Melihat kondisi Aprilia yang shock atas apa yang di katakan putri bungsunya, membuat Elvira pun meminta pertolongan pada pembantu di rumah itu. “Mbok Darmi..., Mbok...! Tolong...!” teriak Elvira sejadinya melihat Aprilia kesakitan pada bagian dadanya dan keringat sebesar biji jagung keluar dari pori-porinya. “Ya Allah..! Ibu..., Ibuuu...!” Darmi panik melihat kondisi Aprilia saat telah sampai di kamar sang majikan. Sementara Amelia hanya menangis dan meminta maaf terus menerus pada Aprilia. Kemudian, dengan air mata bercucuran Elvira meminta Darmi untuk memanggil Ikhsan, sopir pribadi Aprilia. “Mbok..., Tolong panggil Pak Ikhsan untuk bantu bawa mama ke mobil. Kami akan ke Rumah Sakit,” pinta Elvira dengan air mata yang terus mengalir. Secepat kilat Darmi berlari keluar kamar dan memanggil Ikhsan. Tak berapa lama Ikhsan pun telah masuk ke kamar Aprilia, dan mereka bersama-sama menggotong tubuh Aprilia yang kini berada diantara sadar dan tak sadar ke dalam mobil untuk dibawa ke Rum
Elvira kali ini ditemani oleh Ervan, adik lelakinya yang telah hadir ke Rumah Sakit pada saat pulang kerja. Lelaki yang kini telah mempunyai seorang anak dan bekerja di sebuah Bank Swasta memiliki istri yang juga hanya sebagai ibu rumah tangga.Tepat pukul enam sore, Elvira di panggil oleh seorang perawat.“Keluarga Aprilia...,” panggil seorang perawat yang keluar dari dalam ruang ICU.“Ya...,” sahut Elvira dan Ervan bersamaan serta berjalan menghampiri perawat tersebut.“Bu, Pak.., saya ingin sampaikan, kalau kondisi Ibu Aprilia sudah melewati masa kritis. Jadi kami akan observasi kembali satu sampai dua hari. Jika memungkinkan, maka Dokter Nathan tadi menyatakan akan melakukan tindakan operasi,” urai perawat tersebut.“Syukurlah..., Terima kasih ya Allah. Terima kasih Suster. Apa bisa kami tinggal dulu? Soalnya kami akan mandi dan nanti salah satu dari kami akan menunggu di depan ruang ICU,” pinta Elvira dengan mata bengkaknya dan kabut menutupi netranya.“Ya silakan. Juga pas
Mobil yang membawa Elvira pun sampai tepat di depan pagar rumah Gilang. Ikhsan yang melihat Elvira tertidur pulas membangunkan anak majikannya.“Non Vira, Non...,” panggilnya berulang kali.Dengan mengerjap-ngerjapkan matanya, Elvira pun terdiam sesaat, mengusap wajahnya dan memperbaiki rambut dan pakaiannya. Lalu, wanita cantik itu berpamitan pada Ikhsan seraya memberikan uang ala kadarnya.“Makasih Pak Ikhsan, ini untuk beli minum di jalan. Hati-hati ya Pak.”“Non Vira, jangan seperti ini. Keadaan ibu April lagi sulit. Saya nggak mau ter...”“Terimalah Pak..., Anggap aja saya naik taxi. Juga seharusnya bapak udah pulang ke rumah. Maaf Pak, jadi merepotkan,” imbuh Elvira seolah enggan keluar dari mobil itu dengan berbicara pada Ikhsan.“Non Vira jangan minta maaf seperti itu. Almarhum pak Eka, papa Non Vira orangnya sangat baik sekali. Makanya saya ingin membalas budi dengan tetap bekerja di rumah bu April,” tutur Ikhsan yang sudah bekerja cukup lama sejak Elvira masih SD. Kare
Seperti biasa, sekitar jam 6 pagi Elvira terbangun dari tidurnya. Ia pun langsung berjalan ke dapur dan melakukan kegiatan di pagi ini seperti biasanya dengan membuatkan sarapan. Saat ia tengah asyik memasak, terdengar Gempita menyapanya. “Pagi Kak.” “Pagi,” jawab Elvira menoleh dan tersenyum memandang ke arah Gempita. Gempita sangat terkejut kala melihat mata Elvira sembab. Maka, gadis muda itu mendekati dan memastikan sembab mata Elvira dari dekat. “Kak Vira habis nangis ya?” tanya Gempita memegang tangan Elvira. Dimana ia terakhir kali melihat Elvira di pagi hari saat hendak ke rumah orang tuanya. Elvira pun menganggukkan kepalanya. Lalu, Gempita yang penasaran atas sembabnya mata Elvira kembali menanyakan penyebab ia menangis. “Kak, apa ada masalah? Ngomong dong Kak, siapa tau aku bisa bantu,” tanya Gempita menatap raut wajah Elvira yang penuh kesedihan. “Sehabis masak, nanti aku cerita,” janji Elvira. Namun, karena Gempita merasa ada hal besar yang membuat Elvira menangis,
Gempita yang sudah selama dua minggu ini ikut dalam group “Bad Girl” pada sebuah situs dewasa, akhirnya mencari mangsa Om-Om senang dalam situs dewasa tersebut dengan syarat yang membuat pemakaiannya aman, karena lelaki hidung belangnya diharuskan memiliki surat kesehatan dan bebas dari Aid, ketika ia masih menemani Elvira di Rumah Sakit.Sekitar dua puluh menit kemudian, Gempita pun dapat order dari seorang pria berusia 48 tahun, warna Indonesia campuran. Hal itu terlihat dari wajah yang dikirimkan lewat pesan Online usai mereka saling berkenalan. Kemudian, Gempita pun mengirimkan pesan pada Elvira yang tengah berbicara dengan Amelia. [Pesan masuk Gempita : Kak, ini udah dapat tamu. Gimana kakak mau ambil?]Elvira yang langsung membaca pesan masuk kala terdengar nada bip pun memandang ke arah Gempita dan membalas pesan tersebut.[Pesan keluar Elvira : Boleh, Gempi. Tapi nggak kenapa ya? Soalnya kan, tampilan wajah di photo kamu kan, beda]Sedetik kemudian, Gempita langsung menj
Sampai akhirnya selama 3 bulan ini, Elvira yang terpaksa menjual diri sehabis pulang kerja, hanya berhasil menutup bunga yang harus dibayarkan Revan. Melihat kenyataan itu, Elvira pun merasa kerjaan nista itu tidak membuat kehidupannya kian bertambah baik.Hingga pada suatu hari, seorang kepala HRD yang bertemu dengan Elvira di halaman kantornya, memanggil dirinya.“Vira...!” panggil Dendy di halaman kantor saat lelaki itu memarkir mobilnya.“Ya Pak,” sahut Elvira menoleh Dendy, seorang lelaki kepala HRD dari kantor tersebut.Lelaki dengan kepala botak berusia sekitar 45 tahun itu pun, berjalan menuju tempat Elvira berdiri menunggunya.“Ada apa ya, Pak?” tanya Elvira memandang ke arah Dendy. Mereka sangat jarang berkomunikasi, mengingat kedudukan Dendy sebagai kepala HRD yang biasanya bertemu jika, Dendy mengenalkan karyawan baru dengan mengajak karyawan baru berkeliling ke bagian lainnya.Lalu, Dendy mengajak Elvira berjalan menuju pohon rindang yang ada di halaman kantor terse
Elvira yang telah resign dari pekerjaannya, pulang ke rumah Aprilia dengan taxi. Di sepanjang jalan menuju rumah sang mama, pikiran Elvira terus berkecamuk tentang hal yang akan ia sampaikan pada mamanya. Ingin sekali ia mengatakan seluruh kejadian yang menimpa dirinya. Namun, persoalan yang terjadi pada keluarga kedua adiknya membuat Elvira kembali mengulur waktu untuk membicarakan kejadian yang menimpa dirinya. Batinnya pun menjerit, ‘Ya Allah, mana yang aku dahulukan? Persoalan hutang adik-adikku? Atau persoalan yang menimpaku dan kehamilanku yang bukan anak Gilang? Apakah mama akan shock? Bagaimana kalau berakibat fatal? Pasti Ervan akan menyalahkan aku dengan musibah yang terjadi padaku. Sekarang apa yang harus kulakukan?’ Elvira memilah persoalan dan risiko yang akan dilaluinya jika hal itu dikemukakan pada mamanya. Yang terpikirkan saat ini, jika Elvira mengatakan masalahnya terlebih dahulu, dampak yang akan terjadi pada mamanya, pasti merasakan shock dan sedih. Juga hal itu
Amelia dan Elvira yang diminta oleh Aprilia untuk ke Bank menanyakan perihal sisa pinjaman Ervan pun ditolak oleh pihak Bank, karena bagi Bank itu merupakan rahasia nasabah. Kemudian, kakak beradik itu pun kembali ke rumah Aprilia, saat jam menunjukkan pukul satu siang. “ Maa, apa sebaiknya kita ke rumah kak Ervan, aja?” tanya Amelia. “Gimana Vir? Apa kita sekarang ke rumah Ervan?” tanya Aprilia pada Elvira. “Iya Maa, kita jalan ke rumah Ervan. Apalagi udah dua hari ini dia nggak bisa hubungi.” Elvira pun meraih tas tangannya dan menemui Mbok Darmi. “Mbok, kami mau ke rumah Ervan, tolong jaga Rama dan Sinta. Jangan kasih anak-anak keluar rumah dan jangan juga buka pintu pagar sebelum kami datang,” pinta Elvira kala dilihat kedua keponakannya sedang tertidur lelap. Amelia yang mendengar perintah Elvira pada pembantu di rumah Aprilia pun berbicara dengan kakaknya. “Kak, sepertinya aku nggak ikut ke rumah Kak Ervan. Biar Kakak sama mama aja, kasian anak-anak kalau bangun tidur, ngg