Home / Young Adult / Takdir Ikatan Suci / 9. Desakan Perjodohan

Share

9. Desakan Perjodohan

Author: Ervin Warda
last update Last Updated: 2021-07-17 16:15:17

"Sudah tenang?" tanya Bunda Tina saat Almera selesai minum. Tadi setelah menunggu beberapa menit, tangis Almera mereda. Ayah dan Bunda pun membawa Almera masuk, tidak enak juga jika dilihat tetangga apalagi kondisi Almera yang berantakan.

Almera mengangguk. Jujur saja saat ini dia berasa malu sekali. Kenapa tadi dia bisa kelepasan hingga menangis histeris seperti itu sih! Dulu dia akan menangis jika tidak dibuatkan kue coklat dan itu hanya menangis dalam diam, tidak seperti tadi. Namun dia tidak bisa berbohong bahwa sekarang hatinya terasa plong.

"Sekarang cerita, pelan-pelan aja," ucap Ayah Grisham. Dia cukup penasaran dengan alasan dibalik tangisan Almera tadi. Setahu dia, Almera itu anak yang kuat, bar-bar dan tidak mudah menangis. Sangat jarang sekali dia menunjukan kelemahannya, baru kali ini dia bersikap layaknya perempuan pada umumnya, menangis sampai histeris.

"Bunda, masih ingat sama cerita Al yang nabrak kemarin?" tanya Almera memulai pembicaraan. 

Bunda Tina mengangguk.

"Sewaktu pulang, Al itu salah masuk mobil orang, Bun, Yah." Almera menatap Ayah dan Bundanya bergantian.

Ayah Grisham mengernyit bingung. "Kenapa sampai salah masuk mobil? Memangnya mobil kamu dimana?"

"Mobilnya Al tinggal di lampu merah, Yah. Al kira itu taxi karena ada perempuan yang turun dari mobil itu, ternyata karyawannya," jelas Almera menunduk, takut jika sang Ayah akan marah saat tahu bahwa dia meninggalkan mobilnya disembarang tempat.

"Terus apa hubungannya sama kamu nangis tadi, Sayang?" tanya Bunda Tina yang tidak paham.

"Orangnya itu minta Al untuk datang ke kantornya, Bun. Ternyata dia nyuruh Al untuk membersihkan gudang, tadi Al dikunci selama 4 jam dan gudang itu enggak ada jendelanya," terang Almera dengan mata yang kembali berkaca-kaca. Kenapa hari ini dia ingin menangis terus?

"Wah, kurang ajar banget itu orang. Memangnya dia siapa? Sudah nyuruh anak gadis Bunda bersihkan gudang, dikunci lagi. Kalau ada apa-apa sama kamu bagaimana? Bunda akan tuntut itu orang!" geram Bunda Tina. Dia tidak terima jika putrinya diperlakukan seperti itu. Dia saja sebagai Ibunya tidak pernah menyuruh Almera untuk membersihkan gudang, sedangkan dia? Dengan seenaknya mengunci putrinya di gudang, memangnya Almera tikus?

"Yang bikin Al takut itu ada kardus yang bergerak, Bun, Yah. Terus tiba-tiba ada boneka yang keluar," sela Almera.

Ayah Grisham langsung menoleh cepat ke arah Almera. Bahkan Bunda Tina yang tadinya mengomel langsung terdiam. Keduanya saling berpandangan, apa mereka tidak salah mendengar? 

"Kamu enggak lagi bercanda 'kan, Sayang?" tanya Ayah Grisham memastikan.

Almera menggeleng cepat. "Enggak, Ayah. Al serius," jawab Almera dengan nada yang meyakinkan.

"Yasudah, sekarang kamu bersih-bersih terus makan," ucap Bunda Tina mengalihkan pembicaraan.

"Kalian enggak percaya sama Al?" tanya Almera.

"Percaya kok. Memangnya kamu enggak risih dengan keadaan kamu yang seperti itu?" tanya Ayah Grisham.

Almera menunduk, menatap pakaiannya sendiri. Astaga, kenapa dia baru sadar bahwa penampilannya sangat kucel.

"Risih banget, Al mau mandi dulu ya," pamit Almera yang kemudian berlari menuju lantai dua.

"Yah," panggil Bunda Tina gelisah.

"Enggak papa, cuma kebetulan," ucap Ayah Grisham menenangkan Bunda Tina dengan mengelus pundaknya pelan.

**

Almera keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang sudah melekat indah di tubuhnya, wajahnya terlihat sangat segar. Dengan langkah pelan, Almera berjalan menuju meja rias, dia ingin mengeringkan rambutnya dan berskincare ria.

"Ternyata gue cantik banget ya," gumam Almera yang menatap pantulan dirinya di cermin.

Setelah selesai dengan segala urusannya, Almera berjalan keluar kamar. Ternyata hari sudah sore, pantas saja cacing di perutnya sudah berdendang meminta makan.

"Bun," panggil Almera berjalan menghampiri Bunda Tina yang menata makanan di meja makan.

"Mau makan sekarang?" tanya Bunda Tina tanpa menoleh ke arah Almera.

Meskipun Bundanya tidak melihat, Almera tetap mengangguk lalu mendudukkan dirinya di kursi.

"Ini, Sayang," ucap Bunda Tina menyodorkan sepiring nasi di hadapan Almera.

"Terima kasih, Bunda." Dengan semangat Almera mengambil kuah soto. Hidungnya tidak tahan dengan aroma soto yang sangat menggoda. Bunda Tina yang sudah sangat hapal dengan kebiasaan Almera hanya menghela napas. Almera jika bertemu soto pasti mengambil suwiran ayam dalam jumlah banyak dan hanya menyisakan sedikit untuk anggota keluarga yang lain.

Almera memakan makanannya dengan lahap. Masakan Bundanya memang sangat nikmat. Apalagi dalam keadaan yang masih panas seperti sekarang. Tanpa menunggu lama Almera sudah menyelesaikan makannya, hingga bersih tidak tersisa satu butirpun.

"Sudah, mau nambah lagi?" tanya Bunda Tina. Sedari dulu dia selalu menemani suami dan anak-anaknya makan hingga selesai.

Almera yang sedang minum hanya bisa mengangguk.

"Bunda mau bicara boleh?" tanya Bunda Tina saat Almera sudah meletakkan gelas yang sudah kosong.

"Ngomong aja, Bun," sahut Almera. 

"Bagaimana keputusan kamu tentang perjodohan itu, Sayang?" tanya Bunda Tina. Sebenarnya yang akan menanyakan hal ini adalah suaminya. Namun karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan, jadilah dia yang bertanya.

"Bunda, Al enggak mau," ucap Almera memelas. Dia tidak ingin dijodohkan, selain tidak kenal dengan orangnya, dia juga ingin lulus kuliah hingga mencapai cita-citanya untuk memiliki sanggar tari.

"Sayang, lihat Bunda." Bunda Tina menangkup wajah Almera supaya menghadapnya.

"Kenapa enggak mau? Memangnya kamu enggak kasihan sama Bunda dan ayah? Lagi pula lelaki yang akan dijodohkan dengan kamu itu anak teman ayah. In sya Allah dia adalah jodoh yang tepat untuk kamu. Bunda dan ayah mau yang terbaik untuk kamu, Sayang. Enggak mungkin Bunda menjerumuskan anak Bunda sendiri," ucap Bunda Tina menatap dalam mata Almera. Dia menjodohkan Almera karena dia ingin yang terbaik untuk anak bungsunya ini. Dia tidak ingin Almera salah dalam memilih jodoh.

"Bunda," rengek Almera. Hatinya terenyuh saat Bundanya berkata seperti itu. Dia harus bagaimana? Di satu sisi dia tidak mau dijodohkan, tetapi di sisi lain dia tidak ingin membuat kedua orang tuanya sedih.

"Al, mau ya," desak Bunda Tina.

Almera hanya diam menatap wajah sang Bunda yang menatap dirinya dengan penuh harap. Almera sangat paham dengan sifat kedua orang tuanya yang tidak mudah menyerah sebelum mendapatkan apa yang mereka mau. Dia yakin, mereka pasti akan terus mendesaknya untuk menerima perjodohan ini. Menurutnya ini sangat konyol, sekonyong-konyong koder.

"Ini masih tahap pendekatan 'kan, Bun?" tanya Almera. Mungkin dia bisa mempertimbangkan jika perjodohan ini hanya untuk pendekatan, jika tidak cocok ya tidak dilanjutkan.

Bunda Tina menggeleng. "Enggak, Sayang."

Almera menatap Bundanya dengan kening berkerut. Maksudnya enggak itu apa?

"Tunangan?" tanya Almera memastikan.

"Enggak juga, Sayang," jawab Bunda Tina.

Almera semakin dibuat bingung. Pendekatan katanya enggak, pertunangan juga enggak, lalu apa? Pikiran Almera berkelana kemana-mana. Apa jangan-jangan menikah? Oh no! Dia tidak ingin menikah muda. Bagaimana dengan nasib kuliahnya? Teman-temannya pasti mengira dia hamil duluan.

"Sayang." 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Takdir Ikatan Suci   85. Pertanyaan Mematikan

    Di sebuah ruangan berwarna abu-abu, terdapat seorang pria yang berdiri di dekat jendela. Romeo, pria yang dulunya bertubuh kekar kini semakin kurus. Rambut-rambut halus mulai tumbuh di sekitar dagunya. Bahkan kumisnya sudah tebal seperti bapak-bapak yang ada di warung kopi. Dengan tangan yang berada di saku celana, Romeo menatap kosong langit malam yang penuh bintang. Sudah pukul sepuluh malam, tetapi matanya enggan terpejam. Padahal besok pagi ada rapat penting. Ingatannya kembali berputar pada kejadian beberapa bulan lalu. Di saat Almera masih di sini dan dia melukainya seenak hati. Perasaan bencinya kepada Almera telah melebur menjadi penyesalan. Penyesalan yang sangat dalam. "Bahkan sampai saat ini pun saya belum bisa nemuin kamu," ujar Romeo tersenyum kecut. Hidup memang selalu berputar. Jika dulu nama Almera tidak pernah ada di pikirannya, maka sekarang tiada hari tanpa memikirkan perempuan itu. Semakin memikirkan maka semakin dalam dan besar pu

  • Takdir Ikatan Suci   84. Ayo Pacaran!

    "Wid, Widya," panggil Almera mengetuk pintu kamar Widya. Ketukan yang awalnya pelan semakin keras dan cepat saat tidak mendapat sahutan dari sahabatnya. "Widya! Widya!" teriak Almera tidak sabaran. Sedangkan di dalam kamar, Widya yang sedang tidur siang pun mulai terusik. Mengubah posisi tidurnya menjadi miring lalu menutup telinganya dengan bantal. Merasa tidak berguna, Widya melempar bantalnya asal dan kembali terlentang. Selanjutnya, dia menendang selimut lalu bangkit dengan mata yang memerah. Antara mengantuk dan marah. Widya membuka pintu kasar. "Apaan sih? Lo ganggu tidur gue tau nggak!" Bukannya merasa takut atau bersalah, Almera justru cengengesan tidak jelas. "Wid, jalan-jalan yuk!" ajak Almera antusias. Dengan gerakan malas, Widya menoleh ke dalam kamarnya, melihat jam yang menunjukkan pukul satu siang. Seketika matanya melotot. "Lo gila? Siang-siang gini lo ngajak gue jalan? Please deh, Al, lo jangan aneh-aneh. Ini panas ban

  • Takdir Ikatan Suci   83. Mangga Muda

    "Bagaimana?" tanya Romeo kepada Rizky yang berdiri di depannya. Saat ini keduanya berada di ruangan Romeo.Rizky mengernyit tidak paham. Ini Bosnya bertanya tentang apa sih? "Maaf, Pak, maksudnya apa ya?""Bagaimana kabar pencarian Almera? Apa sudah menemukan jejak?" tanya Romeo memperjelas, membuat bibir Rizky membentuk bulatan kecil seraya mengangguk pelan."Maaf, Pak. Belum ada," jawab Rizky menatap Romeo sendu. "Terakhir kali mereka berdua berada di rumah Widya."Romeo menarik napas panjang lalu mengembuskannya perlahan. Punggung tegapnya dia sandarkan pada sandaran kursi. Perlahan matanya terpejam dengan tangan kanan yang memijat pelan pelipisnya. Kepalanya semakin sakit, begitu pula dengan rasa bersalah dan juga gelisah.Kapan dia bisa bertemu Almera? Harus berapa lama lagi dia menunggu kabar tentang keberadaan sang istri? Atau mungkin selamanya dia t

  • Takdir Ikatan Suci   82. Pelukan Kerinduan

    Hal yang paling membahagiakan bagi para orang tua adalah dengan kehadiran anggota keluarga baru. Apalagi seorang bayi mungil yang menggemaskan. Meskipun tidak ada hubungan darah, tetapi orang tua Widya begitu antusias saat mendengar kabar tentang kehamilan Almera. Mereka yang awalnya sedang perjalanan bisnis di Bandung langsung terbang ke Bali. Selama perjalanan, senyum Vania dan Efendi - orang tua Widya tidak luntur satu detik pun. Perasaan mereka benar-benar bahagia. Brak! Suara pintu yang dibuka kencang sukses membuat Almera yang sedang menonton kartun terlonjak kaget. Belum sempat melihat siapa pelakunya, Almera kembali dikejutkan dengan sebuah pelukan yang sangat erat. Sampai membuat badannya sedikit terhuyung. Tidak jauh berbeda dengan Almera, Widya dan Nenek Mia yang berada di dapur pun juga terkejut. Keduanya saling pandang lalu berjalan tergopoh-gopoh menuju tempat Almera dengan perasaan panik. Takut jika sesuatu yang buruk terjadi pada ibu h

  • Takdir Ikatan Suci   81. Kita Saling Menguatkan

    "Nek, Widya mana?" tanya Almera kepada Nenek Mia yang sedang menata makanan di meja.Mendengar suara seseorang yang semalam membuatnya khawatir, lantas Nenek Mia menghentikan kegiatannya dan mendongak. Terlihat Almera yang memakai dress berwarna abu-abu selutut berdiri empat langkah di depannya."Kamu sudah bangun, Nak? Ayo makan dulu!" ajak Nenek Mia tanpa menjawab pertanyaan Almera. Kakinya bergerak gesit menghampiri Almera dan menuntunnya duduk. Senyumnya pun merekah bahagia.Semua rasa khawatir yang dia rasakan semalam langsung sirna.Almera duduk dengan wajah bingungnya. "Nenek, Widya mana?""Oh itu Widya lagi di toko," jawab Nenek Mia santai yang mendapat tatapan penuh binar dari Almera."Almera mau ke sana! Ayo, Nek! Al udah dari kemarin-kemarin pingin ke toko roti punya Nenek." Almera menatap antusias Nenek Mia yang hendak meng

  • Takdir Ikatan Suci   80. Tidak Bisa Menerima

    "Inget ya, Al, lo nggak boleh makan sembarangan. Harus banyak istirahat. Nggak boleh banyak pikiran," ucap Widya seraya menuntun Almera menaiki tangga menuju kamarnya. Sejak Almera sadar dan diperiksa bahwa sahabatnya itu hamil, Widya tidak berhenti mengeluarkan petuah-petuah dengan kalimat yang sama secara berulang. Terutama nenek Mia yang sangat antusias hingga langsung membuat kue untuk dibagikan ke tetangga. Sedangkan sang empu justru menutup mulut rapat-rapat dengan pandangan kosong. Pikiran dan perasaannya menjadi campur aduk. Meskipun sudah menikah dan menginginkan malaikat kecil hadir di rumah tangganya, tetapi tidak cara seperti ini. Calon anaknya hadir karena paksaan yang Romeo kira bahwa dirinya adalah Citra, kekasihnya. Bukan atas dasar saling mau dengan balutan cinta yang menggebu. Ada rasa terkejut, sedih, marah dan senang di hati Almera. Kenapa anak ini hadir di saat dirinya masih dibaluti rasa takut dan pergi dari Romeo? Bagaimana cara dia men

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status