Home / Young Adult / Take Me Back to Switzerland / Chapter 14 : Bali Here We Go

Share

Chapter 14 : Bali Here We Go

last update Last Updated: 2021-07-01 19:51:57

Jam sudah menunjukkan pukul tiga pagi dan rombongan dari sepuluh bus kini sudah berjejer di parkiran pelabuhan Ketapang Banyuwangi. Seluruh murid dipersilakan untuk turun dari bus dan berbaris sesuai kelas untuk segera masuk ke dalam kapal Feri. Para murid nantinya dibagi menjadi dua kapal karena satu kapal Feri hanya memuat seratus lima puluh penumpang sedangkan total rombongan adalah tiga ratus enam puluh orang.

Sayangnya, Haris dan Marsha tidak bisa satu kapal karena kelas Marsha lebih dulu memasuki kapal pertama. Mereka hanya membutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit untuk sampai di pelabuhan Gilimanuk Bali. Ternyata Marsha belum pernah menaiki kapal sebelumnya. Hal itu membuatnya kini merasakan mual akibat mabuk laut. Untungnya Lia sudah siap siaga membawa tas kecil berisi obat-obatan. Ia kemudian memberikan salah satu obat kepada Marsha untuk meredakan rasa mualnya. Setelah itu, perlahan mata Marsha mulai menutup karena pengaruh dari obat.

Ia terlelap hingga tidak sadar jika saat ini kapal sudah sampai di pelabuhan Gilimanuk Bali. Lia kemudian membangunkan Marsha dan mengajaknya untuk segera keluar karena para murid lainnya sudah mengantre untuk keluar dari kapal. Setelah berhasil keluar dari kapal, sepuluh bus sudah menunggu para murid di parkiran pelabuhan. Para guru kemudian mempersilakan para murid jika ada yang ingin buang air kecil atau besar di toilet. Karena nantinya bus tidak akan berhenti dan segera langsung menuju ke tempat wisata pertama yaitu Pura Tanah Lot. Para murid diberikan waktu selama lima belas menit sebelum mereka berangkat menuju Pura Tanah Lot.

Setelah semua murid selesai dengan urusan kecilnya, rombongan bus pun segera berangkat menuju ke Kabupaten Tabanan, Bali, di mana Pura Tanah Lot berada. Bus membutuhkan waktu kurang lebih selama tiga jam dari Gilimanuk untuk sampai di Kabupaten Tabanan. Jalan yang akan dilewati oleh bus juga akan berkelok-kelok karena para sopir mengambil jalan melalui sisi pinggir pantai. Hal itu bisa membuat para murid merasa pusing dan mual sehingga para guru menyarankan untuk tidur dan istirahat ketika di perjalanan nanti.

Marsha merasa tidak mengantuk karena sebelumnya ia sudah tertidur ketika berada di bus. Teman sebelahnya saat ini sudah tidur terlelap dengan menggunakan masker untuk menutupi mulut dan hidungnya. Karena merasa tidak ada kerjaan, Marsha lalu mengambil paper bag berisi makanan yang kemarin diberikan oleh Haris. Ia kemudian membuka keripik kentang dan memakannya dalam diam. Lia akhirnya bangun karena mendengar suara Marsha yang berisik ketika mengunyah keripik.

“Eh, gue makannya berisik, ya? Maaf deh,” ucap Marsha ketika melihat Lia yang kini sudah membuka kedua matanya.

“Gue juga mau dong, laper nih,” Ternyata Lia terbangun karena perutnya yang meminta untuk diberi makanan. Ia kemudian mencomot satu keripik milik Marsha dan memakannya.

“Eh, minuman gue tadi ditaruh di mana, ya?” tanya Lia kepada Marsha. Ia merasa tenggorokannya kering karena sedari tadi belum meminum air. Ketika sedang sibuk mencari air minumnya, tiba-tiba Lia menemukan paper bag berwarna coklat di bawah tempat duduknya.

“Ini punya lo, Sha?” tanyanya kepada Marsha sedangkan Marsha hanya menggeleng dan berkata, “Punya Lana kali, siapa tau jajanan dia kedorong ke belakang,” ucap Marsha.

Lana yang kebetulan matanya masih terjaga beralih menengok ke tempat duduk di belakangnya dan ikut berkata, “Bukan punya gue, Li, itu dari Felix anak IPA 1. Kemarin waktu lo sama Marsha lagi salat Felix nganterin makanan ke sini buat lo,” ucapnya.

Lia otomatis membulatkan matanya ketika tahu paper bag itu adalah pemberian dari Felix. Apa yang sedang Felix lakukan kepadanya? Pikir Lia. Marsha yang berada di sebelahnya pun ikut kaget ketika mendengar ucapan Lana. Ia kemudian menatap ke arah Lia untuk meminta penjelasan apa yang sebenarnya terjadi dengannya dan Felix. Lia bahkan tidak tahu apa yang sedang Felix lakukan dan ia hanya menggelengkan kepalanya dengan cepat.

“Jangan-jangan yang dari kemarin diomongin sama Putra itu lo, Li? Kalau Felix itu beneran naksir sama lo,” titah Marsha.

“Nggak mungkin lah, gila apa dia bisa naksir sama gue.” Ucapan sahabatnya itu membuat Lia semakin bingung dengan keadaan sekarang. Bagaimana bisa murid blasteran pindahan dari Australia ini bisa suka padanya? Dan lebih parahnya lagi, saat ini Lia juga memiliki perasaan kepada murid pindahan Australia itu. Hal itu membuat Lia dua kali menjadi lebih pusing. Antara ia senang jika Felix menyukainya balik atau ia takut jika itu hanyalah rencana semata yang dibuat oleh Putra. Lia sebenarnya tahu jika sahabat Haris itu diam-diam menyukainya, tetapi Putra tidak pernah mau mengakuinya. Bahkan ketika Lia bertanya langsung kepada Putra, ia tetap menyangkal jika tidak menyukai Lia.

Setelah melewati perjalanan yang panjang, kesepuluh bus rombongan SMA Antariksa Jakarta sudah sampai di restoran yang berada dekat dengan Pura Tanah Lot. Para guru menyuruh semua murid untuk membersihkan diri dan mengganti pakaiannya menjadi kaus seragam berwarna putih yang dibuat khusus untuk kegiatan  study tour. Setelah selesai membersihkan diri dan berganti pakaian, mereka diperbolehkan untuk sarapan di restoran yang sudah menyiapkan makanan.

Ketika Marsha sedang mengganti pakaiannya, ternyata hari ini ia kedatangan tamu tak diundang. Ia lantas memanggil Lia di luar dan meminta tolong untuk mengambilkan pembalutnya di bus. Setelah Lia kembali, ia kemudian menerima pembalut dan kantong plastik hitam. Marsha mengomel dengan dirinya sendiri karena kedapatan sedang datang bulan yang pastinya akan menjadi lebih ribet untuk membersihkan diri apalagi saat ini ia sedang berada di kota orang lain.

“Bisa-bisanya mau holiday malah dateng bulan, mana hari pertama lagi,” ucap Marsha saat baru saja keluar dari toilet. Ia yang awalnya berniat menggunakan celana jeans selutut berwarna biru terang akhirnya mengurungkan niatnya dengan mengganti celana kain hitam berukuran tiga per empat dari kakinya itu.

“Lo bawa pembalut cuma sedikit, ya. Nanti kita beli lagi di minimarket,” tukas Lia. Ia langsung masuk ke bilik toilet yang kosong.

Marsha pun membereskan barang-barang dan meletakkannya di tas. Ia lalu pamit kepada Lia menuju ke bus sebentar untuk menaruh pakaian kotornya dan mengambil pouch yang berisi alat skincare dan make up. Setelah kembali dari bus, ia berjalan menuju wastafel yang juga terdapat cermin kemudian Marsha mulai menyisir rambut panjangnya dan menggunakan berbagai skincare setelah itu make up tipis di wajahnya.

Beberapa menit kemudian Lia pun keluar dari bilik toilet dan mulai melakukan touch up di sebelah Marsha. Setelah selesai berdandan, mereka bergegas menuju ke minimarket di sebelah restoran untuk membeli pembalut. Mereka pun segera beranjak ke restoran untuk sarapan ketika selesai membeli barang penting tersebut. Di sana sudah banyak murid yang sedang mengantre untuk mendapatkan makanan. Marsha juga melihat Haris dan ketiga temannya yang sudah duduk di salah satu meja dengan makanan di depannya.

“Felix tuh, Li. Habis ini samperin nggak?” ledek Marsha kepada Lia. Lia menggeleng keras menanggapi ucapan Marsha. Hingga saat ini ia belum mau untuk bertemu Felix karena ia ingin menetralkan hatinya terlebih dahulu. Lia tidak mau terlihat lebay atau salah tingkah jika nanti bertemu Felix.

Marsha terkekeh melihat sahabatnya ini. Mereka pun memilih meja kosong yang letaknya tidak jauh dari meja Haris dan teman-temannya. Ketika sedang asyik menyantap makanan, Marsha dan Lia kedatangan dua murid laki-laki dari kelasnya yang meminta izin untuk duduk bersama di meja mereka.

“Gabung, ya, Bos?” ucap Sadam. Marsha dan Lia mengangguk dan memperbolehkan kedua teman kelasnya untuk gabung bersama meja mereka.

“Kok tumben nggak gabung sama meja Haris, Sha?” tanya Erik.

“Si Lia nggak mau, ya udah deh gue nurut,” jawab Marsha. Lia kemudian menyenggol sikut Marsha supaya tidak terlalu banyak berbicara. Setelah itu, mereka berempat melanjutkan sarapannya sambil mengobrol dengan ringan. Ketika sudah selesai menghabiskan makanannya, mereka beranjak ke bus untuk berangkat menuju tempat wisata pertama mereka, yaitu Pura Tanah Lot.

Pura Tanah Lot merupakan pura Hindu yang terletak di atas batu karang yang berjarak sekitar tiga ratus meter dari garis pantai. Pura ini berada di Pantai Tanah Lot tepatnya di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan Bali. Untuk dapat mengakses pura ini harus melewati jalan batu karang dan menaiki anak tangga batu. Karena keunikan dan keindahan inilah membuat pura ini menjadi salah satu objek wisata yang wajib dikunjungi saat berlibur ke Bali. Apalagi jika mengunjunginya ketika sore hari, keindahan sunset Tanah Lot Bali ini menjadi daya tarik utama wisatawan untuk berlibur ke tempat wisata ini. Sayangnya rombongan SMA Antariksa Jakarta ini mengunjungi Tanah Lot di pagi hari sehingga mereka tidak bisa melihat indahnya sunset di Tanah Lot. Akan tetapi, para murid tetap menikmati pemandangan indah yang terdapat di Tanah Lot.

Sesampainya di Tanah Lot para murid berbondong-bondong untuk segera mengambil foto panorama indahnya pantai ini. Para murid pun mulai mengambil foto bersama para teman-temannya untuk dijadikan kenangan esok hari. Semua kelas juga mengadakan foto bersama dengan membawa banner kelas masing-masing.  Setelah sesi foto kelas selesai, Haris tiba-tiba mengajak Marsha untuk berfoto bersama. Lia pun sudah siap ketika dimintai sahabatnya untuk mengambil foto mereka berdua.

“Lia nggak mau foto sama Felix?” ucap Haris setelah selesai berfoto dengan Marsha. Di sana tidak jauh terdapat Felix, Putra, dan Hugo yang sedang berfoto bersama. Felix yang merasa namanya dipanggil beralih menatap ke arah Haris, lebih tepatnya melotot ke arahnya.

“Iya nih, Lix. Lia diajakin foto dong,” tambah Putra yang ikut mengompori temannya.

Jantung Lia saat ini berdegup dengan kencang ketika Felix tiba-tiba berdiri di sebelahnya. Ternyata laki-laki ini sudah siap untuk diambil fotonya bersama dengan Lia. Ketiga temannya ini pun saat ini sudah menyoraki perbuatan Felix yang dengan sigap berdiri di sebelah Lia. Marsha kemudian tertawa bahagia melihat sahabatnya ini yang akhirnya memiliki gebetan. Ia kemudian mendorong badan Lia untuk lebih dekat dengan Felix. Dengan beraninya Felix pun merangkul bahu Lia dan membuat empat orang di depan mereka semakin bersorak histeris. Bahkan Putra yang diam-diam menyukai Lia juga ikut menyoraki dua sejoli ini. Tidak usah bertanya apa kabar hati Lia karena sekarang rasanya ia ingin mengompol di celana saking senangnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Take Me Back to Switzerland    Epilog

    Epilog: The Good EndingTidak ada yang pernah menduga tentang takdir seseorang. Haris dan Marsha yang sudah menjadi sepasang kekasih sejak SMA ternyata benar-benar menjadi sepasang kekasih yang melanjutkan sampai di pelaminan. Marsha yang awalnya berpikir akan berakhir menikah dengan Felix pun ternyata salah. Setelah semua masa lalu kelam dan pedih yang Marsha alami, ia akan tetap kembali kepada Haris. Sejauh apa pun Marsha berlari, Tuhan akan selalu berusaha untuk mempertemukan mereka berdua. Seperti yang disebut dengan takdir, Haris dan Marsha adalah sebuah takdir yang telah ditetapkan oleh Tuhan dan tidak bisa diganggu gugat.Sama seperti Marsha, Felix yang awalnya mengira bahwa Marsha adalah takdirnya ternyata salah besar. Sejauh apa pun Felix berusaha untuk meraih Marsha, pria itu tetap tidak bisa menggapainya. Cinta yang Felix pendam sejak pertama kali bertemu dengan Marsha pada kenyataannya tidak akan pernah bisa terbalaskan. Walaupun pada

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 95 : On Your Wedding Day

    Waktu hanya tinggal tersisa dua hari lagi menuju hari bahagia. Segala persiapan sudah Marsha dan Haris lakukan. Mereka berdua berhasil menyiapkan pernikahan hanya dalam rentang waktu satu minggu saja. Tentu saja, mereka berdua tidak melakukannya sendiri. Haris dan Marsha dibantu oleh masing-masing kedua orangtua mereka dan juga sahabat serta teman dekat mereka. Namun, sebelum itu, Marsha harus membatalkan segala proses di Swiss yang pada awalnya akan menjadi hari penikahan Marsha dan Felix. Akan tetapi, ternyata segala urusan tersebut sudah diselesaikan oleh Felix seorang diri.Salah satu rekan kantor Felix, Juan, kemarin menelepon Marsha secara mendadak. Pria itu berkata bahwa seluruh proses yang sudah disiapkan mulai dari gedung, peralatan, gaun dan jas, serta wedding organizer sudah dibatalkan oleh Felix. Karena pembatalan tersebut Marsha dan Felix harus merelakan biaya yang cukup banyak yang mereka gunakan sebagai modal pernikahan. Namun, sayangnya yang membuat Marsha kec

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 94 : Finally Meet

    Setelah sekian lama berusaha untuk menghilang dan bersembunyi dari orang-orang yang dikenal, Marsha akhirnya memberanikan diri untuk kembali terbang ke negara tempat di mana ia lahirkan, Indonesia. Marsha berangkat kembali menuju ke Indonesia bersama dengan Willy dan Haris yang siap mendampingi kapan pun dan di mana pun ia berada. Marsha awalnya menolak mentah-mentah ketika Haris mengajaknya untuk kembali ke Indonesia. Namun, perlahan demi pasti, akhirnya Haris berhasil membujuk wanita itu agar mau kembali ke Indonesia untuk bertemu sahabat dan teman-temannya terutama kedua orangtuanya.Siang ini, pesawat yang Marsha, Haris, dan Willy naiki sudah mendarat di bandara internasional Indonesia. Haris menggenggam tangan Marsha sambil menggendong Willy dan mengajak mereka untuk segera keluar dari bandara. Tujuan pertama mereka adalah apartemen milik Haris. Tentu saja, Marsha masih belum siap jika setelah ini ia langsung bertemu dengan kedua orangtuanya setela

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 93 : Final Decision

    Hingga sampai pagi ini, Marsha masih belum mendapatkan kabar apa pun dari Felix. Ia sudah berulang kali memberikan pesan dan menelepon kepada Felix tetapi hasilnya tetap sama, tidak ada jawaban apa pun. Bahkan ketika Marsha berusaha untuk menanyakan Felix melalui Juan, pria itu tidak bisa memberitahunya. Padahal, Marsha sudah memilih gaun pengantin untuk dirinya dan juga jas tuksedo untuk Felix di butik fitting kemarin. Marsha sudah bersusah payah untuk memilih jas tuksedo yang cocok digunakan untuk Felix. Ia takut jika jas tuksedo yang dipilihnya tidak sesuai dengan selera pakaian Felix.Saat ini, Marsha sedang merapikan pakaian di lemarinya sembari membersihkan kamarnya yang terlihat berantakan. Sekitar tiga puluh menit yang lalu, Marsha sudah mengantarkan Willy ke sekolah dan ia akan menjemputnya kembali pada pukul sebelas siang nanti. Sebenarnya hari ini adalah jadwal Marsha dan Felix untuk bertemu dengan agen wedding organizer yang sudah mereka pilih untuk menentukan tem

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 92 : Back Down

    Hari ini adalah jadwalnya bagi Marsha dan Felix untuk melakukan fitting gaun pengantin untuk Marsha dan jas tuksedo untuk Felix. Wanita itu sudah siap dengan dirinya setelah selesai mengantarkan Willy ke sekolah. Akan tetapi, sejak tadi malam Marsha tidak mendapatkan kabar dari Felix. Pria itu tidak membalas pesan dari Marsha sejak sore hari kemarin. Hal itu pun membuat jadwal perjanjian mereka dengan butik untuk melakukan fitting diundur. Marsha sendiri sudah berusaha untuk menghubungi Felix berulang kali tetapi hingga sampai saat ini ia tidak mendapatkan balasan apa pun.Apakah Felix marah dengan Marsha karena sikap anehnya kemarin? Marsha bisa menebak akan hal itu karena perubahan sikap Felix tepat setelah mereka selesai membeli cincin pernikahan. Felix bahkan tidak mengajaknya berbicara terlalu sering saat mereka berdua berada di dalam mobil. Karena hal itulah Marsha akhirnya berusaha untuk menghilangkan mood buruk dan mengalahkan rasa egonya demi mengajak Felix mengobrol

  • Take Me Back to Switzerland    Chapter 91 : Denial

    Ternyata, hari itu adalah pertemuan terakhir Haris dan Marsha. Setelah bertemu dan berbincang dengan Felix di kafetaria hotel, Haris memutuskan untuk pulang kembali ke Jerman pada esok hari. Pria itu benar-benar sudah merelakan Marsha demi kebahagiaan wanita itu sendiri. Haris tidak boleh egois, bukan hanya dia lah yang menderita selama ini. Akan tetapi, Marsha ternyata lebih menderita darinya. Oleh karena itu, Haris sudah merelakan Marsha kepada Felix dan berharap mereka berdua akan menjalankan hidup yang harmonis.Setelah pertemuan Haris dan Felix di kafetaria, mereka berdua kembali menjadi akrab seperti dahulu. Baik Haris maupun Felix, mereka berdua meminta maaf satu sama lain atas kesalahan yang telah mereka perbuat. Felix meminta maaf karena tidak memberitahu tentang Marsha selama ini kepada Haris sedangkan Haris meminta maaf karena tadi ia memukul Felix sampai berdarah dengan penuh emosi. Pada saat itu pun mereka mulai bertukar tentang banyak cerita. Pertemanan mereka y

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status