Home / Romansa / Takdir Cinta / Mulai Penyelidikan

Share

Mulai Penyelidikan

Author: Yetti S
last update Last Updated: 2022-05-26 16:33:36

“Lalu apa rencanamu kini untuk menemukan keberadaan Amelia?” tanya Doni berusaha mengalihkan perhatian Devan dari masa lalunya.

“Besok pagi aku akan ke rumah sakit tempat kekasih Amelia itu bekerja. Dari sana aku akan berusaha mencari tahu asal usul pria itu dan mencari alamatnya. Kalau sudah dapat, dan bisa diperkirakan mereka ada dimana, aku akan informasikan ke Nadya untuk siap-siap melakukan perjalanan,” sahut Devan. Dia kemudian berdiri dan melangkah ke arah pintu. Belum sempat Devan memutar handle pintu, Doni tiba-tiba memanggilnya.

“Devan! Jangan pulang dulu!” seru Doni menghentikan langkah Devan.

“Ada apa, Don?” tanya Devan kembali mendekati sahabatnya yang masih duduk di sofa.

“Kita makan malam bareng, yuk!” ajak Doni dengan tatapan penuh permohonan pada sahabatnya itu. “Sekalian membahas tentang rencana kamu itu.”

“Aku sih tidak masalah, tapi bagaimana dengan istri kamu?” tanya Devan yang kemudian duduk kembali di sofa.

“Aku akan telepon dia dan ijin pulang malam. Dia pasti mengerti kok. Dia tahu kalau pekerjaan aku kadang membutuhkan waktu ekstra,” sahut Doni. Dia lalu meraih telepon genggamnya yang tergeletak di atas meja. Dan mulai melakukan panggilan telepon ke istrinya.

Devan mengamati sahabatnya itu yang sedang berkomunikasi dengan istrinya, Winda. Sudah tiga tahun mereka menikah dan telah memiliki satu orang anak laki-laki. Sedangkan dirinya masih juga belum bisa move on dari cinta lamanya yang kandas di tengah jalan, karena tidak mendapat restu dari orang tua Nadya, terutama ayahnya. Dan kini, dia kembali bertemu dengan cinta lamanya yang juga ternyata masih sendiri. Devan sendiri tidak tahu apa penyebab Nadya masih sendiri. Padahal sebelumnya ayah Nadya bersikeras akan menikahkan wanita itu dengan anak dari relasi bisnisnya.

“Hai! Melamun terus, ayo berangkat!” ajak Doni yang ternyata sudah selesai berbicara dengan istrinya.

Devan tersenyum saat menyadari dirinya yang sudah banyak melamun.

“Yuk!” sahut Devan menanggapi ajakan sahabatnya itu.

***

Kini mereka sudah berada di restoran favorit Doni. Mereka menempati meja di dekat jendela, sehingga bisa melihat pemandangan di luar.

“Kamu masih mencintai Nadya?” tanya Doni dengan tatapan tetap tertuju pada buku menu, dan mulai memilih salah satu menu yang tertera di sana.

Devan terkejut dengan pertanyaan yang diajukan oleh Doni. Dia tersenyum menanggapi pertanyaan sahabatnya itu yang terkesan seperti menyelidiki dirinya.

“Kenapa memangnya? Kamu punya calon untuk dijodohkan ke aku? supaya aku bisa mempunyai keluarga yang harmonis seperti kamu, begitu?” tanya Devan sarkas. Dia kemudian menyerahkan buku menu ke pelayan restoran setelah memilih salah satu menu.

“Iya, aku punya calon yang akan aku jodohkan ke kamu. Orangnya cantik dan terlihat kalau dia juga wanita yang cerdas. Aku menilai dia cocok untuk kamu, Dev,” sahut Doni. Dia kemudian menyerahkan buku menu ke pelayan restoran yang telah menunggunya.

“Oh ya, siapa? Kamu punya fotonya?” tanya Devan. Dia tersenyum sekaligus penasaran terhadap wanita yang dibicarakan oleh Doni saat ini. Hal itu karena Doni sebelumnya tidak pernah berbicara soal wanita terhadap dirinya, apalagi rencana untuk melakukan perjodohan.

Doni kemudian mengambil telepon genggamnya dari dalam saku kemeja dan membuka galeri foto. Dia lalu menunjukkan salah satu foto seorang wanita kepada Devan.

Devan seketika tertawa melihat foto wanita yang ada di dalam galeri foto Doni. Dia tertawa karena ternyata yang diperlihatkan Doni adalah foto Nadya. Di foto itu, Nadya berpose dengan Amelia. Dan sekarang foto itu diedit oleh Doni seolah-olah Nadya berpose sendirian. Devan lalu melempar sahabatnya itu dengan tisu yang membuat Doni tertawa terbahak-bahak.

“Kamu masih cinta kan sama Nadya?” tanya Doni lagi.

Devan hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Doni. Dia tidak ingin ada orang yang tahu tentang perasaannya. Walaupun di dalam hatinya hanya ada nama Nadya seorang. Dan itu  tidak bisa tergantikan oleh yang lain.

“Wah, dia hanya senyum saja. Malu mengungkapkan perasaan atau bagaimana, sih? jawab dong, Dev!” bujuk Doni. Dia lalu menaik-turunkan alisnya dan menatap Devan yang sedang memainkan telepon genggamnya.

“Tidak perlu aku ungkapkan perasaanku pada banyak orang,” ucap Devan tanpa menoleh ke arah Doni.

Doni mengulum senyumnya. Dia sudah paham dengan sikap sahabatnya ini, yang tidak mau mengumbar perasaannya sebelum ada kejelasan.

“Ok, kalau gitu aku tunggu kabar baiknya. Semoga aku cepat mendapat undangan dari kalian. Aku sudah tidak sabar datang ke resepsi pernikahan kalian,” goda Doni. Dia lalu tersenyum dan kali ini ucapannya itu berhasil mengalihkan perhatian Devan dari telepon genggamnya.

“Terima kasih atas doanya, Don,” tukas Devan. Dia lalu tersenyum sumringah menatap sahabatnya itu.

“Ahaaa, akhirnya terungkap juga keinginan hati kamu, Bro.” Doni tertawa merasa kalau pertanyaannya secara tidak langsung sudah dijawab oleh Devan.

Devan terkekeh karena sudah masuk ke dalam perangkap sahabatnya itu.

***

Keesokan harinya, Devan pergi ke rumah sakit tempat kekasih Amelia bekerja. Dia menuju ke arah meja informasi untuk bertanya jadwal praktek dokter Reza, kekasih Amelia.

“Selamat pagi!” sapa Devan ramah kepada petugas informasi rumah sakit.

“Selamat pagi, Pak. Ada yang bisa saya bantu?” tanya petugas itu. Dia tersenyum ramah kepada Devan.

“Saya ingin tanya jadwal praktek dokter Reza, Mbak,” sahut Devan. Dia lalu membuka galeri foto untuk mencari foto Reza yang sudah dia edit, sehingga menampakkan foto Reza sendiri tanpa ada Amelia di sampingnya.

“Di sini ada tiga dokter yang bernama Reza. Jadi yang Bapak maksud itu dokter Reza yang mana?” tanya petugas itu lagi.

Devan kemudian memperlihatkan foto Reza kepada petugas informasi itu seraya berkata, “Dokter Reza yang ini, Mbak.”

Petugas informasi itu mengamati foto Reza dengan seksama. Setelah itu, dia lalu mengembalikan telepon genggam milik Devan.

“Dokter Reza yang Bapak maksud itu sudah pindah ke rumah sakit lain, yang ada di Yogyakarta. Beliau mengajukan pindah keluar kota satu bulan yang lalu. Tapi, baru disetujui beberapa hari yang lalu dan langsung pindah keesokan harinya,” sahut petugas itu.

“Bisa disebutkan alamat rumah sakit yang ada di yogyakarta itu, Mbak?” tanya Devan memastikan alamat rumah sakit yang di Yogyakarta itu.

“Alamatnya saya tidak tahu, Pak. Maaf, saya tidak dapat membantu untuk memberi informasi alamat rumah sakit itu,” ucap petugas informasi.

“Oh, tidak apa. Tapi, apakah bisa saya diberi informasi nama lengkap dokter Reza? dan dia bekerja sebagai dokter di bagian apa?” tanya Devan lagi.

“Namanya lengkapnya dokter Reza Wicaksana dan beliau seorang dokter umum,” sahut petugas informasi.

“Baik, Mbak. Terima kasih banyak atas informasi yang sudah Mbak berikan. Saya permisi,” ucap Devan ramah.

Setelah itu, Devan berlalu dari hadapan petugas informasi. Dia kemudian mengirimkan pesan kepada seseorang sebelum dia keluar dari area gedung rumah sakit.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Takdir Cinta   Buka Puasa Ala Devan

    Mengetahui hal itu, Devan segera berantisipasi dengan selalu ada di dekat istrinya itu. Dia cuti selama lima hari kerja, sehingga masih bisa menemani istrinya di rumah.“Kamu tenang aja, Sayang. Kamu nggak sendiri, kok. Ada Mas dan baby sitter yang akan membantu kamu nanti untuk mengurus bayi kembar kita. Mama juga akan siap membantu kok. Jadi jangan panik, ya. Kamu pasti bisa,” hibur Devan.Nadya menganggukkan kepalanya dan tersenyum menatap sang suami. Dia lalu merebahkan dirinya di atas tempat tidur. Dan memejamkan matanya. Namun, tak lama terdengar tangisan Deny. Nadya kemudian membuka kembali kelopak matanya seraya berkata, “Bawa kemari, Mas. Sini aku kasih ASI.”Devan tersenyum dan meraih bayi laki-lakinya dari baby crib, lalu menyerahkan pada Nadya. Bayi laki-laki yang tampan itu kemudian menyusu dengan lahap. Hingga setelah beberapa menit, bayi itu selesai menikmati ASI sang mama. Belum sempat Nadya menutup kembali pakaiannya, Dendy pun menangis. Hal itu membuat Nadya mengusap

  • Takdir Cinta   Baby Blues

    “Congratulations!!”Nadya yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi ditemani oleh Devan, terkejut ketika membuka pintu kamar mandi. Mereka disambut oleh Kayden dan Carissa.Mereka membawa satu kotak kue dan bunga untuk Nadya. Carissa segera memeluk dan mencium pipi Nadya kiri dan kanan bergantian. Sedangkan Kayden hanya bersalaman dengan Nadya.“Terima kasih, ya. Kalian jadi repot bawain kue dan bunga segala,” sahut Nadya terharu.“Anak kalian ganteng-ganteng dan cantik. Mudah-mudahan aku dan Carissa cepat diberi momongan juga,” ucap Kayden sambil mengedipkan sebelah matanya pada Carissa, yang seketika menjadi tersipu.“Aamiin. Semoga doa kamu dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa,” sahut Devan.“Nadya, aku salut sama kamu yang sudah menjadi ibu dari ketiga bayi yang lucu dan menggemaskan ini. Bagaimana hamil anak kembar tiga?” tanya Carissa penasaran.“Rasanya sudah pasti senang, tapi saat perut sudah membesar berat juga bawa perutnya,” sahut Nadya.“Tenang saja, Sayang. Nanti kalau kam

  • Takdir Cinta   Nama Bayi

    Kini hanya ada Nadya dan Devan di ruang rawat inap itu. Setelah Runi pulang, Devan pun memberitahu mertuanya tentang Nadya yang sudah melahirkan. Laura, ibu Nadya sangat senang mendengar kalau anaknya sudah melahirkan. Beberapa bulan yang lalu anak bungsunya sudah memberinya seorang cucu. Kini Nadya memberikan tiga cucu sekaligus padanya. Hati Laura pun begitu bahagia. Dia mengatakan pada Devan, akan segera ke rumah sakit.Tangan Nadya kini berada dalam genggaman tangan Devan. Seluruh wajahnya pun sudah dihujani kecupan oleh suaminya yang tampak bahagia itu.“Nad, terima kasih. Terima kasih, kamu sudah berjuang untuk melahirkan anak-anak kita. Kamu seorang wanita yang hebat. Aku bahagia, Nad,” bisik Devan di telinga Nadya.“Aku juga bahagia, Mas. Rasanya aku menjadi wanita yang sempurna setelah melahirkan ketiga anak kita.” Nadya menarik wajah Devan untuk dia cium dengan penuh kasih sayang.Telapak tangan Nadya mengusap rahang kokoh Devan dengan lembut. Dia merasa hidupnya terasa leng

  • Takdir Cinta   Jadi Seorang Ibu

    Runi dengan dibantu Mang Ujang memapah tubuh Nadya menuju mobil yang sudah siap sedia. Nadya dan Runi berada di kursi penumpang bagian belakang.“Bibi...nanti kalau suami saya pulang dari main golf, katakan kalau saya membawa Nadya ke rumah sakit. Nadya mau melahirkan,” ucap Runi yang diangguki oleh asisten rumah tangganya.“Iya, Bu,” titah si Bibi patuh.Setelah itu, Mang Ujang mengemudikan mobil keluar dari halaman rumah dengan kecepatan agak tinggi.Sementara itu, Runi tetap melakukan panggilan telepon pada Devan, hingga akhirnya panggilan teleponnya diangkat juga oleh anaknya itu.“Halo, Mama. Maaf aku baru angkat teleponnya, tadi habis meeting dan telepon genggam aku tertinggal di meja kerjaku,” ucap Devan di seberang sana.“Keenan...saat ini Mama sedang dalam perjalanan ke rumah sakit. Mama mengantar Nadya ke sana karena perut Nadya sudah mulai mulas terus dari tadi. Sepertinya akan melahirkan,” sahut Runi.“Ok, Ma. Aku akan menyusul ke sana. Tolong jaga istri aku ya, Ma. Aku tu

  • Takdir Cinta   Tendangan Si Triplets

    Enam bulan kemudian.Devan menghujani perut istrinya dengan kecupan. Telapak tangannya yang lebar pun mendarat di sana.“Hey, kalian capek habis bermain tadi, ya?” tanya Devan sambil terus mengelus perut istrinya yang telah kembali seperti semula, tidak ada tonjolan di sana-sini.“Mereka istirahat dulu lah, Mas. Mungkin mereka kasihan sama Mamanya, karena perut Mamanya jadi sakit akibat gerakan mereka,” timpal Nadya.Devan terus meraba-raba perut Nadya, berharap kalau ada gerakan dari dalam sana karena merasakan sentuhannya.“Ya sudah deh, kalian istirahat dulu. Tapi, kalian bertiga yang akur, ya, di dalam sana. Kalian akur di dalam perut Mama saat ini, dan nanti kalian juga harus akur saat sudah lahir, ok,” ucap Devan yang kembali menghujani perut sang istri dengan kecupan.Tak lama setelah Devan mengecup perut sang istri, wajah Devan terasa ada yang menendang dari dalam perut Nadya. Hal itu tentu saja membuat Devan dan Nadya tertawa senang.“Mereka merespon ucapan dan sentuhan aku,

  • Takdir Cinta   Menjadi Satu

    Dua bulan kemudian.Tiba saatnya pernikahan antara Kayden Carissa dilangsungkan. Pernikahan itu sendiri digelar di salah satu hotel bintang lima, di Jakarta. Tampak pengamanan yang cukup ketat dari aparat kepolisian, maupun dari pihak keamanan hotel. Hal itu agar pernikahan tersebut berjalan dengan kondusif.Di salah satu ruang di hotel itu, yang di jadikan ruang ganti pengantin, tampak Carissa melihat tampilan dirinya di cermin saat dia sudah selesai dirias oleh seorang make-up artis. Runi, Ibunda Kayden itu memilihkan busana pengantin untuk Carissa dan Kayden di butik sahabatnya, tempat dimana Devan dan Nadya dulu menggunakan busana pengantin dari butik tersebut. Ibunda Carissa menatap takjub wajah anaknya yang kini tampil memukau. Wajah cantik Carissa semakin cantik dengan riasan sempurna dari make-up artis tersebut. Tubuh ramping Carissa berbalut kebaya warna putih dan kain batik coklat yang menyempurnakan penampilan gadis itu di hari bahagianya, pada hari ini.“Anak Mama cantik s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status