Share

Cerita Masa Lalu

<Flashback on>

London, saat musim semi.

Seorang gadis muda belia yang sangat cantik berjalan tergesa-gesa menuju kampusnya pagi itu. Dia hari ini ada kuliah pagi dan sekarang sudah terlambat sekitar lima belas menit lamanya. Tapi, karena dia berjalan tergesa-gesa, gadis itu tidak melihat kalau ada seorang pria yang sedang mengikutinya semenjak dia keluar dari apartemennya. Tepat saat gadis itu akan menyeberang jalan, laki-laki itu menyambar tas milik gadis muda nan cantik yang seketika menjerit saat seorang laki-laki tak dia kenal menyambar tasnya.

Jeritan gadis itu menarik perhatian orang yang ada di sekitar sana, tak terkecuali seorang pemuda tampan bertubuh tinggi tegap yang saat itu memakai seragam tentara. Pemuda itu segera meraih tubuh laki-laki yang akan berlari dengan membawa hasil rampasannya. Lalu di pukulnya tubuh laki-laki itu dengan sangat keras yang membuatnya terhempas di atas trotoar.

Diambilnya tas milik gadis muda itu kemudian diserahkan ke pemiliknya.

“Thank you, Sir,” ujar gadis itu. Dia tersenyum manis ke arah pemuda yang menolongnya tadi.

“You are welcome.” Pemuda itu balas tersenyum kemudian berlalu dari hadapan gadis muda nan cantik yang kini sedang mendekap tasnya dengan erat.

“Are you Indonesian?” tanya gadis itu sedikit keras, karena pemuda yang tadi menolongnya sudah berjalan agak jauh dari tempatnya berdiri.

Pemuda itu kemudian berhenti dan berbalik, serta berjalan kembali mendekati gadis yang tadi ditolongnya.

“How do you know?” tanya pemuda itu menautkan kedua alisnya.

“From your uniform. And I knew Indonesian army uniform.” Gadis itu tersenyum sumringah menatap pemuda itu. Dia senang di negeri orang bertemu dengan saudara sebangsa.

“Iya, saya orang Indonesia. Dan kamu orang Indonesia juga kah?” tanya pemuda itu yang sengaja menggunakan bahasa Indonesia, untuk mengetahui apakah gadis itu juga sama seperti dirinya.

“Iya, saya orang Indonesia juga. Saya sedang kuliah di sini dan senang bertemu dengan saudara sebangsa dan setanah air,” ucap gadis itu.

“Kenalkan, saya Devan.” Pemuda itu mengulurkan tangan dan memperkenalkan dirinya.

“Nadya,” sahut gadis itu. Dia menerima uluran tangan pemuda yang bernama Devan.

Dan semenjak kejadian itu hubungan mereka semakin akrab. Mereka saling bertukar nomor telepon dan Devan pun mulai rutin mengunjungi Nadya di apartemennya. Awalnya hubungan mereka hanya sebatas sahabat dan saudara sebangsa yang merantau di negeri orang. Devan pun menganggap Nadya sebagai adiknya, karena usia Nadya yang terpaut jauh dengannya, sepuluh tahun. Tapi, lama kelamaan perasaan sayang layaknya kakak terhadap adiknya berubah menjadi perasaan sayang seorang laki-laki terhadap lawan jenisnya. Begitu juga dengan Nadya, yang awalnya menganggap Devan sebagai kakaknya kini perasaannya berubah menjadi rasa suka terhadap lawan jenis.

Devan yang awalnya ragu untuk mengutarakan perasaannya pada Nadya karena status mereka yang berbeda, akhirnya nekat mengutarakannya pada sabtu malam saat mereka pulang dari bioskop.

“Nad...” Devan menjeda ucapannya sejenak. Dia tiba-tiba gugup untuk mengutarakan perasaannya.

“Ada apa, Mas?” tanya Nadya.

“Aku mau bilang kalau aku...aku suka dan sayang sama kamu.” Devan akhirnya bernapas lega karena sudah berhasil mengutarakan perasaannya, tapi tidak halnya dengan Nadya.

“Cuma suka sama sayang saja, Mas. Beneran cuma itu saja, tidak ada lagi?” tanya Nadya memastikan.

“Maksud kamu apa, Nad?” tanya Devan tidak mengerti maksud Nadya.

“Apa cuma kata itu saja? tidak ada yang lebih spesifik seperti di film tadi yang baru saja kita tonton?” tanya Nadya lagi.

Devan yang mengerti dengan ucapan dan keinginan Nadya lalu tertawa geli saat Nadya mulai menekuk wajahnya. Dia kemudian memegang tangan Nadya, lalu mengecup punggung tangan gadis itu yang seketika wajahnya merona karena ulah Devan saat ini.

“Aku mungkin bukan pria yang romantis dan yang pandai merangkai kata tapi yang aku ucapkan padamu adalah sesuatu yang jujur dari dalam lubuk hati yang paling dalam. Nadya Darmawan, aku jatuh cinta padamu.” Devan akhirnya mengucapkan kata pamungkas yang di inginkan oleh Nadya untuk memperjelas perasaannya pada gadis itu.

“Kamu mau menjadi kekasihku?” tanya Devan lagi.

Dengan malu-malu Nadya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan Devan. Mereka saling melempar senyuman, kemudian Devan meraih tubuh Nadya kedalam pelukannya.

Semenjak itu, mereka menjadi sepasang kekasih yang saling menyayangi satu sama lain. Devan yang seorang tentara terlihat sangat melindungi Nadya yang sendirian di negeri orang.

Hubungan mereka tidak berbeda dengan pasangan lainnya yang kadang mesra tapi kadang ada juga perselisihannya. Tapi, mereka dapat menyelesaikannya dengan cara yang dewasa. Nadya yang usianya terbilang masih cukup muda, tapi sikapnya bisa mengimbangi Devan yang sudah cukup dewasa. Oleh karena itu hubungan mereka berjalan dengan lancar. Sampai tak terasa, Nadya sudah memasuki semester akhir kuliahnya.

“Setelah lulus, kamu akan kembali ke Jakarta?” tanya Devan saat mereka makan malam bersama.

Nadya menggelengkan kepalanya, “Aku akan bekerja di sini. Aku sudah melamar pekerjaan di salah satu perusahaan telekomunikasi. Mudah-mudahan aku diterima bekerja di sana.”

“Bagaimana dengan orangtuamu? Apa mereka setuju kamu bekerja disini?” tanya Devan lagi.

“Aku akan pikirkan lagi nanti, yang penting aku nikmati dulu kehidupanku di sini. Kehidupan indahku bersama kamu, Mas,” ucap Nadya tersipu.

Devan tersenyum sumringah mendengar ucapan Nadya yang menyejukkan hatinya. Mereka kemudian menautkan jemari mereka satu sama lain. Devan lalu menggeser duduknya, mendekat ke arah kekasihnya. Dia lalu melabuhkan bibirnya ke bibir ranum milik Nadya.

***

London, saat musim gugur.

“Nad, aku bulan depan sudah harus kembali lagi ke Indonesia karena tugasku di sini sudah selesai sampai akhir bulan ini. Masa kerjaku di London hanya sampai lima tahun dan setelah itu, aku kembali ke kesatuanku di Jakarta,” ucap Devan yang membuat Nadya terkejut.

“Kalau begitu aku akan mengundurkan diri juga dari kantorku. Aku akan kembali  ke Jakarta karena kebetulan Papa juga mulai mendesak aku untuk pulang, dan membantunya mengelola perusahaan,” sahut Nadya. Dia tersenyum sumringah saat dilihatnya Devan juga tersenyum, ketika mendengar keputusan Nadya untuk kembali ke tanah air bersama dengan dirinya.

Setelah kembali ke Jakarta, mereka menjalani kegiatan masing-masing. Nadya mulai bekerja di perusahaan keluarga yang ayahnya pimpin. Devan kembali ke kesatuannya sebagai pasukan elit Indonesia dengan pangkat yang dinaikkan dari seorang Kapten menjadi seorang Mayor. Dia juga diangkat sebagai seorang komandan di kesatuannya itu.

Devan yang merasa sudah cukup lama menjalin hubungan dengan Nadya dan dia juga merasa sudah cukup mapan, sehingga dia berniat akan melamar Nadya untuk menjadi istrinya. Nadya sangat bahagia ketika Devan mengutarakan niatnya itu. Devan akan menemui orangtuanya di akhir pekan ini.

Di Sabtu sore, Devan datang ke rumah Nadya untuk mengutarakan niatnya melamar gadis itu kepada orangtuanya.

“Jadi kamu selama ini sudah menjalin hubungan dengan anak saya, dan sekarang ingin melamar Nadya, begitu?” tanya Indra, ayah Nadya, saat mendengar niatan Devan untuk meminang Nadya menjadi istrinya.

“Betul, Pak. Dan setelah ini, saya akan membawa orangtua saya untuk melamar Nadya secara resmi,” sahut Devan mantap.

“Terima kasih sudah menjaga Nadya selama lima tahun dia tinggal di London. Tapi, maaf saya tidak bisa menerima lamaran anda karena Nadya sudah saya jodohkan dengan orang lain. Jadi mulai sekarang tolong diakhiri saja kisah cinta kalian. Sebentar lagi pernikahan Nadya dan anak rekan bisnis saya akan dilaksanakan,” ujar Indra dengan raut wajah datar.

Devan bagaikan disambar petir di sore hari kala mendengar kalau Nadya akan menikah dengan orang lain. Seketika hatinya terasa perih dan tidak rela kalau kekasih yang sangat dia cintai akan dimiliki oleh orang lain. Begitu juga dengan Nadya yang seketika menangis dan protes akan keputusan ayahnya yang sepihak.

“Papa tidak bisa begitu, dong! Ini kehidupan aku, walaupun aku anak Papa, tapi Papa tidak berhak mengatur aku akan menikah dengan siapa. Aku akan menikah dengan orang yang aku suka dan cintai dan orang itu adalah Mas Devan bukan orang lain,” ujar Nadya. Dia lalu memeluk ibunya yang duduk di sampingnya.

“Pa, coba dipikirkan lagi keputusan kamu. Kalau Nadya tidak mau jangan dipaksa, tolong pikirkan kebahagiaan anak kita. Jangan bisnis terus yang kamu pikirkan,” ucap Laura, ibu Nadya yang merupakan wanita berkewarganegaraan Inggris itu.

“Kamu tidak usah ikut campur! aku sudah menetapkan kalau bulan depan Nadya akan menikah dengan David,” ucap Indra yang membuat tangisan Nadya semakin kencang.

“Ini tidak adil buatku! aku tidak mau menikah dengan David. Aku hanya mau menikah dengan Mas Devan.” Nadya kemudian berlari ke arah dalam rumahnya dan tidak menampakkan dirinya lagi.

***

Lima hari kemudian.

Tok...tok...tok.

Devan baru saja akan memejamkan mata kala pintu rumahnya ada yang mengetuk. Diseretnya langkah menuju pintu utama rumahnya. Diputarnya handle pintu dan betapa terkejutnya dia kala sesosok wajah cantik yang sangat dia rindukan, telah berdiri di depan pintu rumahnya.

“Nadya!”

Nadya kemudian menghambur ke pelukan Devan sambil menangis tersedu-sedu. Devan yang kaget akan kedatangan Nadya di malam hari, segera membawa wanita itu masuk ke dalam rumahnya.

“Menangis lah sepuas kamu! nanti kalau sudah cukup lega perasaanmu, ceritakan apa yang terjadi!” ujar Devan.

“Aku...aku tidak mau menikah dengan David, Mas. Aku hanya ingin menikah sama kamu. Bawa aku pergi! aku tidak mau kembali ke rumah,” ucap Nadya.

Devan terdiam mendengar ucapan Nadya.

“Kenapa kamu diam saja? kamu cinta tidak sama aku?” tanya Nadya dengan mata berkaca-kaca.

“Ya tentu saja, Nad. Kalau soal itu jangan diragukan lagi,” sahut Devan.  Dia mengelus bahu Nadya, lalu dipeluknya erat tubuh gadis itu.

“Kalau Mas Devan cinta sama aku, bawa aku pergi! terserah Mas mau bawa aku pergi kemana. Asalkan aku tidak jadi menikah dengan laki-laki yang tidak aku kenal dan tidak aku cintai,” ucap Nadya.

Devan menghela napas panjang dan berpikir sejenak untuk mengambil keputusan. Dia juga ingin membawa kekasihnya itu pergi sejauh mungkin agar tidak ada orang yang akan memisahkan mereka. Tiba-tiba dia teringat dengan neneknya yang tinggal di daerah pegunungan. Dia kemudian tersenyum dan mencium kening Nadya, lalu dia hapus air mata  gadis itu dengan ibu jarinya.

“Baiklah, aku akan membawa kamu pergi jauh dari sini. Tapi, kamu jangan menyesal kalau kehidupan kamu nanti akan jauh berbeda dengan kehidupan kamu yang sekarang ini,” ucap Devan.

“Iya, aku tidak akan menyesal! Asalkan kamu ada di sisiku, aku tidak akan pernah menyesal, Mas,” sahut Nadya.

“Baiklah, kamu sudah siap dengan perlengkapan kamu?” tanya Devan memastikan.

“Sudah. Aku taruh di bagasi mobil,” ucap Nadya.

Devan kemudian melangkah ke kamarnya untuk membawa beberapa pakaian dan perlengkapan lainnya yang dia butuhkan, selama perjalanan menuju rumah neneknya.

“Sudah siap semua. Ayo, kita berangkat ke rumah Nenekku sekarang!” ajak Devan. Dia lalu menggandeng tangan Nadya keluar dari rumah dinasnya.

Sementara itu, Indra sudah melaporkan hilangnya Nadya ke Polisi Militer. Indra sudah menduga bahwa Nadya melarikan diri bersama dengan Devan. Oleh karena itu, dia langsung melaporkan Devan ke Polisi Militer dengan tuduhan melarikan anak gadis orang.

Dengan adanya laporan dari Indra, maka pihak Polisi Militer segera melakukan pemeriksaan di kesatuan tempat Devan bernaung. Tapi, di sana tidak satupun yang mengetahui keberadaan Devan. Begitu juga ketika mereka melakukan penyelidikan di rumah dinas Devan, tidak satu pun ditemukan bukti yang cukup untuk mencari keberadaan Devan dan Nadya saat ini.

***

Sementara itu, di sebuah rumah di lereng gunung di daerah Jawa Barat, Nadya tengah membantu seorang wanita tua yang saat ini tengah menyiapkan makan siang untuk mereka.

Nadya terlihat bahagia tinggal di sebuah rumah yang sederhana. Walaupun tinggal di rumah yang jauh lebih kecil dari rumahnya, tapi dia sangat bahagia tinggal di sini dibandingkan tinggal di rumah yang jauh lebih besar.

Tapi kebahagiaan Nadya berakhir, ketika suatu sore beberapa orang mendatangi rumah nenek Devan. Saat itu Devan sedang ke kota untuk membeli bahan makanan yang tidak ditemukan di daerah tempat tinggal neneknya.

Sepandai-pandainya Devan menyembunyikan bukti keberadaannya saat ini, akhirnya dia ditemukan juga keberadaannya setelah satu minggu lamanya dia menghilang. Beberapa orang itu langsung menggeledah rumah neneknya. Setelah Devan tidak mereka temukan, maka Nadya segera dibawa untuk ikut mereka kembali ke Jakarta. Nadya berusaha memberontak dengan berbagai upaya. Namun, usahanya itu sia-sia.

Pada saat Nadya dimasukkan ke dalam mobil, Devan tiba. Dia segera berusaha menghalau mereka yang akan membawa kekasihnya pergi. Dengan berbekal ilmu beladiri yang dia miliki, Devan berhasil merobohkan tiga orang pria itu. Tapi karena kalah jumlah, Devan roboh juga saat seorang dari mereka memukul kepala bagian belakangnya, hingga dia tidak sadarkan diri. Nadya menjerit kala melihat Devan yang jatuh tersungkur di tanah.

Nadya menangis kala melihat Devan yang telah pingsan, diangkat ke dalam mobil yang berbeda dengan dirinya. Dan semenjak itu, dia tidak pernah lagi bertemu dengan pujaan hatinya.

Devan terbangun dari pingsannya. Dan saat terbangun, dirinya telah berada di dalam sel tahanan Polisi Militer. Satu hari kemudian dilakukan sidang tertutup atas kasus Devan, dengan dihadiri oleh beberapa orang atasannya. Hasil sidang itu diputuskan, bahwa Devan telah bersalah karena melarikan anak gadis orang, sehingga melalaikan tugasnya sebagai seorang prajurit. Sanksi yang dia dapatkan adalah dicopotnya Devan dari jabatannya sebagai komandan kesatuan.

Setelah kejadian itu, Devan memilih untuk pensiun dini sebagai tentara. Dia kemudian bergabung bersama dengan sahabatnya, Doni, mengelola perusahaan yang bergerak di bidang penyedia jasa keamanan.

<Flashback off>

Doni menganggukkan kepalanya setelah mendengar cerita dari Devan, mengenai kisah masa lalu sahabatnya itu bersama dengan Nadya. Dia melihat sahabatnya kini termenung, seperti masih terhanyut pada kisah  masa lalunya yang berakhir pilu. Kisah cintanya kandas di tengah jalan. Karirnya juga harus berakhir ketika Devan mengajukan pensiun dini. Padahal Devan termasuk salah satu prajurit terbaik yang karirnya cukup bagus.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status