Share

CHAPTER 4

-HAPPY READING. 

"Seriusan ya Ma?" Tyas mengangguk. 

Tyas lalu memunguti panci dan makaroni yang berceceran disana. Maxime menghela nafas, siapa suruh ngotorin nih dapur fikirnya. Maxime meminta mamahnya untuk pergi dari sana agar bibi saja yang membersihkan. Dan Mamanya menurut walaupun perlu agak dipaksa. 

Maxime mengajak mamanya ke ruang tengah. "Emang dia sapa sih Max?" tanya Tyas pada putra bungsunya. 

"Adadeh, nanti aka aku kenalin ya?" 

Tyas hanya mengangguk saja, biarkan nanti Maxime juga akan memberitahu dengan sendirinya. 

"Abang belum pulang?" tanya Maxime. Tyas menggeleng, kapan abangnya akan pulang. Maxime rindu diomeli oleh sang abang. 

"Keatas dulu Mah," Max naik menuju kamarnya. 'Dah dapet restuu, asikkkkk," batin Maxime. 

* * * 

Aqlla makan dikantin dengan tenang bersama Diana dan Cash. Tiba tiba bangku di sampingnya bergerak. Refleks Aqilla menoleh, Cash yang sedang makan bakso pun tersedak ketika melihat Maxime, Dio, dan Ascraf datang ke meja mereka. Dio yang menguncir rambutnya dan Ascraf yang memiliki bekas jahitan di jidat sebelah kiri. 

Ketiganya terkenal dengan badboy dan fucekboynya. Ascraf merapikan jambul badainya dan Dio yang mengikat rambutnya. 

"Napas Cash napas," bisik Diana pada cash yang berada di sampingnya. Cash mengangguk masih dengan mengunyah batagornya. 

Berbeda dengan Cash, Ailla justru memandang ketiganya sebal. Hanya Max saja membuat Aqilla begitu muak ditambah dua pasukannya Aqilla bisa mati karena emosi. 

"Kamu ngapain sih?" tanya Aqilla dengan nada sebal. Maxime masih tidak peduli dengan kekeasalan Aqilla. 

"Mau ngapelin calon masa depan lah ngapain lagi?" 

Aqilla menggeram, ia hanya ingin memakan makanan dengan tenang tapi perusuh malah datang. 

"Kamu kalo nggak gangguin saya kenapa sih?" Walaupun Aqilla sebal, kedua temannya tetap cengar cegir. Apalagi Cash yang melihat Ascraf tanpa berkedip. 

"Max kalo nggak ngapelin lo bisa gatel-gatel badannya," timpal Ascraf yang sama ngeselinnya seperti Maxime. 

Maxime mengacungi jempol. "Pinter lo As." Ascraf hanya menyengir. 

"Gih makan sok. Gue liatin," ucap Maxime dengan sangat menyebalkan di telinga Aqilla. 

Aqilla kembali memakan baksonya, ia tidak perduli dengan Maxime. Diana yang sudah selesai makan langsung tebar pesona. 

"Ekhemmm abang ganteng ngapain di sini?" tanya Cash dengan centil. 

Kumat batin Aqilla. Ini manusia kapan sih nggak kepikat sama laki-laki macem Maxime dkk. Ayo buka mata lebar-lebar mereka ini berandalan. 

"Kenapa aku bisa suka sama kamu?" tanya Maxime yang berniat ingin menggombal. 

Cash tertawa renyah. "jiah dah mau gombal aja," 

"Loh iku gapopo. Latihan," ucap bang sodik yang tiba-tiba datang membawakan pesanan mereka. 

Maxime terkaget. "Eh Mang Sodik tiba-tiba dateng,"

"Haha iya maap yak. Monggo di enak in," 

setelah Mang Sodik berlalu Maxime melanjutkan aksinya. "kenapa Qil?' 

Aqilla diam tidak menjawab. "Baru mulai dah kena kacang Max. Kesian," ucap Dio sambil menggeleng gelengkan kepalanya. 

"Sssst, ya karena kan kamu cantik dan solehot." 

"BERISIK," tekan Aqilla, bahkan Maxime sampai terkaget mengelus dadanya. 

"Astaga santai dong Qi. Lagi nih lagi." Maxime menjeda ucapannya. 

"Ekhem. Mie mie apa yang enak?" 

"Mie ayam gak sih?" tanya Diana yang cengo abis. 

maxime menggeleng. "Ya mikirin Aqilla lah-ADUHHH," Maxime refleks berteriak kala Aqilla mecubt tangannya yang berada di atas meja lalu memutarnya. 

"Gila lo ya? Sakit," ucap Maxime sambil mengelus tangannya. 

"Saya bilang berisik ya berhenti," 

"gue kan gak bisa berhenti mikirin lo," 

"Gak peduli!" 

"Udah udah, ayo makan." Akhirnya Diana menengahi perebatan kedua orang aneh ini. Walaupun sudah berhenti tapi wajah Aqilla tetap terlihat sangat tidak suka. 

"Alah ngap-" 

"Diem Yo! Makan!!!" Diana memotong ucapan Dio membuat Dio terdiam seribu bahasa. 

"Iyaiya," 

!5 menit mereka memakan makanan dengan diam karena takut kena marah Aqilla ataupun Diana. Aqillla mengelap mulutnya menggunakan tisyu. berfikir bagaimana caranya agar manusia aneh ini pergi dari hidupnya. 

"Gak usah mikir gimana caranya biar gue gak deket deket lagi. Percuma." Aqilla kaget kenapa Maxime bisa tahu isi hatinya jangan-jangan cenayang. 

"Gue bukan cenayang, dari ekspresi lo gue bisa baca." Aqilla diam saja. Ini dunia berasa milik berdua kali ya batin Ascraf. 

"Duh orang kalo lagi bucin tuh emang suka gitu ya?" tanya Ascraf pada cash. 

Cash mengangguk lugu. Cash lumayan lugu kalau menurut Ascraf. "Iya, yang lainnya mungkin ngontrak," ucap cash sambil menyengir. 

Ascraf tiba-tiba mencubit pipi Cash. "Lucu," 

Yasssss, Maxime kalah jauh dengan Ascraf. "Jangan pegang pegang belum mukhrim,"  ucap Aqilla sambil memperhatikan arah lain. 

"Tapi kita kan kristen Qil," krik krik krik krik Aqilla merasa menjadi sangat bodoh. Cash dan Ascaf kan islam. Mereka juga mulai dekat saat Maxime mulai mengejar Aqilla. 

"yaudah lo sama gue aja? Cocok kan?" ucap Maxime pada Aqilla sambil mengedipkan matanya. 

"Ngimpii." bahu Maxime langsung melorot. 

"Kasian banget lo Max." Diana tertawa lebar melihat penolakan Aqilla. 

Melihat keramaian di pojok kantin bnayak anak-anak yang melihat kearah ereka. Cash menoleh kekanan kekiri. Banyak yang melihat kearah mereka. Para badboy kok bisa berkumpul dengan perempuan yang menurut mereka anti sosial. 

"kok mereka liatain kita sih?" tanya Cash dengan lucu. 

Aqilla menoleh melihat sekeliling setelah mendengar ucapan Cash, dan benar saja banyak murid lain yang melihat kearah mereka. Apali ada Hera yang enatap mereka dengan sinis. 

Hera Nailda Wargini, perempuan hits dengan baju sesksi dan make up yang sangat manis. Salah satu siswi yang menjadi korban ke fakboy an Maxime yang masih belum bisa move on sampai sekarang. 

Aqilla langsung berdiri dan pergi begitu saja tanpa mengingat kedua temannya. "Eh eh Qilla! Mau kemana? QILLA MAU KEMANAAAAA?????" Diana berteriak namun Aqilla tetap tidak perduli. 

-Bersambung

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status