“Kasihan sekali kamu. Lalu apa kah Danis terluka parah sampai dia mau melaporkan kamu ke kantor Polisi?” tanya Gavin cemas lalu menyuruh Kinar untuk berdiri.
“Lumayan parah. Karena banyak luka yang di sekujur tubuh nya,” balas Kinar dengan air mata bohong.
“Kasihan sekali kamu Kinar,” ucap Gavin sambil menatap Kinar tidak tega.
“Tolong Gavin maafkan aku. Aku ingin kita seperti dulu, aku yakin kamu pun masih sayang dan mencintai aku,” sambung Kinar yang terus memohon pada Gavin.
“Aku maafkan kamu Kinar,” ucap Gavin menatap Kinar.
“Sungguh, kamu memaafkan aku Gavin,” sahut Kinar tersenyum senang karena Gavin memaafkan nya.
Chika yang melihat Kakak nya memaafkan Kinar sangat kesal. Bagaimana mungkin Kakak nya Gavin memaafkan Kinar setelah dia berselingkuh. Apakah Kakak nya terlalu cinta dengan Kinar sampai dengan mudah nya ia memaafkan Kinar, sungguh konyol.
“Aku memang memaafkan kamu tapi tidak untuk kita bersama lagi! Kamu fikir aku akan luluh dengan air mata itu? Tidak sama sekali tidak,” ucap Gavin dengan senyum sinis nya.
“Apa maksud kamu Gavin,” ucap Kinar terkejut dengan perkataan Gavin yang tidak sesuai dengan keinginan nya.
“Apakah kurang jelas. Kita tidak akan pernah bersama seperti yang kamu harapkan!” balas Gavin dengan penekanan.
Chika yang tadi nya memasang wajah kesal seketika memasang wajah dengan senyuman. Rasa bangga ia tunjukkan pada Kakak nya Gavin. Sungguh luar biasa Kakak nya itu, bisa membuat Kinar yang merasa senang di atas angin dengan cepat nya Gavin jatuh kan.
“Tidak Gavin. Aku mohon maafkan aku,” Kinar kembali tersungkur di hadapan Gavin.
“Mengapa berurusan dengan wanita serumit ini,” lirih Gavin yang bingung menghadapi Kinar.
“Aku tidak bisa Kinar. Silahkan kamu tinggalkan rumah ini sekarang!” bentak Gavin mengusir Kinar.
Sena yang berada di dapur mendengar suara teriakan wanita yang berada di ruang tamu. Wanita itu khawatir jika teriakan itu adalah Chika. Segera Sena kembali untuk memastikan nya. Namun setelah ia berada di ruang tamu, ia melihat seorang laki-laki tampan dengan pawakan tinggi dan terlihat berwibawa itu sesaat membuatnya terpesona. Gavin dan Sena saling berpandangan cukup lama.
“Mengapa kamu seperti ini Gavin. Kamu bukan Gavin yang aku kenal,”
“Karena wanita itu,” ucap Gavin sambil melihat ke arah Sena.
“Dia adalah calon yang sudah orang tua ku pilih. Dan kami sepakat untuk menikah dalam waktu dekat,” jelas Gavin agar Kinar berhenti untuk memohon padanya.
Sena yang di tunjuk oleh pria itu merasa terkejut lalu melihat di sekitarnya apakah ada orang di sekeliling nya atau tidak. Namun memang hanya dirinya yang berada dalam ruangan itu. Ah betapa tidak sopannya pria itu telah mengatakan dirinya sebagai calon istrinya, ia bahkan tidak mengenal pria itu dan hari ini adalah pertemuan pertama mereka.
Sedangkan Kinar spontan melihat ke arah yang Gavin maksud. Ia melihat wanita cantik berdiri di belakang nya. Kinar merasakan hati nya panas ketika mendengar penjelasan Gavin jika wanita itu adalah calon nya.
“Bagimana mungkin Gavin. Tidak mungkin kamu secepat ini kamu menghilangkan perasaan kamu padaku,” teriak Kinar yang membuat Gavin maupun Chika semakin geram dengan Kinar.
Melihat keributan di depan mata nya dan merasa ada kesalahpahaman, Sena ingin meluruskan pernyataan pria itu.“Maaf Mas sepertinya,” belum selesai Sena bicara, Gavin memotong bicaranya.
“Mungkin saja karena perasaan dalam waktu sekejab saja bisa berubah. Dan itu yang aku rasakan saat ini, aku sangat benci padamu Kinar!” ucap Gavin dengan penekanan.
Sena mulai paham dengan drama di depan nya saat ini. Karena merasa kasihan dengan wanita yang bersimpuh di depan pria itu, Sena kembali mencoba meluruskan kesalahpahaman tersebut.
“Mbak ini hanyalah ke,” pernyataan Sena yang belum juga selesai harus di potong oleh Gavin.
“Silahkan kamu tinggalkan rumah ini, atau aku akan panggilkan Satpam!” usir Gavin pada Kinar.
Sena merasa gemas, semua penjelasaan nya selalu di potong oleh Gavin. Merasa percuma ia berbicara, akhirnya Sena hanya diam dan menatap pria itu.”Laki-laki ini menyebalkan sekali.” Batin Sena.
Kinar di buat putus asa karena sikap Gavin pada nya. Karena perbuatannya, Kinar gagal mendapatkan Gavin. Tak hanya seorang Abdi Negara, Gavin adalah calon pemimpin perusahaan yang akan menggantikan Papa nya Arkana Elvaro Aditama saat pensiun nanti. Beliau adalah pemimpin perusahaan ternama yaitu City Grup dan beberapa perusahaan lain yang berada di luar Jakarta. Sedangkan Ibu nya yang bernama Kartika Ardila Wijaya merupakan pendiri bisnis kue Gachi. Toko kue milik keluarga Aditama tersebut telah sukses merajai pasar kue di Jakarta dan karena kesuksesan nya, GaChi telah membuka cabang lain di seluruh Indonesia. Atas latar belakang itulah yang membuat Kinar terus mengejar Gavin supaya kembali padanya. Namun akhirnya Kinar menyerah, usahanya gagal. Tak seperti biasanya, Gavin sangat sulit untuk di taklukkan. Gavin yang biasanya sangat mudah memaafkan kini sudah tidak peduli lagi dan mengusirnya pergi. Kinar merasa harga dirinya di permaluka
Di tempat lain, Sena tengah makan malam seorang diri. Sena yang tidak menyukai suasana yang sepi harus menyalakan TV agar ia merasa tidak kesepian. Saat makan sendiri di rumah, terkadang Sena teringat akan kenangan sewaktu makan bersama dengan Ayah, Bunda dan kedua Adiknya dengan penuh kehangatan dan keceriaan. Waktu begitu cepat berlalu, dua tahun adalah waktu yang singkat untuk Sena. Ya dua tahun yang lalu seluruh keluarganya meninggal karena kecelakaan. Sena masih ingat saat-saat terakhir kepergian keluarganya waktu itu. Kedua Adik kembarnya yang masih berumur sembilan tahun ingin bermain di mall, karena Sena ada jadwal kuliah di hari itu, akhirnya Ayah dan Bundanya yang mengantarkan ke mall. Namun saat perjalanan pulang dari mall, naas mobil yang di tumpangi keluarganya di tabrak truk berlawanan arah yang mengalami rem blong. Mobil keluarga mereka terjungkal sampai beberapa meter dan mobilnya rusak parah.
Pria yang bernama Bagas itu hanya terdiam dan masih menatap terkejut Sena yang secepat kilat meninggalkan dirinya. Wanita itu menghela napas lega karena bisa menjauh dari Bagas, ada sedikit sesal saat dia bertemu dengan Bagas yang tak lain mantan tunangannya. Rasa trauma yang selama ini ia kubur harus kembali muncul dalam sekejap. “Sena, kamu sedang apa? Apakah kamu baik-baik saja?” Tanya Bu Dila dengan suara lembutnya. Suara dan sentuhan di pundaknya, membuat Sena terkejut saat sedang menetralkan perasaannya. “Ehh Bu Dila. Saya tidak apa-apa Bu, mungkin kecapean saja karena alhamdulilah toko hari ini ramai,” jawab Sena yang berusaha menyembunyikan perasaannya. “Jika memang kamu tidak enak badan, istirahatlah Sena,” perintah Bu Dila lembut. “Iya Bu,” jawab Sena sambil menganggukan kepalanya. Sena melanjutkan perkerjaannya sampai menjelang sore, pe
Sepanjang perjalanan di mobil Gavin hanya hening, mereka larut dalam pikiran masing-masing. Sena masih tidak menyangka jika hari ini bertemu dengan Bagas. Kecemasan dan ketakutannya kembali menguasai hatinya. Wanita cantik yang mempunyai lesung pipi itu takut jika Bagas akan kembali menerornya.Laki-laki kasar itu mulai menerornya setelah satu tahun kepergiannya. Ia mengirimkan pesan mengancam pada Sena. Tak jarang Bagas mengirimkan bunga ke rumahnya. Entah apa tujuan Bagas melakukan itu. Yang pasti teror itu membuatnya takut dan gelisah.Sedangkan laki-laki yang duduk di sampingnya, fokusnya harus terbagi menjadi dua. Setengah pikirannya fokus mengemudi sedangkan setengah pikirannya bertanya-tanya siapa pria yang berani kasar terhadap wanita yang kini bersamanya. Ingin bertanya pada Sena, namun rasanya tidak patut. Entah mengapa, Gavin ingin melindungi Sena.Tidak membutuhkan waktu lama, kini mobil yang mereka tumpangi
“Maaf, apakah Ibu tidak salah mengatakan itu pada saya,” ujar Sena yang ingin memastikan pernyataan Bu Dila padanya. “Tidak. Apakah kamu bersedia Sena?” tatapan mata berharap Bu Dila membuat Sena tidak enak hati untuk mengatakannya. “Maaf Bu Dila, bukan saya mau menolak. Tetapi saya belum siap untuk menikah. Lagi pula saya tidak mengenal pria yang akan di jodohkan pada saya. Saya takut jika kita berbeda cara pandang dan mungkin kami akan kesulitan dalam menjalani hidup berumah tangga,” sambung Sena dengan hati-hati agar Bu Dila tidak tersinggung. Dengan tersenyum, Bu Dila mencoba membujuk Sena agar bersedia jika ia di jodohkan,“Iya saya mengerti problem yang kamu maksud. Kamu percaya saya bukan Sena, sudah berapa lama kamu kenal saya. Saya menjodohkan kamu demi kebaikan kamu dan juga keluarga saya. Yang terpenting kamu dan laki-laki yang akan saya jodohkan bertemu terlebih dahulu. Jika memang kamu tidak menginginka
“Ma, ini terlalu cepat. Baru saja kemarin malam Papa mengatakan itu,” Gavin merasa keberatan dengan perintah Papa dan Mamanya kali ini. “Kamu menolak Gavin?” terdengar Bu Dila tidak menyukai perkataan Gavin. “Bukan seperti itu Ma. Hanya saja ini terlalu cepat, aku belum siap untuk itu,” Gavin menolak permintaan Mamanya. “Untuk kali ini tidak ada penolakan. Jangan membuat Papa dan Mama malu, Gavin. Susah payah Mama bujuk wanita itu untuk bertemu dengan kamu,” suara Bu Dila terdengar kesal. “Nanti Mama kirim lokasi cafenya, kamu harus datang, Assalamualaikum.” Bu Dila mematikan telfon tanpa mendengarkan persetujuan Gavin. Gavin merasa kesal, mengapa harus secepat itu orang tuanya mengenalkan wanita itu padanya. Bagaimana jika wanita yang akan di jodohkan padanya tidak seperti yang di harapkannya. Ah salahkan dirinya juga karena telah menerima tantangan dari Papanya waktu
Mendengar pernyataan Gavin, keluarga Aditama sangat bahagia. Keinginan mereka kali ini tidak di bantah oleh Gavin. Mereka akan mendapatkan menantu yang memang baik dan memiliki sifat yang penyabar. Sena di nilai mampu menjadi penenang Gavin yang mempunyai sifat keras kepala.“Mama lihat kamu sangat bahagia dengan perjodohan ini Gavin. Bukankah tadi siang kamu sempat menolaknya. Ah Mama tahu, apakah karena wanita itu adalah Sena, makanya kamu tidak bisa menolak?” sindir Bu Dila yang membuat Gavin salah tingkah. Apalagi, Sedari tadi Sena terus menatapnya.“Mama tidak perlu meledekku seperti itu,” Gavin menjawab ledekan Mama dengan tenang agar gaya coolnya tidak tercemar.“Tapi sepertinya Sena akan menolaknya Pa, Ma. Karena sedari tadi aku melihat Sena terus diam. Tatapan matanya juga seperti tidak menginginkan perjodohan ini,” tambah Gavin menatap Sena.Sena merasa g
Saat ini mereka tengah dalam perjalanan pulang. Mobil mewah milik Gavin menerjang dataran kota Jakarta. Di dalam mobil tersebut, mereka diam tanpa mengeluarkan sepatah kata. Di dalam pikiran mereka banyak sebuah pertanyaan yang tersimpan di dalamnya. Ingin bertanya, namun mereka urungkan karena rasa canggung yang menguasai. Tidak terasa mobil yang mereka tumpangi telah sampai di depan rumah Sena. Kedua insan yang baru saja terikat dalam perjodohan tersebut keluar dari mobil itu. Sepatah kata mereka lontarkan sebelum perpisahan sesaat. “Terimakasih Mas sudah mengantarkan aku,” Sena memperlihatkan senyum ramah pada Gavin. “Iya Sena,” Gavin membalas senyuman Sena. Senyuman manis yang membuat Sena semain terpesona pada Gavin. “Besok saya akan jemput kamu untuk mempersiapkan pernikahan kita,” tambah Gavin mengingatkan Sena untuk melengkapi syarat-syarat pengajuan pernikahan, mengingat Gavin adalah