Saat ini rombongan bus dari SMA Antariksa Jakarta sudah sampai di rest area yang terletak di dekat laut di pinggir kota Semarang. Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi yang artinya rombongan murid dan guru dipersilakan turun dari bus untuk istirahat dan sarapan. Beberapa murid segera berebut menuju ke toilet yang jumlahnya tidak banyak. Beberapa murid juga menuju ke dalam restoran yang sudah menyediakan sarapan untuk rombongan mereka. Marsha dan Lia mempunyai ide agar mereka tidak perlu berebut toilet dengan yang lain. Mereka berdua segera menuju ke masjid yang terletak di belakang restoran. Dan benar saja, di masjid tersebut tidak terlalu banyak murid yang mengantre di toilet karena beberapa dari mereka akan melaksanakan salat duha.
Sesampainya di masjid Marsha dan Lia segera beralih ke toilet yang kosong. Mereka pun masuk dan mulai membersihkan diri setelah itu berwudu untuk melaksanakan salat duha. Setelah selesai salat, Marsha dan Lia beranjak ke restoran yang ada di depannya untuk sarapan. Akan tetapi, ketika sedang berjalan mereka tidak sengaja bertemu dengan rombongan kelas Haris yang datang dari arah berlawanan. Di sana terdapat Haris dan ketiga temannya yang juga akan menuju ke restoran untuk sarapan. Pandangan Marsha dan Haris bertemu dan mereka berdua saling melempar senyum satu sama lain. Tidak lupa Lia yang juga ikut tersenyum ketika Felix menatap ke arahnya. Adegan tersebut tentu saja dilihat oleh Putra dan Hugo.
“Pepet terus nih, Lix, ceritanya?” bisik Putra ke telinga Felix sesampainya di dalam restoran. Mendengar ucapan temannya ia beralih mengambil piring dan pura-pura tidak mendengar. Putra hanya terkekeh ketika melihat temannya yang terlihat seperti salah tingkah karena kepergok olehnya.
“Pagi-pagi udah makan ikan aja,” ucap Haris. Jujur saja ia tidak terlalu suka dengan makanan laut karena bau amisnya yang sangat menyengat. Terlebih lagi ia harus memakannya sebagai menu sarapan pagi ini.
Haris kemudian teringat jika memiliki teman yang hobinya makan, ia lantas berkata kepada Putra, “Lo mau jatah ikan gue nggak, Put?”
Putra yang mendengar ucapan Haris otomatis langsung mengangguk kegirangan. Haris lalu meletakkan jatah ikannya ke piring milik Putra. Ia beralih mengambil telur dadar dan tumis capcay serta kerupuk udang untuk sarapannya pagi ini. Setelah itu, mereka berempat segera mencari meja kosong untuk mereka makan. Mereka menemukan sisa bangku kosong yang masih satu meja dengan Marsha dan Lia.
Haris lantas menduduki bangku kosong di sebelah Marsha, diikuti dengan Felix yang duduk di sebelah Lia. Hal ini membuat Putra semakin ingin meledek Felix. Namun, karena ia ingin temannya itu tidak terlalu jelas jika menyukai Lia, maka Putra hanya tersenyum jahil sambil memainkan kedua alisnya. Hugo yang melihat adegan Putra dan Felix hanya menggelengkan kepala dan duduk di sebelah Felix.
“Apa, Lix? Mau foto bareng waktu di Bali?” ucap Putra tiba-tiba. Ucapannya sudah jelas ditujukan kepada Felix yang saat ini sedang melotot ke arah Putra.
“Nggak jelas lo, Put.” Felix tidak menghiraukan Putra dan fokus melahap makanan yang ada di depannya.
“Biarin aja, Lix. Dia stres karena belum dapet cewek buat gandengan di Bali nanti,” tambah Haris. Temannya itu pernah bilang jika ia akan membawa gandengan ketika berada di Bali agar tidak jomlo sendiri. Akan tetapi, nyatanya Putra saat ini belum juga memiliki pacar.
“Lo open jasa jadi pacar selama di Bali aja, Put. Pasti nanti banyak yang mau, gue juga mau kok hahaha,” ujar Lia yang tiba-tiba menimbrung ke dalam obrolan Haris dan teman-temannya.
Hal itu membuat Putra otomatis melirik ke arah Felix dan ia berkata, “Nggak mau ah, Li. Takut nanti ada yang mendidih hatinya.”
Ucapan Putra membuat Lia bingung, tetapi ia tidak terlalu memikirkannya. Waktu yang diberikan oleh panitia study tour tersisa sepuluh menit lagi dan kini beberapa murid sudah kembali ke busnya masing-masing. Mereka segera mempercepat makannya agar tidak tertinggal oleh bus rombongan. Setelah selesai makan, Marsha dan Lia beranjak dari bangku dan segera menuju ke bus. Namun, sebelum itu Haris memberikan paper bag berisi makanan favorit Marsha seperti roti susu, permen chuppa cups, minuman green tea dan makanan ringan seperti keripik kentang.
“Lah kok buat aku? Jajananku kan masih banyak,” ucap Marsha.
“Nggak apa-apa, perjalanannya kan masih jauh. Kalau nanti habis bilang ke aku ya,” ujar Haris sambil tersenyum. Mereka mengobrol dengan tanpa menyadari adanya Lia, Felix, Putra, dan Hugo di sana. Hal itu membuat Putra makin merasa jomlo ketika melihat adegan di depannya.
“Duh, kepala gue tiba-tiba panas. Balik ke bus aja yuk, Lix, Go.” Ucapan Putra sontak membuat Marsha dan Haris terkekeh.
“Mending lo beneran sama temen gue aja deh, Put. Ini si Lia juga suka ngomel kalau gue lagi berduaan sama Haris,” ucap Marsha. Putra kemudian menggelengkan kepalanya dan berkata, “Lia udah ada yang booking, Sha.”
Lia menatap Putra dengan tatapan tanda tanya. Putra lalu bilang kepada Lia untuk sabar menunggu, ia akan mendapatkan kejutan dari seseorang sebentar lagi ketika di Bali. Felix hanya diam melihat tingkah Putra, apa yang sebenarnya sedang Putra rencanakan. Felix bahkan tidak mengatakan apa pun kepada Putra tentang Lia. Ia pun bodoh amat dengan rencana yang sedang dibuat oleh Putra itu.
Setelah percakapan kecil itu selesai, mereka bergegas kembali ke bus masing-masing yang sudah menyalakan mesinnya pertanda sebentar lagi akan berangkat. Tidak lupa Haris dan Marsha mengucapkan selamat tinggal satu sama lain. Lia segera mengajak Marsha untuk menuju ke toilet sebentar karena tiba-tiba ia ingin buang air kecil. Setelah selesai mereka berdua beranjak menuju bus yang sudah menunggunya. Rombongan bus pun akhirnya melanjutkan perjalanan menuju ke Bali dengan tempat pemberhentian selanjutnya nanti siang di Probolinggo.
Sesuatu yang tidak diharapkan saat ini muncul, yaitu ban salah satu bus bocor. Hal itu membuat seluruh bus menghentikan perjalanannya dan berhenti di tengah jalan yang dikelilingi pepohonan. Untung saja bus berhenti di tempat yang rindang, sehingga para murid tidak perlu berpanasan di bawah sinar matahari yang saat ini sedang berada tepat di atas kepala. Para murid kelas IPA 5 yang busnya mengalami kebocoran diperintahkan untuk segera keluar. Beberapa sopir bus lain ikut membantu bus tersebut dengan membawa ban serep cadangan. Mereka membutuhkan waktu kurang lebih satu jam untuk mengganti ban yang bocor.
Bagi para murid selain kelas IPA 5 yang berada di dalam bus diperintahkan untuk tidak keluar dan tetap berada di dalam bus. Terdapat beberapa guru berjalan ke arah depan untuk memastikan apakah di depan terdapat tempat untuk istirahat atau tidak. Setelah kembali para guru kemudian menyuruh para murid yang berada di bus untuk turun karena tidak jauh di depan terdapat masjid yang cukup besar. Jam sudah menunjukkan pukul dua siang dan rombongan memutuskan untuk melaksanakan salat zuhur dan dilanjut salat asar karena waktunya yang berdekatan.
Sesampainya di masjid para murid bergantian untuk berwudu dan ada beberapa yang ke toilet. Murid yang beragama nonmuslim dan murid perempuan yang sedang datang bulan diperintahkan untuk tetap di dalam bus. Rombongan murid dan guru menghabiskan waktu selama satu jam untuk menyelesaikan salat zuhur berjamaah secara bergantian setelah itu dilanjutkan dengan salat asar berjamaah.
Saat ini Felix sedang mencari tempat sepi yang jauh dari bus. Ia berjalan menjauhi tempat bus berhenti dan duduk di salah bangku bambu di bawah pohon yang sudah rapuh. Felix kemudian mengeluarkan sebatang rokok lalu menyalakan korek api. Mulutnya terasa asam karena sejak kemarin ia belum menghabiskan satu batang rokok pun. Felix sengaja mencari tempat yang jauh dari tempat bus berhenti agar tidak ada yang mengetahui jika dirinya sedang merokok. Setelah menyelesaikan kegiatannya, Felix segera kembali menuju tempat busnya berada.
Ternyata para murid yang sedang salat belum kembali ke bus sampai saat ini. Terlihat di dalam bus kelas Felix hanya ada beberapa murid perempuan yang sedang datang bulan mengobrol sambil bergerombol. Salah satunya adalah Sofia, perempuan satu ini suka meledek Felix sama seperti Putra.
“Eh, Felix, habis dari mana?” tanya Sofia setelah melihat Felix masuk ke dalam bus.
Felix kemudian duduk di bangkunya dan berkata, “Habis cari angin aja, Sof,” Mendengar jawaban Felix membuat Sofia menganggukkan kepalanya mengerti.
“Eh, Sof, bus punya kelas IPA 3 di sebelah mana, ya?” ucap Felix lagi.
Sofia kemudian menjawab, “Nggak tau tuh. Kayaknya si ada di belakang bus kita,”
Felix mengangguk dan beranjak dari bangkunya sambil membawa satu paper bag berisi makanan manis. Ia segera keluar dari bus dan memasuki bus yang tertulis di depannya yaitu 11 IPA 3. Di dalam bus terdapat beberapa murid perempuan yang awalnya sedang berbincang kini beralih menatap kedatangan Felix. Ia pun merasa canggung ketika semua yang ada di dalam bus kini menatap ke arahnya.
“Ehm, permisi. Bangku punya Lia ada di sebelah mana, ya?” Pertanyaan yang dilontarkan Felix membuat murid perempuan yang ada di sana membulatkan matanya. Bagaimana murid pindahan dari Australia ini bisa mengenal teman satu kelasnya? Pikir mereka.
Salah satu dari mereka kemudian menunjukkan posisi bangku Lia yang berada di sebelah bangku Marsha. Setelah itu, Felix segera meletakkan paper bag yang dibawanya ke bangku milik Lia.
“Bilangin ke Lia, ya, gue nitip makanan buat dia,” ucap Felix. Murid perempuan yang ada di sana mengangguk dan tersenyum mengerti dengan apa yang sedang dilakukan Felix. Lagi PDKT toh ternyata.
“Kalau gitu gue balik duluan.” Setelah itu Felix segera keluar dari bus milik kelas IPA 3. Terlihat dari jauh rombongan murid dan guru sudah selesai melaksanakan salat. Ia kemudian bergegas kembali menuju ke busnya sebelum teman-temannya datang. Namun, ketika sampai di bus terdapat teman-temannya yang sudah duduk manis di bangku masing-masing.
“Dari mana aja lo?” tanya Putra ketika melihat Felix datang.
Sofia yang mendengarkan ucapan Putra pun ikut mengeluarkan suara, “Habis dari bus IPA 3 tuh, Put. Kayaknya sih ketemu gebetan baru, ya, nggak, Lix?”
Ucapan keras yang dilontarkan Sofia sontak membuat seisi bus beralih menatap ke arah Felix, terutama ketiga temannya yang saat ini sedang menatapnya dengan tatapan tanda tanya seperti meminta penjelasan. Salahkan kepada Felix sendiri yang bertanya kepada Sofia. Ia merupakan Putra versi perempuan di kelasnya.
Epilog: The Good EndingTidak ada yang pernah menduga tentang takdir seseorang. Haris dan Marsha yang sudah menjadi sepasang kekasih sejak SMA ternyata benar-benar menjadi sepasang kekasih yang melanjutkan sampai di pelaminan. Marsha yang awalnya berpikir akan berakhir menikah dengan Felix pun ternyata salah. Setelah semua masa lalu kelam dan pedih yang Marsha alami, ia akan tetap kembali kepada Haris. Sejauh apa pun Marsha berlari, Tuhan akan selalu berusaha untuk mempertemukan mereka berdua. Seperti yang disebut dengan takdir, Haris dan Marsha adalah sebuah takdir yang telah ditetapkan oleh Tuhan dan tidak bisa diganggu gugat.Sama seperti Marsha, Felix yang awalnya mengira bahwa Marsha adalah takdirnya ternyata salah besar. Sejauh apa pun Felix berusaha untuk meraih Marsha, pria itu tetap tidak bisa menggapainya. Cinta yang Felix pendam sejak pertama kali bertemu dengan Marsha pada kenyataannya tidak akan pernah bisa terbalaskan. Walaupun pada
Waktu hanya tinggal tersisa dua hari lagi menuju hari bahagia. Segala persiapan sudah Marsha dan Haris lakukan. Mereka berdua berhasil menyiapkan pernikahan hanya dalam rentang waktu satu minggu saja. Tentu saja, mereka berdua tidak melakukannya sendiri. Haris dan Marsha dibantu oleh masing-masing kedua orangtua mereka dan juga sahabat serta teman dekat mereka. Namun, sebelum itu, Marsha harus membatalkan segala proses di Swiss yang pada awalnya akan menjadi hari penikahan Marsha dan Felix. Akan tetapi, ternyata segala urusan tersebut sudah diselesaikan oleh Felix seorang diri.Salah satu rekan kantor Felix, Juan, kemarin menelepon Marsha secara mendadak. Pria itu berkata bahwa seluruh proses yang sudah disiapkan mulai dari gedung, peralatan, gaun dan jas, serta wedding organizer sudah dibatalkan oleh Felix. Karena pembatalan tersebut Marsha dan Felix harus merelakan biaya yang cukup banyak yang mereka gunakan sebagai modal pernikahan. Namun, sayangnya yang membuat Marsha kec
Setelah sekian lama berusaha untuk menghilang dan bersembunyi dari orang-orang yang dikenal, Marsha akhirnya memberanikan diri untuk kembali terbang ke negara tempat di mana ia lahirkan, Indonesia. Marsha berangkat kembali menuju ke Indonesia bersama dengan Willy dan Haris yang siap mendampingi kapan pun dan di mana pun ia berada. Marsha awalnya menolak mentah-mentah ketika Haris mengajaknya untuk kembali ke Indonesia. Namun, perlahan demi pasti, akhirnya Haris berhasil membujuk wanita itu agar mau kembali ke Indonesia untuk bertemu sahabat dan teman-temannya terutama kedua orangtuanya.Siang ini, pesawat yang Marsha, Haris, dan Willy naiki sudah mendarat di bandara internasional Indonesia. Haris menggenggam tangan Marsha sambil menggendong Willy dan mengajak mereka untuk segera keluar dari bandara. Tujuan pertama mereka adalah apartemen milik Haris. Tentu saja, Marsha masih belum siap jika setelah ini ia langsung bertemu dengan kedua orangtuanya setela
Hingga sampai pagi ini, Marsha masih belum mendapatkan kabar apa pun dari Felix. Ia sudah berulang kali memberikan pesan dan menelepon kepada Felix tetapi hasilnya tetap sama, tidak ada jawaban apa pun. Bahkan ketika Marsha berusaha untuk menanyakan Felix melalui Juan, pria itu tidak bisa memberitahunya. Padahal, Marsha sudah memilih gaun pengantin untuk dirinya dan juga jas tuksedo untuk Felix di butik fitting kemarin. Marsha sudah bersusah payah untuk memilih jas tuksedo yang cocok digunakan untuk Felix. Ia takut jika jas tuksedo yang dipilihnya tidak sesuai dengan selera pakaian Felix.Saat ini, Marsha sedang merapikan pakaian di lemarinya sembari membersihkan kamarnya yang terlihat berantakan. Sekitar tiga puluh menit yang lalu, Marsha sudah mengantarkan Willy ke sekolah dan ia akan menjemputnya kembali pada pukul sebelas siang nanti. Sebenarnya hari ini adalah jadwal Marsha dan Felix untuk bertemu dengan agen wedding organizer yang sudah mereka pilih untuk menentukan tem
Hari ini adalah jadwalnya bagi Marsha dan Felix untuk melakukan fitting gaun pengantin untuk Marsha dan jas tuksedo untuk Felix. Wanita itu sudah siap dengan dirinya setelah selesai mengantarkan Willy ke sekolah. Akan tetapi, sejak tadi malam Marsha tidak mendapatkan kabar dari Felix. Pria itu tidak membalas pesan dari Marsha sejak sore hari kemarin. Hal itu pun membuat jadwal perjanjian mereka dengan butik untuk melakukan fitting diundur. Marsha sendiri sudah berusaha untuk menghubungi Felix berulang kali tetapi hingga sampai saat ini ia tidak mendapatkan balasan apa pun.Apakah Felix marah dengan Marsha karena sikap anehnya kemarin? Marsha bisa menebak akan hal itu karena perubahan sikap Felix tepat setelah mereka selesai membeli cincin pernikahan. Felix bahkan tidak mengajaknya berbicara terlalu sering saat mereka berdua berada di dalam mobil. Karena hal itulah Marsha akhirnya berusaha untuk menghilangkan mood buruk dan mengalahkan rasa egonya demi mengajak Felix mengobrol
Ternyata, hari itu adalah pertemuan terakhir Haris dan Marsha. Setelah bertemu dan berbincang dengan Felix di kafetaria hotel, Haris memutuskan untuk pulang kembali ke Jerman pada esok hari. Pria itu benar-benar sudah merelakan Marsha demi kebahagiaan wanita itu sendiri. Haris tidak boleh egois, bukan hanya dia lah yang menderita selama ini. Akan tetapi, Marsha ternyata lebih menderita darinya. Oleh karena itu, Haris sudah merelakan Marsha kepada Felix dan berharap mereka berdua akan menjalankan hidup yang harmonis.Setelah pertemuan Haris dan Felix di kafetaria, mereka berdua kembali menjadi akrab seperti dahulu. Baik Haris maupun Felix, mereka berdua meminta maaf satu sama lain atas kesalahan yang telah mereka perbuat. Felix meminta maaf karena tidak memberitahu tentang Marsha selama ini kepada Haris sedangkan Haris meminta maaf karena tadi ia memukul Felix sampai berdarah dengan penuh emosi. Pada saat itu pun mereka mulai bertukar tentang banyak cerita. Pertemanan mereka y