Tidak terasa waktu cepat berlalu. Saat ini di rumah Almera sangat ramai, para saudara Almera yang dari luar kota maupun luar negeri sudah datang. Mereka ingin menyaksikan pernikahan Almera yang akan diselenggarakan 3 hari lagi. Hari ini rencananya Almera akan fitting baju bersama Romeo.
"Dek," panggil seseorang di balik pintu kamar Almera.
Almera yang sedang memakai skincare pun menoleh. "Masuk!"
"Kakak, ada apa?" tanya Almera kepada seseorang yang baru masuk ke kamarnya. Dia adalah Vika, kakak kandung Almera yang sudah menikah.
"Adek, sini!" Kak Vika mendudukkan dirinya di kasur Almera.
Almera menurut dan berjalan menuju kakaknya berada.
"Adek, ternyata sudah besar ya. Sudah mau menikah," ucap Kak Vika mengelus rambut Almera sayang.
"Padahal kakak belum puas main sama, Adek. Bukannya kakak enggak suka Adek menikah, tetapi kakak hanya enggak menyangka. Adek kecil ini sudah besar," lanjut Kak Vika dengan mata yang berkaca-kaca. Dia sed
Romeo yang sedang asik bermain handphone langsung mendongak kala ada yang memanggil namanya. Romeo menyimpan handphone nya di saku celana, pandangan matanya tidak lepas dari Almera."Bagaimana, Pak?" tanya Almera menunjukkan gaun yang dia pakai."Punggungnya terbuka, ganti!" perintah Romeo."Pa-""Ganti!" perintah Romeo mutlak.Almera mendengkus kesal. Padahal baju ini begitu bagus dan hanya karena bagian punggungnya terbuka, dia disuruh ganti? Almera rasa Romeo tidak paham dengan fashion, karena banyak orang yang memakai gaun lebih terbuka dari ini."Dasar Bapak kudet," gerutu Almera melirik sinis Romeo, kemudian berjalan menuju ruang ganti.Beberapa menit kemudian, Almera kembali ke hadapan Romeo dengan pakaian yang berbeda dan warna yang berbeda pula. Jika tadi berwarna biru, maka sekarang berwarna soft pink."Kalau yang ini bagaimana,
Almera yang sedang menatap Romeo makan pun dikejutkan dengan seseorang yang memanggil namanya. Almera menoleh, matanya melotot kaget. Namun, tidak lama kemudian sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman."Hai, Al," sapa seseorang itu yang ternyata adalah Farrel, mengacak rambut Almera pelan."Halo, Farrel," balas Almera semangat. Dia senang bisa bertemu Farrel disini, sudah lama dia tidak bertemu Farrel, karena kesibukan masing-masing."Lagi ngapain?" tanya Farrel mendudukkan dirinya di samping kiri Almera. Jadi, Almera diapit oleh dua cowok tampan. Sebelah kanan terdapat Romeo dan kiri ada Farrel. Banyak pembeli yang memperhatikan ketiganya. Sebagian ada yang iri dan ada pula yang membandingkan."Lagi mandi," sahut Romeo yang tetap fokus pada makanan di depannya. Sebenarnya dia sudah memperhatikan mereka berdua sejak awal, tetapi mendengar pertanyaan yang tidak penting itu dia menjadi kesal. Sudah tahu sedang di warung makan dan di hadapannya pun ada m
Setelah menghadapi beberapa drama, akhirnya hari yang ditunggu tiba. Hari dimana Almera dan Romeo akan melangsungkan pernikahan. Semuanya di lakukan di rumah Almera, bahkan tamu sudah banyak yang datang. Almera saat ini sedang bersiap di kamarnya yang ditemani kedua sahabatnya."Mbak, jangan terlalu tebal dong eyeshadow nya!" protes Almera.Kedua sahabat Almera menghela napas kesal. Mungkin ini sudah yang keseratus kalinya Almera protes, semua yang dilakukan Mbak perias selalu salah."Mbak, yang sabar ya. Lebih baik diturutin aja apa maunya," ucap Widya tersenyum tidak enak.Mbak perias itu mengangguk dan tersenyum ramah. Kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya."Mbak, lipstiknya yang natural ya. Jangan merah, nanti seperti ondel-ondel," ucap Almera."Iya, Dek," jawab Mbak perias seadanya. Dia sudah terlalu lelah menghadapi berbagai tingkah dan omongan Almera. Baru kali ini dia menemukan pelanggan yang seperti ini, meskipun begitu di
Air mata Almera menetes saat mendengar namanya disebut dengan lantang, oleh laki-laki yang saat ini sudah sah menjadi suaminya. Dia tidak menyangka kalau akhirnya akan begini, menikah diusia 22 tahun dengan status yang masih mahasiswi. Padahal dia sudah berencana untuk menikah ketika sudah sarjana, serta siap lahir batin. Namun, rencana hanya rencana, karena semua sudah diatur oleh Tuhan, jadi dia hanya bisa mengikuti kemana takdir ini membawanya."Al, selamat ya," ucap Widya memeluk Almera singkat diikuti oleh Amel."Jangan nangis, ini hari bahagia lo," ucap Amel menghapus air mata Almera."Ayo!" ajak Widya.Setelah meyakinkan dirinya sendiri, Almera perlahan bangkit. Mereka keluar dari kamar Almera menuju lantai satu, tempat diadakannya ijab kabul. Semua pasang mata menoleh ke arah Almera yang sedang menuruni tangga dengan diapit oleh kedua sahabatnya. Almera terlihat begitu cantik dengan balutan kebaya
Almera yang tadinya menunduk seketika langsung mendongak saat mendengar suara yang begitu familiar."Farel," ucap Almera pelan. Almera memang mengundang beberapa temannya, terutama Farrel. Namun, dia tidak menyangka jika Farrel akan datang ke pernikahannya."Hai," sapa Farrel tersenyum ramah.Romeo hanya menatap datar keduanya. Ternyata orang ini masih hidup toh, Batin Romeo."Selamat ya, Al. Semoga jadi keluarga yang bahagia," ucap Farrel tersenyum. Namun, bukan senyum ramah seperti tadi, tetapi senyum kesedihan. Seharusnya dia yang berdiri di samping Almera, bukan Romeo."Terima kasih, Rel," jawab Almera tersenyum kikuk."Khem," deham Romeo. Dia merasa seperti tidak dianggap oleh mereka berdua. Apakah mereka mengira dia ini patung pernikahan?"Selamat, Om," ucap Farrel mengulurkan tangannya ke depan Romeo, ingin berjabat tangan.
Setelah menyakinkan diri, Almera berucap, "saya sudah mengantuk, Pak.""Saya tahu kalau kamu pasti memikirkan ucapan mama 'kan?" tanya Romeo menatap punggung Almera yang terbungkus selimut.Almera memejamkan matanya erat, bingung harus menjawab apa. Lagian kenapa Romeo bisa tahu?"Kamu jangan khawatir, saya tidak akan meminta hak saya sebelum kamu siap," ucap Romeo. Merasa tidak ada jawaban, Romeo langsung membalikkan badannya ke kiri. Jadilah mereka saling adu punggung.Almera yang memang belum tidur, sedikit bernapas lega. Dia pikir Romeo akan memaksa tanpa mempedulikan dia siap atau tidak, tetapi ternyata Romeo tidak seburuk yang dia kira.Tidak lama kemudian mata Almera meredup, memasuki alam mimpi.**"AAAA!" teriak Almera. Dia kaget saat pertama kali membuka mata, ada Romeo yang tidur di sampingnya. Terbiasa tidur sendiri dan tiba-tiba ada yang menem
Mendengar ada yang mengetok pintu kamarnya, Almera segera bangkit."Ada apa, Bun?" tanya Almera setelah membuka pintu yang ternyata Bunda Tina."Ke bawah yuk! Ada yang mau diomongin," jawab Bunda Tina."PAK, DISURUH KE BAWAH!" teriak Almera membuat Bunda Tina yang berada di sebelahnya terlonjak kaget. Padahal jarak dari ambang pintu ke sofa hanya beberapa langkah, tetapi Almera memilih berteriak."Hust, enggak sopan. Kalau mau ngomong itu di dekat orangnya," tegur Bunda Tina mencubit pipi Almera pelan. Padahal sedari kecil sudah sering diperingati untuk tidak berteriak, tetapi tetap saja. Hanya masuk telinga kanan keluar telinga kiri."Capek yang mau jalan, Bun," jawab Almera cengengesan."Ayo!" ajak Bunda setelah melihat Romeo di belakang Almera.Kemudian mereka bertiga berjalan menuruni tangga, menuju ruang tamu yang sudah ramai. Setelah sampai, mereka langsung mendudukkan diri di sofa yang kosong."Ada apa?" tanya Almera lan
Romeo tidak menjawab pertanyaan Almera. Setelah mematikan mesin, Romeo beranjak keluar dari mobil. Sedangkan Almera hanya terdiam memandang semua gerak-gerik Romeo dengan bingung. Tidak mau larut dalam kebingungannya, Almera lebih memilih bermain handphone. Saat sedang asik berselancar di dunia maya, ada yang mengetuk kaca mobil di sebelah kirinya."Ada apa, Pak?" tanya Almera."Kamu mau jadi manusia oven?" tanya Romeo datar."Manusia oven?" Almera mengernyitkan dahinya tidak mengerti."Mesinnya sudah mati, kamu enggak merasa panas? Lagian kita sudah sampai, betah banget duduk di mobil saya," sahut Romeo yang langsung melenggang pergi, menuju bagasi untuk menurunkan koper.Almera masih mencerna ucapan Romeo, kemudian melihat sekelilingnya. Saat tahu dia berada dimana, mulutnya langsung terbuka dengan mata yang membulat sempurna. Dengan cepat Almera membuka pintu mobil dan keluar. Mata Alme