Share

1. Terlambat

"BUN, AL BERANGKAT!" teriak Almera seraya berlari kencang menuju mobilnya berada.

Dengan kecepatan penuh Almera menjalankan mobilnya. Dia sudah terlambat, ini semua karena menonton drakor sampai lupa waktu.

"Duh, kenapa macet sih," gumam Almera seraya memperhatikan kendaraan di hadapannya yang sama sekali tidak bergerak.

"Sudah hampir jam 7 lagi." Almera terus melihat jam yang ada di pergelangan tangannya.

Almera melihat sekeliling, matanya langsung berbinar saat melihat ojek. Dengan cepat dia mengambil tasnya.

"Pak, ke UNJ," ucap Almera menepuk pundak Bapak ojek.

"Baik, Neng," jawab Bapak ojek dengan senang hati. Lumayan pagi-pagi sudah mendapat rezeki.

Setelah memakai helm, Almera segera menaiki motor. Tidak peduli meskipun rambutnya akan berantakan, dia sudah tidak ada waktu lagi.

"Pak, lebih cepat ya," pinta Almera karena jam pelajaran pertama sudah akan dimulai.

"Sabar atuh, Neng. Ini macet," sahut Bapak ojek.

"Saya juga tahu. Tarik saja gasnya, Pak," desak Almera.

"Tidak bisa, Neng."

"Pak, berhenti di pinggir situ," tunjuk Almera di halte bus.

Dengan patuh Bapak ojek meminggirkan motornya. Tanpa menunggu motornya berhenti sempurna, Almera sudah lebih dulu turun. Jika begini sifat bar-barnya akan keluar.

"Bapak, turun dulu sebentar," ucap Almera.

"Neng, mau mencuri motor saya ya?" tanya Bapak ojek was-was.

Astaga, pak. Orang secantik dirinya disangka mau mencuri motor? Uang ayahnya saja masih banyak, anak sultan dia mah. Bahkan, untuk membeli sepuluh motor seperti ini saja sangat mudah.

"Turun ya, Pak," ucap Almera dengan nada halus.

Walaupun masih terselip rasa takut Bapak ojek pun turun dari motornya dan berdiri di samping Almera.

Dengan cepat Almera menaiki motor, di bagian depan. "Ayo, Pak. Biar saya saja yang membawa."

"Tap-"

"Atau saya jual nih."

Karena tidak mau kehilangan motor satu-satunya si Bapak langsung berbonceng.

Almera terkekeh di dalam hati. Sebenarnya dirinya tidak pernah dan tidak bisa menaiki motor, ini baru pertama kali. Semoga saja dia selamat sampai tujuan.

"NENG, PELAN-PELAN!" Bapak ojek berpegangan di besi yang berada di belakang motor, saat Almera melajukan motornya dengan kencang.

Haha seru juga, gue berasa jadi falentino Rosa, Batin Almera tertawa girang.

Tanpa memperdulikan Bapak ojek yang dibonceng, Almera semakin menambah kecepatan.

"SERU, PAK. AYO BERDIRI, KITA TERIAK SAMA-SAMA!" teriak Almera tertawa girang.

"Seru gundulmu. Kalau mau berdiri ya berdiri saja sendiri, jangan ajak Bapak. Dasar anak muda sinting," gerutu Bapak ojek saking kesalnya dengan tingkah Almera. Baru kali ini dia mempunyai pelanggan seperti ini. Lain kali dia akan langsung pergi saja jika bertemu Almera. Bukannya mendapat uang, justru mendapat tiket lebih cepat ke akhirat.

Bruk!

Almera melotot, dirinya baru saja menabrak pos satpam yang berada di halaman kampus. Bisa mampus dia, untung saja dia tidak sampai terjatuh. Kenapa hari ini dirinya sial sekali.

"Al."

Merasa namanya dipanggil dirinya menoleh. Ternyata Widya - salah satu sahabatnya sejak SMA.

"Lo kenapa bisa nabrak?" tanya Widya.

"Motornya oleng," jawabnya enteng seraya turun dari motor dan merobohkannya, dia tidak tahu bagaimana cara mendongkrak motor.

"Bentar, bukannya lo enggak bisa naik motor ya?" tanya Widya dengan mata memicing.

"Memang enggak bisa," jawab Almera jujur.

"Terus kenapa sekarang lo naik motor?" tanya Widya heboh.

"Tadi gue itu naik ojek-"

Ucapan Almera terputus saat merasa seperti ada yang kurang.

"Tadi gue kesini sama bapak ojek loh, sekarang bapaknya dimana?" tanya Almera panik. Oh ya ampun, bagaimana ini? Dirinya tidak mau masuk penjara karena sudah menghilangkan si bapak ojek.

"Gimana dong, Wid?" tanya Almera gusar.

"Gue cari kesana dan lo cari sekitar sini," ucap Widya yang berjalan ke arah barat.

Almera melihat sekeliling. Disini hanya ada dirinya, sepeda motor yang penyok, dan kaki. Tunggu, apa tadi, kaki? Omg kenapa bisa ada kaki?

Dengan langkah pelan Almera mendekati pagar tempat kaki itu berada.

"Kaki asli ini," gumamnya dengan mencolek kaki itu.

"Ini saya, Neng." Almera mendengar suara yang sangat pelan. Bulu kudukku dibuat meremang. Apa ini kaki hantu?

"Neng."

"Astaghfirullah setan," ucap Almera kaget saat tiba-tiba ada yang duduk dan ternyata itu si bapak ojek.

"Bapak, ngapain tiduran di situ?" tanya Almera bingung.

"Ini semua gara-gara, Neng. Saya jadi terbang," sungut Bapak ojek.

"Wih, enak nih bisa terbang," ucap Almera heboh.

"Sudahlah, Neng. Saya pusing bicara sama kamu, mana motor saya," ucap Bapak ojek kesal.

"Itu, Pak," tunjuk Almera ke arah motor yang bagian depannya sudah penyok.

"Ya Allah Gusti," gumam Bapak ojek frustrasi.

"Hehe saya akan ganti rugi kok, Pak," ucap Almera tidak enak.

"Ya harus."

"Al," panggil Widya menepuk pundak Almera pelan.

"Sudah ketemu Bapak ojeknya?" tanya Widya.

"Sudah, dia Bapak ojeknya," jawab Almera.

"Kenapa enggak lo bantuin berdiri, Cantik," ucap Widya gregetan.

Almera menepuk jidat.

"Ayo, Pak. Saya bantu berdiri, lagian Bapak kenapa sampai jatuh sih." Almera membantu Bapak ojek berdiri.

"Saya jatuh juga karena kamu, Neng," gerutu Bapak ojek tidak terima.

"Memang lo yang salah, Al. Lagian lo 'kan enggak bisa naik motor, kenapa lo sok jagoan sih," ucap Widya membela Bapak ojek.

Almera menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Bapaknya kalau nyetir lambat, masa enggak bisa nyalip mobil yang macet."

"Saya mencari aman, Neng. Kalau kecelakaan bagaimana? Sekarang saya minta ganti rugi," ucap Bapak ojek kesal. Padahal sudah jelas ini semua salah Almera, masih saja mencari alasan dengan menyalahkannya.

"Hayoloh, ganti rugi tuh. Bapak ini benar, lebih baik pelan tapi selamat. Daripada lo, udah enggak bisa naik motor sok-sokan lagi. Untung lo cuma nyusruk di pos satpam," gerutu Widya.

Almera mendengkus. Ini lagi, kenapa sahabatnya jadi membela Bapak ojek sih! Lagian ini 'kan bukan hanya salah dirinya, tetapi si Bapak juga.

"Nih, Pak." Almera menyodorkan uang berwarna merah sebanyak 10 lembar.

"Terima kasih, Neng. Lain kali, Neng naik motor sendiri saja ya. Nanti saya akan bilang ke teman ojek saya kalau jangan menerima pelanggan seperti, Neng," ungkap Bapak ojek kemudian berjalan menghampiri motornya yang tergeletak.

"Hahaha mampus lo." Widya tertawa ngakak melihat sahabatnya diomeli Bapak ojek.

"Tertawa aja terus, sampai gigi lo kering," ketus Almera berjalan meninggalkan Widya yang semakin tertawa ngakak.

"Kenapa gue sial sih! Untung gue enggak ada yang luka," gerutunya kesal.

"WOI LO BENERAN MAU KETAWA SAMPAI KERING?" teriak Almera saat menoleh ke belakang ternyata Widya masih tertawa bahkan sampai berjongkok.

"LO PAGI-PAGI SUDAH BIKIN NGAKAK." Widya membalas ucapan Almera dengan teriakan.

"Dih, gue bukan pelawak kali," gumam Almera menatap sinis Widya.

Dirinya menatap aneh Widya yang tidak berhenti tertawa. Padahal dirinya baru saja terjatuh, kenapa sahabatnya itu bisa tertawa sampai segitunya.

"Tungguin gue, Al," ucap Widya mencoba menetralkan napasnya akibat tertawa.

Belum berdiri sempurna Widya sudah tertawa lagi. Hari ini benar-benar lucu baginya, dia selalu terbayang adegan dimana Almera jatuh.

"GUE DO'AIN LO SAWAN YA!" teriak Almera yang sudah jengah dengan sahabatnya yang tidak berhenti tertawa itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status