Share

DOBBY

Author: LoVelly09
last update Last Updated: 2021-10-04 16:32:34

"Semuanya serba tiba-tiba dan tak terprediksi, memangnya siapa yang bisa memprediksi takdir?"

Kring...kring...kring... 

    Rossie memicingkan matanya dan mendapati nama Edric tercetak di layar ponsel. 

[“Babe, kamu masih tidur?]” 

“ Ehm, iya ada apa Edric? Kapan kamu pulang dari Yunani?” tanya Rossie sambil menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang terkspos. 

[“Sore ini, aku akan kembali. Persiapkan dirimu. Baiklah, aku tutup dulu ya. I love you.”] Panggilan keduanya terputus, Edric yang melakukan. 

    Tubuh Rossie kembali menggeliat, tidak ada sosok lain di kamar itu selain dirinya. Ia meraih segelas air putih dan meneguknya. Kepala Rossie masih terasa berat karena efek alkohol semalam. Kejadian semalam juga sama sekali tidak terekam dalam benak. Ia hanya merasakan kenikmatan yang luar biasa, bersama seorang pria. 

    “Ah, paling semalam aku melakukannya seorang diri,” pikir Rossie. 

    Ia mengayunkan kakinya dan turun dari ranjang untuk segera membasuh diri. Kemudian bergegas untuk ke lokasi pemotretan.

"Cath, sorry malam ini kayaknya aku nggak bisa ikut ngumpul deh. Si sialan Voldemort malam ini balik dari Yunani. You know lah?" seru Rossie setelah memasangkan earbuds di salah satu telinganya.

["Lagian Ros, udah aku bilang akhiri aja sih. Lebih dari cukuplah satu tahun kamu balas budi sama dia."]

“Yah, aku akan melakukannya.” 

["Ya harus! Kalau memang kamu sudah tidak tahan lagi. Lagian, We never know, Aku yakin wanita Edric bertebaran di luar sana. Pria akan tetap menjadi pria, dia selalu memberikan batasan untuk kita. Tetapi batasan itu tidak berlaku untuknya.”]

Rossie bergeming, sungguh ia tidak peduli kalau Edric mempunyai banyak wanita. Untuk saat ini, ia hanya ingin terlepas dari pria sialan itu. Sudah tidak ada lagi rasa cinta. 

Panggilannya terputus, Rossie yang melakukannya. la segera berlari menghampiri wanita lansia yang terjatuh, karena kehilangan keseimbangan.

"Grandma, are you okay?" tanya Rossie sambil membantu wanita itu berdiri.

"Ah, kaki renta ini sungguh sudah tidak bisa diajak kompromi." Wanita itu mencoba berdiri dengan bertumpu pada lengan Rossie. 

"Mam!" Seorang wanita paruh baya dengan surai sebahu berlari menghampiri Rossie dan wanita lanjut usia itu. Netranya menatap lekat wajah Rossie, tampak mencoba mengulang memori lamanya. "Ro-Rossie?" 

Rossie mengalihkan tatapannya, wanita itu tampak tidak asing baginya. Tetapi siapa? Memorinya cukup lamban untuk mengingat kembali siapa wanita itu. 

"Rossie? Pacarnya Chan dulu?" timpal wanita lanjut usia itu, yang tambah memaksa Rossie untuk mengingat siapa keduanya. 

"Oh my goodness, Mom kris? Granny?" Rossie memberi pelukan, setelah akhirnya bisa mengingat kedua wanita itu. 

Dua wanita asing yang terasa seperti keluarga sendiri baginya. Rossie kerap kali merasakan kerinduan karena mereka. Apa;agi ketika dilanda kesedihan, dan sekarang mereka dipertemukan kembali, setelah beberapa bulan yang lalu ia merindukan kedatangan mereka. Tuhan memang maha mendengar. 

"Astaga, kau sudah dewasa. Tambah cantik, Granny rindu." Nenek Chan meraup wajah mungil Rossie, terlihat jelas kerinduan di kedua netranya. "Andai saja kau dan Chan masih bersama."

Rossie hanya meringis, dan meneguk ludah. Memangnya mau bereaksi seperti apa? 

"Rossie gimana kalau minum teh sambil ngobrol sebentar?" pinta Kris. Sikapnya tidak pernah berubah, meskipun Rossie sudah tidak mempunyai hubungan lagi dengan putranya. 

Rossie ingin sekali mengiyakan, tapi si sialan Edric sudah mengiriminya pesan sedari tadi. 

"Maaf mom, maybe lain waktu. Aku ada acara mendesak malam ini." 

"Kalau begitu, Mommy minta nomor baru kamu." 

"Oh ya, lusa Thomas menikah, datang ya. Nanti biar Chan yang menjemputmu," timpal Nenek Chan penuh harap.

"Rossie usahakan, Granny."

Rossie memberikan kartu nama berwarna merah jambu. Kemudian pelukan perpisahan kepada keduanya. Pelukan itu masih terasa hangat, sama seperti 7 tahun yang lalu. Pelukan dari seorang Ibu yang sejak kecil tidak pernah ia dapatkan. 

Rossie beranjak, langkahnya terhenti pada seorang pria bertelinga runcing dan lesung pipi yang tercetak pada salah satu pipinya, Hwang Chanyeol.

Kedua manik Rossie terhenti pada iris cokelat itu, sehingga membuat keduanya beradu tatap. Mendadak Rossie tertawa geli, sungguh telinga runcing itu mengingatkannya pada Dobby, tokoh peri penjaga rumah di film Harry Potter, favoritnya. Yah, anggap saja Chan adalah versi tampannya. 

Sesaat iris Chan juga ikut menatap paras cantik itu, teringat kejadian panas yang mereka lakukan semalam. Namun, sepertinya Rossie tidak mengingat kejadian itu. Karena ia terlihat biasa saja, atau memang berusaha terlihat tidak ada yang terjadi? 

Rossie tidak mengucap apapun, ia terus melangkah melewati Chan. Pria yang hanya sekilas melintasi hidupnya. Mungkin... 

***

Edric melepaskan kecupannya pada pundak Rossie yang dibiarkan terbuka. Kecupan itu terus menjalar hingga bagian lehernya, membuat wanita itu bergidik dan menghindar.

"Why babe? I miss you. Kemarilah," pinta Edric sambil menarik tangan Rossie dan memeluknya. "Kau terlihat sangat cantik dengan gaun ini, mari bersenang-senang malam ini. Lusa aku harus terbang ke Vegas."

Rossie mencibir, sungguh ia tidak peduli. Malah ia berharap Edric terbang ke Antartika dan tidak pernah kembali.

Tangan Edric meraih tali simpul yang mengikat busana Rossie, kemudian meloloskannya.

"Edric, ada yang ingin aku bicarakan," ucap Rossie sambil menahan gaunnya yang setengah melorot.

Edric menaikkan salah satu alisnya dan memberikan tatapan tajam, "Bisakah kamu tidak merusak suasana kali ini?"

TO BE CONTINUED ….

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Takdir Jodohku   Akhir bahagia

    "Kenapa kau tidak merasakan betapa besarnya cintaku untukmu? Aku sangat mencintaimu, sangat, sangat, sangat dan tidak bisa diukur lagi. Bahkan seisi dunia tidak bisa menakar rasa cintaku. Aku mencintaimu, sangat." Serentetan kalimat yang diucapkan oleh Chan baru saja membuat jantung Rossie berdebar dengan sangat kencang. Sentuhan jemarinya yang perlahan menelusup ke dalam balik gaun tidur, membuat kedua mata Rossie memejam perlahan. Lembut bibir Chan pun ikut menyentuh bibirnya. Pelan dan menuntut. Dingin dan basah. Dengan intens, Chan memberikan kecupan penuh hisapan. Rossie mulai larut dalam permainan lidah suaminya yang selalu ahli. Meraih tengkuk pria itu ke posisi yang lebih nyaman. Beberapa saat kemudian napas keduanya terengah. Chan menghentikan ciumannya dan terkejut ketika ketahuan sedang mengatur napas sebab kelelahan. Mereka terkekeh. Memajukan kepala di salah satu telinga Rossie dan berbisik sangat lirih. "Rossie, kau sangat seksi malam ini. Bisakah kita melakukannya

  • Takdir Jodohku   Hidden Part (Part 2)

    "Ketika sang takdir sering mempertemukan kita, apa yang akan terjadi selanjutnya?""Stop!" titah Rossie, membuat Chan menghentikkan laju mobilnya.Lobby apartment Rossie masih jauh berada di depan, sekitar 80 meter. Kedua manik mata Rossie menelisik ke depan, melihat Edric yang sedang berdiri di depan lobby sambil berbicara pada ponselnya."Aku turun sini aja, thanks ya." Rossie bersiap untuk membuka pintu mobil Chan, tetapi tangannya dicekal oleh lengan kukuh pria itu. Chan menatap lekat-lekat Rossie, sangat dekat bahkan ia bisa melihat pantulan dirinya di mata Rossie.Chan merasa tidak salah, wanita yang sempat ia temui beberapa hari yang lalu adalah Rossie. "Who are you?" Bibir Chan bergumam perlahan. Membuat Rossie tersentak.Chan dan Rossie sesaat saling melempar tatap. Hening. Sampai pada akhirnya Rossie melepaskan cekalan tangan Chan dan berkata, "I'am Rossie, Rossie."Rossie membuka pintu mobil Chan dan segera turun. Ia berjalan perlahan menghampiri Edric yang masih belum sada

  • Takdir Jodohku   Hidden Chapter (Part 1)

    Dua tahun yang lalu …."Tutup kedua matamu dan rasakan kehadiranku, karena kau tidak butuh sebuah tatapan untuk mengenaliku."Chan meregangkan otot leher, menggerakkannya ke kanan dan ke kiri. Tubuhnya terasa sedikit pegal. Alih-alih untuk berolahraga, untuk sekedar tidur cukup waktu saja, sudah bagus untuknya. Setiap malam ia begadang untuk mempelajari beberapa dokumen penting Saint Hills Hospital. Kalau saja tidak teringat amanah sang Ayah, mungkin ia sudah meminta manager lain untuk menanganinya. Yah, ia harus bertanggung jawab dengan keputusan yang ia pilih.Kaki jenjang Chan menapaki lantai yang merupakan perpaduan dari kayu dan marmer. Rumah dengan interior desain yang disesuaikan dengan seleranya itu, terlihat sangat elegant. Di beberapa sudut ruangan terdapat perabotan yang terkesan classy. Sementara untuk warna ruangannya, ia lebih memilih warna krem dominan.Dibukanya gorden emboss velvet warna hijau, kemudian membuka pintu kaca yang menghubungkannya ke balkon kamar. Chan me

  • Takdir Jodohku   Masih belum berakhir

    Suara raungan mobil sport menyeruak di dalam gedung yang sudah di desain untuk balapan itu. Kelima laju mobil itu saling salip dan mendahului. Rossie tersenyum tipis ketika mobil warna biru tua menyalipnya. "Well, let's see," ucap Rossie sambil menginjak gas dalam dan menambah kecepatan. Kemahiran Rossie dalam mengemudi memang tidak bisa diragukan. Hobi barunya melakukan balapan bersama rekan sesama modelnya membuat rasa lelah menguar begitu saja. Garis akhir semakin terlihat di depan, Rossie menaikkan salah satu sudut bibir. Ia merasa kemenangan semakin dekat. Namun, mobil centil warna hot pink mendahuluinya dan menjadi pemenang balapan kali ini. "Ash, sial," kesal Rossie. "Yippi!" Catherine memekik bahagia. Wanita itu keluar dari mobil disusul Jennie, Lisa, dan Jiso keluar dari mobil masing-masing. "Congratulation, Cath!" pekik Rossie sambil keluar dari mobilnya. "Okay, girls. Karena aku memang hari ini, so … party malam ini aku yang traktir!" Begitulah cara mereka merayakan

  • Takdir Jodohku   Menuju Akhir

    DOORRR!!!"Clara…" Kedua mata Rossie membulat sempurna ketika darah segar mengucur dari dada kiri pria itu. Pistol revolver yang masih mengepulkan asap terjulur tepat di sisi Rossie. Hal itu sontak membuat Rossie mengarahkan pandangan kepada si penembak. "Am-Amber?" ucap Catherine dengan kedua tangan yang menutup sebagian wajah. Ia mengintip dari sela-sela jemarinya yang merenggang. Rahang Amber bergetar, diikuti tangannya yang masih menodongkan pistol. Tanpa pikir panjang, Amber mengeluarkan senjata yang berada di balik bajunya. Kedua lutut Amber melemas, kemudian membuat tubuhnya terjatuh. Rossie yang masih tidak percaya dengan apa yang terjadi melihat Amber dan Clara secara bergantian. Tangan Amber memegang dada kirinya yang terus mengucurkan darah. Rossie yang sedari tadi bergeming, tiba-tiba merobek bagian bawah gaunnya dan berlari menuju kepada Amber. Ia menyumpalkan robekan tersebut pada luka tembak yang menganga. "Amber." Menekan dengan kuat dada kiri Edric agar darahnya

  • Takdir Jodohku   Belum berakhir

    Melihat raut wajah Rossie yang ketakutan, Clara berusaha memberikan usapan lembut pada wajah wanita itu. Ia menyelipkan beberapa helai rambut di belakang telinga Rossie. "Kenapa kau takut? Bukankah harusnya kau senang karena sudah mengingat cinta Tuan Edric yang sebesar cinta kepada ibunya?”Keheningan menyelimuti keduanya. Rossie tidak mengucapkan sepatah kata pun. Begitu pula dengan Clara yang tiba-tiba ikut bergeming. Pandangannya tertuju kepada Rossie, tetapi kosong. Memori lama dalam benak Clara kembali berputar. Memainkan adegan masa lampaunya bersama sang ibu. "Edric...Mommy akan bekerja. Kamu cepatlah istirahat dan naik ke loteng." titah Carissa sembari memasangkan kaitan teratas gaun seksinya. "Tapi, Mom. Aku masih ingin main," tolak Edric kecil yang masih asyik bermain dengan mobil-mobilannya. Dengan tatapan tajam yang mengintimidasi, Carissa segera menghampiri Edric. Dipegangnya rahang Edric dengan cengkeraman yang kuat. "Edric! Listen to me! Jangan membangkang, kamu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status