta tolong, sekalian kamu antarkan kue itu ke rumah saya. Saya tidak bisa ke toko karena masih ada urusan sama Bapak,” sambung Bu Dila memberikan perintah pada Dila untuk mengantar kue ke rumahnya.

“Iya Bu Dila yang cantik,” sahut Sena tertawa. Sena sering kali menggoda Bu Dila karena memang sudah akrab. Tidak ada rasa canggung di antara keduanya.

Sejak Sena bekerja di Gachi, ia bukan hanya akrab pada Bu Dila tetapi dengan juga keluarga Aditama. Keluarga yang sangat baik dengannya. Empat tahun yang lalu Sena sempat terpuruk karena keadaan, yang dimana keluarganya meninggalkan Sena karena kecelakaan. Sepeninggalan Ayah, Bunda dan kedua Adiknya, Sena hanya mengurung diri di rumah selama dua bulan hingga akhirnya Sena memaksakan dirinya bangkit demi masa depannya.

Setelah menutup telfon dari Bu Dila, Sena melanjutkan aktifitasnya untuk packing kue pesanan Bu Dila dengan rapi. Selesai di packing, Sena keluar toko dan berjalan menuju parkiran mobil. Wanita itu membuka pintu mobil putihnya lalu menaruh kue dibangku samping kemudi dengan perlahan supaya tidak penyok.

Sena kemudian menutup pintu mobilnya dan ia mulai menekan tombol merah hingga terdengar suara gemuruh pelan dari mesin mobilnya. Tak menunggu lama, Sena mulai menginjakkan kakinya pada pedal gas hingga mobil mulai melajukan mobilnya keluar parkir.

***

Saat ini Gavin tengah mengemudikan mobil mewahnya dengan kecepatan sedang. Ia menurunkan kecepatan setelah hatinya bisa terkendali. Namun fokus Gavin terganggu ketika ada sebuah mobil yang mengikutinya, Gavin sangat mengenali mobil tersebut karena mobil itu milik Kinar. Tak lama kemudian Gavin menambah lagi kecepatan laju mobilnya dengan kecepatan tinggi. Chika yang berada di sampingnya memejamkan matanya dan berdoa supaya mereka di beri keselamatan.

“Kak bisakah kecepatan mobil ini sedikit di kurangi,” ucap Chika sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Ucapan Chika tidak mendapat respon dari Gavin. Chika amat paham dengan sifat kakaknya, jika semakin diam maka amarah Gavin memang sudah tidak terbendung. Karena tidak ingin sesuatu hal pada mereka, Chika terus ngomel agar kakaknya bisa mengurangi kecepatan mobilnya.

“Kakak aku tidak ingin mati konyol hanya karena kakak patah hati. Aku masih muda dan ingin melanjutkan cita-cita aku, tolong kurangi kecepatan mobil ini,” teriak Chika agar Gavin mendengarkan perkataannya.

“Bisakah kamu diam Chika. Kakak hanya ingin Kinar berhenti mengikuti kita. Diam lah agar kakak bisa fokus,” ujar Gavin yang kembal fokus menyetir. Suasana yang tadinya mulai tenang kini berubah menjadi tegang lagi.

Chika tidak menyahut perkataan Gavin. Gadis itu spontan melihat spion untuk memastikan jika perkataan Kakaknya benar. Setelah ia melihatnya, memang benar jika saat ini Kinar sedang mengikuti mereka. Sudah di duga jika mantan kekasih Kakaknya itu tidak akan tinggal diam.

“Kak ayo tambah kecepatan lagi,” ucap Chika bersemangkat. Seketika Chika mendukung sikap Gavin. Tanpa rasa takut lagi, Chika menyemangati Kakaknya agar menambah kecepatan mobil mereka.

“Mengapa kamu berisik sekali Chika,” balas Gavin yang terganggu dengan cerewetnya Chika.

“Aku hanya menyemangati Kakak agar menjauh dari Kak Kinar. Lihat saja dia bisa menyaingi kecepatan mobil kita. Masa Kakak kalah dengan seorang wanita,” celetuk Chika yang berhasil membuat Gavin terhasut hingga akhirnya dia semakin menambah laju kecepatan mobilnya.

Mobil Ranger Rover berwarna hitam itu masuk ke dalam gang untuk mengambil jalan pintas. Hal itu di lakukan Gavin agar Kinar kesulitan mengikutinya. Ide cermelang Gavin rupanya membuahkan hasil, Kinar berhenti mengikutinya. Mobil Kinar terjebak di persimpangan karena ada tukang bakso yang lewat.

Kini mobil yang mereka tumpangi berhenti di depan gerbang dengan rumah bertingkat yang terlihat mewah. Gavin membunyikan klakson mobil agar Satpam rumah itu membukakan gerbang. Seusai gerbang dibuka, Gavin kembali melajukan mobilnya dengan melewati halaman yang luas nan asri. Banyak tanaman hijau dan bunga yang bermekaran mengelilingi rumah tersebut. Tak heran jika rumah itu terlihat sejuk dan membuat orang betah bersinggah.

Setelah Gavin memakirkan mobilnya, ia keluar dan menutup pintu mobil dengan kasar. Kemudian dia berjalan cepat menuju kamarnya yang berada dilantai satu. Chika yang masih sibuk dengan gawainya merasa terkejut atas kelakuan Kakaknya. Dengan spontan, Chika mengeluarkan sumpah serapah untuk Kakaknya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status