Share

Ch.2 - Kedatangan Great Wizard(2)

Malam semakin mencekam, bulan merah samar-samar mulai terlihat tergantung di langit.

Hujan yang awalnya gerimis menjadi begitu deras dan dengan kabut yang semakin menebal, visi seseorang menjadi terbatas.

Link mengambil mantel berwarna hitam pucat yang tergantung di samping lemari, lalu mengenakan arloji tua yang terletak di atas meja. Arloji itu berasal dari utara, tepatnya dari pegunungan Batu Hitam; salah satu karya terbaik kurcaci.

Mengambil mantel hujan dan mengenakan sepatu, Link berjalan keluar dari penginapan. Terlepas dari suasana mencekam kota Grey, Link sebaliknya merasa seperti ikan di dalam air saat ia meninggalkan penginapan Horse Inn dengan langkah ringan dan cepat.

Tujuannya yaitu Kamar Dagang Mawar Merah. Pamannya Arthur berada di sana untuk membeli makanan serta barang-barang lain untuk keperluan kota Gravestone. Itulah mengapa dia dan Arthur berada di kota Grey.

Sudah satu bulan semenjak rombongan Gnoll tiba-tiba muncul dan menyerang kota Gravestone. Mereka memasuki ladang pertanian dan merusak semua tanaman yang ada di sana. Bahkan, beberapa Gnoll berhasil menerobos dinding dan memasuki kota, merusak rumah warga dan membunuh penduduk.

Kota Gravestone benar-benar tidak berdaya saat itu. Selain Arthur, pamannya sendiri, seorang Warrior tingkat 1 dan sepuluh bawahannya, sisanya merupakan milisi yang dipilih dari penduduk setempat. Mereka mungkin memiliki kemampuan untuk menghentikan pencuri kecil, tetapi ketika berhadapan dengan Gnoll, monster tingkat 2 yang ganas dan haus darah, para milisi itu tidak berbeda dengan anak kecil di depan orang dewasa.

Untungnya, para Gnoll tidak tinggal terlalu lama dan mundur tanpa alasan yang jelas. Serangan tersebut mengakibatkan produksi pangan di kota Gravestone mandek, bahkan hampir terhenti sepenuhnya.

Yang lebih menyakitkan bagi Link adalah gudang penyimpanan makanan terbakar dalam proses ketika Gnoll menyerang. Gudang itu berada tidak jauh dari kastil, yang tidak berhasil dicapai oleh Gnoll.

Jelas, ada seseorang yang melakukannya.

Hanya tiga hari setelah insiden itu terjadi, kota Gravestone mengalami krisis makanan. Untungnya, hal tersebut masih bisa teratasi dengan bantuan pedagang yang membawa makanan dari luar kota.

Namun, dua minggu yang lalu situasi berubah secara tiba-tiba.

Para pedagang mulai meninggalkan kota tanpa alasan yang masuk akal. Ketika penduduk Gravestone bertanya, mereka hanya akan menggelengkan kepala dan tak memberikan jawaban. Sejak saat itu, kota Gravestone benar-benar sendirian dan memasuki krisis kelaparan.

Tak ada satu pun pedagang yang datang ke kota Gravestone lagi. Semuanya terjadi begitu teratur. Orang bodoh pun tahu bahwa ada tangan yang mengendalikan semuanya di belakang layar.

Dan justru karena inilah kewaspadaan Link menjadi lebih tinggi. Orang di belakang layar itu secara terang-terangan menunjukkan bukti bahwa insiden di kota Gravestone memang direncanakan. Kebanyakan orang mungkin tidak memikirkannya, tapi Link berbeda.

“Hanya ada dua kemungkinan, antara orang itu bodoh atau dia memiliki kekuatan yang besar sehingga tidak takut menunjukkan tindakannya secara terang-terangan” Dan Link tentu saja lebih memilih untuk percaya pada kemungkinan kedua. Dan jika benar, itu artinya Link berada dalam masalah yang besar, sangat besar.

Hukum kerajaan sangat ketat mengenai perlindungan para bangsawan dan tidak mentolerir adanya serangan yang menargetkan bangsawan. Jika itu terjadi, pasukan dari ibukota bukanlah pajangan semata.

Dan orang misterius itu secara telanjang menunjukkan bahwa ia sedang menargetkan kota Gravestone. Sampai di sini semuanya menjadi jelas mengapa Link berada dalam masalah yang besar. Orang itu secara tidak langsung memberi pesan bahwa dia tidak takut mengenai respon yang akan diambil oleh Ibukota.

Artinya, orang misterius itu juga memiliki kekuatan yang setara atau mungkin lebih kuat sehingga tidak takut pada kekuatan istana kerajaan!

Kekhawatiran Link jelas dibenarkan. Dan ini juga alasan mengapa ia memilih untuk menuju kamar dagang Mawar Merah. Tujuan utamanya adalah untuk mencari Permata Kelas.

Semuanya untuk menjadi kuat.

Tidak peduli apa yang direncanakan oleh musuhnya, selama ia memiliki kekuatan absolut, segala macam trik licik akan menjadi tidak berguna.

Berjalan menapaki jalan berlumpur, Link penuh dengan pemikiran.

Selang beberapa saat, ia tiba di kamar dagang Mawar Merah. Link berjalan masuk dan menemukan Arthur yang sedang berbincang dengan seorang pria yang berumur 40-an, berjanggut panjang tipis.

Link mendekatinya dan segera, kedua pria itu juga memperhatikan kehadiran Link. Arthur adalah yang pertama menyadarinya, lalu ia dengan bingung bertanya

"Apa yang sedang kau lakukan disini? Bukankah kau ingin tinggal dan beristirahat di penginapan? "

"Terlalu membosankan berada di sana seharian. Aku berubah pikiran dan berpikir untuk keluar dan mencari angin segar" Link merespon dengan santai, lalu melirik pria yang berada di sebelah Arthur.

"Dia John Wales, wakil kepala kamar dagang Mawar Merah" Arthur segera mengerti dan memperkenalkan pria di sampingnya.

"Pak Wales, perkenalkan, dia adalah Baron Link Oliver dari kota Gravestone"

Setelah mendengar perkenalan dari Arthur, lelaki tua itu melipat kedua tangannya dan dengan senyum ramah memberikan salam yang hangat

"Aku telah bertemu dengan Baron Oliver. Sebuah kehormatan untuk bisa bertemu secara langsung dengan anda" Setelah itu ia melanjutkan dengan gerakan tangan membentuk lingkaran dan melanjutkan

"Semoga matahari yang cerah menyinari anda"

Wajah Link berubah aneh "Tak habis pikir aku akan bertemu dengan salah satu penganut dari Dewa Matahari, apalagi itu ternyata adalah wakil kita dari Mawar Merah"

Mata lelaki itu berkedip dan tersenyum "Hahaha meskipun agama dari Dewa Matahari dilarang membangun gereja di kerajaan ini, tetapi itu tidak melarang kita untuk menjadi penganut Dewa Matahari. Benar begitu tuan?"

"Hehh, aku tidak peduli mengenai hal-hal seperti itu" Link merespon acuh tak acuh, lalu ia melambaikan tangan dan segera memasuki intinya.

"Lupakan! Aku di sini untuk sesuatu yang lain"

"Apakah kamar dagang anda memilliki Permata Kelas?"

Senyum John Wales semakin melebar sementara Arthur memiliki ekspresi tidak percaya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Link tidak memiliki minat apapun terhadap jalur luar biasa sejak ayahnya meninggal dalam perang sepuluh tahun silam. Banyak yang berspekulasi bahwa ia mengalami trauma.

"Tentu saja tuan. Boleh aku tau permata apa yang anda inginkan?" John Wales bertanya getir. Faktanya, dia juga pernah mendengar rumor tentang trauma yang dialami oleh Link. Namun sebagai seorang profesional, mempertanyakan hal-hal seperti itu tidak ada dalam kamusnya - Yang perlu ia lakukan hanyalah melayani pelanggan dengan baik.

"Permata Kelas Wizard.. " Jawab Link sedikit ragu.

Senyum lelaki tua itu semakin mekar mendengar Link sebenarnya mencari Permata Kelas Wizard. Dari antara semua Permata Kelas, permata yang berasal dari jalur sihir memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan permata kelas lainnya.

Ada pun apakah Link dapat maju menjadi seorang Wizard, John tidak memikirkannya sama sekali. Bahkan, ia skeptis akan hal itu. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa Wizard membutuhkan bakat dalam afinitas sihir, yang merupakan bakat yang begitu langka.

"Sungguh kebetulan tuan. Baru saja salah satu agen kami kembali dari ibukota dan membawa permata Wizard, aku akan segera mendapatkannya untuk anda" Lelaki tua itu dengan gerakan yang gesit memberikan tempat duduk kepada keduanya sebelum buru-buru berbalik dan pergi. Jelas, harga dari Permata Kelas Wizard cukup untuk memberinya bonus yang besar.

Itu sangat wajar, mengingat Permata Kelas merupakan barang yang sangat langka.

Sebaliknya, Arthur dengan wajah bingung dan khawatir berbisik ke arah Link "Link, apa kau serius? Kau benar-benar ingin menapaki jalan luar biasa? Apa kau sudah yakin?"

"Paman, berhenti mencemaskan hal itu, aku sudah memikirkannya sejak lama. Lagipula, aku juga ingin memiliki kekuatan untuk melindungi apa yang aku miliki" Link dengan tegas menatap pamannya.

Melihat kedua mata Link, Arthur menemukan bahwa matanya berbeda dengan sebelumnya. Jika dulunya mata anak itu dipenuhi dengan rasa bersalah dan tertekan, maka sekarang dipenuhi dengan suasana yang aneh, seolah-olah itu adalah mata dari sebuah keberadaan yang agung - dipenuhi dengan misteri dan kebijaksanaan yang tak terbatas.

Arthur menggelengkan kepalanya, berpikir bahwa itu hanyalah ilusi semata. Kemudian, dengan rasa bangga dan senang, Arthur menepuk pundak Link.

"Hebat, akhirnya kau memulai hidupmu lagi nak! Aku yakin kedua orangtuamu akan tersenyum melihatmu. Heii, bahkan aku yakin kau akan lebih hebat dari ayahmu nanti" Arthur tertawa terbahak-bahak. Ia tertawa dengan begitu keras, begitu keras sehingga ia seakan tak peduli dengan dunia.

Tawanya begitu keras sehingga terlihat seperti seseorang yang telah menemukan kebahagiaannya dalam hidup ini. Sayangnya, tetesan air yang meluncur dari kedua kelopak matanya mengaburkan perasaan itu.

Link yang berdiri di depan seorang pria berotot bertampang menakutkan, yang menangis seperti anak kecil, tidak mampu berkata-kata.

Bibirnya yang melengkung adalah jawaban dari semua itu. Belum pernah ia merasakan perasaan sehangat ini. Jadi seperti ini, rasanya memiliki seseorang yang menyayangi kita.

Arthur yang menyadari dirinya telah menjadi pusat perhatian, akhirnya diam dan duduk di sebelah Link. Hanya saja, wajahnya yang galak masih bersimbah noda air mata.

Sementara itu, John Wales yang kembali dengan membawa sebuah kotak kayu polos memberikan tatapan aneh pada Arthur. Baru saja ia pergi, orang itu masih memiliki tampilan layaknya pejuang yang hebat namun hanya beberapa saat, agaknya dia terlihat seperti orang yang telah mengalami pemerasan.

"Err Baron, harganya sekitar 500 denar emas”

"Apa menurut anda Permata ini kemahalan? Aku bisa menurunkan harganya hanya untukmu" John Wales menggertakkan giginya dan terpaksa mengambil langkah mundur untuk menurunkan harga. Ia berpikir alasan Arthur terlihat seperti itu karena harga yang mahal dari permata.

"Tidak Tidak!Tidak ada yang salah dengan itu" Link dengan cepat memotongnya Lalu buru-buru menyodok Arthur sebelum merebut Permata Kelas dari tangan Wales.

Dengan wajah yang masih cemberut karena habis menangis, Arthur mengeluarkan satu kantong kain yang tergantung di pinggangnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status