Umi Sarah yang juga shock langsung mengusap dadanya yang berdebar kencang. Ia sungguh tidak menyangka kakak madu putri mempunyai sifat yang jauh dari perkiraan nya. Umi Sarah sudah siap mental sejak Hanum menjadi istri kedua Salman. Ia sudah berulangkali menasehati Hanum untuk selalu mengalah dan bersabar jika nanti bertemu istri pertama suaminya yang pasti marah dan kecewa karena mereka menikah tanpa sepengetahuan nya. Namun semua sikap waspada nya buyar seketika karena ternyata Yasmine tidak seperti dugaan mereka. "Maksudnya nak Yasmine di hukum seperti apa? " tanya Umi Sarah bingung. "Iya Mbak, Mas Salman di hukum itu maksudnya gimana ya? " tanya Hanum juga sama bingungnya. "Jadi gini ya Umi, Hanum! Berhubung aku sakit hati dan kecewa dengan kelakuan Mas Salman yang jahat sama kamu dengan menelantarkan kamu waktu hamil Saga, aku menghukum Mas Salman dengan melarangnya bertemu dengan aku dan Saga selama tiga bulan! Karena itu aku sama Saga memutuskan untuk tinggal di sini sama
"Dih, Umi gak tau aja bagaimana Mbak Yasmine memegang kendali penuh di rumah! Jangankan Bang Salman, Papa aja gak bisa membantah semua perkataan Mbak Yasmine termasuk aku! " cibir Adan ikutan bicara sambil mengemil camilan yang di dalam piring. "Nah, tuh kamu tau! Cepetan keluarin koper kami dan bawa ke sini! Makan aja kerjaannya! " sahut Yasmine kembali dalam mode galak. "Eh buset Rosalinda! Ini baru sesuap woi! Sedari tadi gue momong Saga di luar kapan gue makannya! Gak berkepriadikan banget sih jadi kakak ipar! Butuh tenaga gue tapi gue gak di kasih makan! Dasar kakak ipar durhakim lu! " omel Adan misuh-misuh namun mulut terus mengunyah kue tersebut. "Halah lambe mu! Misuh-misuh dari tadi tapi tangan tetap jalan masukin tuh kue ke dalam mulut! Ayo Umi kita ke dalam aja susulin Hanum dengan Saga, siapa tau Hanum kesulitan menidurkan Saga! Awas lu kalau kopernya gak di bawa kesini, gue pecat lu jadi Om nya Saga! " sahut Yasmine mencibir Adan dan mengajak Umi Sarah pergi dari ruang
Pagi itu di kota S, Salman sedang meninjau proyek pembangunan resort yang ia bangun di kota ini bersama asistennya Rama. Salman dan Rama baru saja pulang dari tempat pembangunan resort, mereka pulang melewati perkampungan yang lumayan ramai di sebut sebuah kampung. Namun, baru beberapa menit melewati perkampungan tersebut, mobil yang mereka kendarai mengalami bocor ban dan mereka terpaksa berhenti. "Ya ampun! Pakai pecah ban segala lagi, mana sudah mau maghrib, jarak ke kota besar masih satu jam, " ucap Salman dengan gusar. "Maaf Pak! Padahal sebelum berangkat tadi saya sudah mengecek kesiapan mobil dan saya tidak menyangka kalau ban yang bocor bukan cuma satu. " ucap Rama dengan menyesal karena perjalanan mereka terhenti. "Sudah, ga usah gak enakan begitu? Lagian kan bukan salah kamu kalau ban yang bocor ada dua. Ayo kita ganti ban yang satunya dengan ban serap. " jawab Salman dengan tenang. Salman pun mengganti ban yang bocor
Salman yang sedang merapikan kotak mini p3k nya mengeryitkan keningnya melihat pemilik penginapan dan istrinya menatapnya dengan tatapan yang aneh. "Kenapa Pak? Saya dengar tadi ada bunyi orang teriak-teriak! " ucap Rama mendekati Salman sambil mengelap jigongnya siapa tau masih ada, kan malu di lihat banyak orang kalau ia baru bangun tidur. "Entahlah, saya juga tidak mengerti! Mereka sangat heboh ketika saya bilang kalau saya menyelamatkan anak kambing yang luka kakinya terperosok di dalam selokan sana. " jawab Salman dengan wajah bingung. Salman melihat jika Ibu-ibu yang menanyainya tadi di dekati pasutri pemilik penginapan dan mereka berbicara dengan serius. Entah apa yang mereka bicarakan sehingga salah satu Ibu-ibu yang berteriak tadi pergi dengan tergesa-gesa. Pemilik penginapan dan Ibu-ibu itu mendekati nya, dan Salman tiba-tiba merasa tidak nyaman dengan tatapan mata mereka padanya. "Maaf Mas, apa benar Mas yang menemukan dan
"Sudah beres semuanya Ram? " tanya Salman sebelum keluar kamar. "Sudah Pak, semua barang-barang saya sudah siap! " jawab Rama dengan mantap. "Ayo kita tunggu di depan, sambil berjalan kaki ke tempat mobil kita kemarin. " ajak Salman dengan santai menggendong tas ranselnya. Salman dan Rama berjalan ke luar penginapan dengan wajah datar. "Permisi Pak, ini kunci kamar yang kami sewa semalam. " ucap Rama dengan sopan kepada Bapak pemilik penginapan sambil menyerahkan sebuah kunci ke tangannya. Mereka yang berbicara serius itu terkejut melihat Salman dan Rama sudah rapi lengkap dengan tas di punggungnya. "Hei Mas, sampean mau pergi kemana? Sampean harus tanggung jawab menikahi Hanum? " ucap pria dengan blankon sedikit keras. "Apa saya tidak salah dengar? Kenapa saya yang harus menikahinya? Emangnya dia hamil sampai saya harus tanggungjawab? Saya tidak mau ikut campur, urus saja urusan kalian, saya juga tidak menge
"Nak... Nak... Berhenti nak! " Panggil seseorang dari jauh di atas sepeda motor. Salman yang hendak masuk mobil menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang. Ia melihat seorang wanita paruh baya bergegas turun dari sepeda motor berlari menemuinya. "Loh, Ibu kan yang tadi pagi itu? " ucap Salman ketika Ibu itu sudah keliatan wajahnya. "Hu... Hu.. Hu... Tolong putri saya Nak, Selamatkan harkat dan martabat nya sebagai seorang perempuan muslimah. Hu... Hu.. Hu... Tolong nikahi putri saya Nak, Selamat kan lah putri ku dari kejahatan ini? Selamatkan harga dirinya Nak? Jangan biarkan semua orang melihat aurat yang selama ini ia jaga. Hu... Hu... Hu... Tolong nikahi anak saya? Setelah itu silahkan engkau menceraikan anakku, karena lebih baik ia menjadi janda dari pada harkat dan martabat nya di rendahkan dengan cara seperti ini. " ucap Umi Sarah yang langsung bersimpuh di hadapan Salman dengan bercucuran air mata. "Astaghfirullah hal adzim Bu? Ayo berdiri! Hanya
Sebelum maghrib, Rama dan Satrio sudah kembali ke kampung ini dengan membawa penghulu yang akan menikahkan Salman dan Hanum. Salman menghubungi istrinya Yasmine dan memohon maaf, yang mana membuat Yasmine menjadi bingung dengan permintaan maaf yang tiba-tiba dilakukan Salman. Yasmine bahkan mengira jika suaminya itu sedang ngelantur karena kecapean dan ia menanggapi permohonan maaf Salman dengan tertawa. "Bisa kita bicara sebentar? " tanya Hanum tiba-tiba kepada Salman yang sedang mengobrol dengan Rama. Salman mengangguk dan Hanum berjalan ke dekat jendela dengan Salman mengikutinya. "Maaf, jika membuat Anda ikut terlibat dalam masalah ini. Saya hanya ingin mengatakan, bisakah setelah kita menikah nanti saya dan ibu tinggal di kota M? Saya tidak mau mengikuti dimana tempat Anda tinggal! Saya hanya ingin hidup tenang berdua bersama ibu saya. " ucap Hanum panjang lebar dengan kepala menunduk. "Tolong jangan terlalu formal bicaranya! Aku mer
"Lalu apa yang terjadi kemudian Mbak? " tanya Rama dengan sangat penasaran. "Para tetua kampung dan laki-laki itu marah. Mereka menyalahkan kami semua terutama Abah yang sedari awal tidak ingin menikah kan Kak Haura dengan keponakannya itu. Mereka bahkan meminta Umi untuk mengambil alih keputusan Abah dengan mengganti Saya yang menikahi laki-laki itu. Umi dengan tegas menolak, dan untung juga laki-laki itu juga menolak karena bagi dirinya anak ingusan seperti saya tidak pantas menjadi istrinya karena katanya saya jelek dan kusam. Tidak seperti Kak Haura yang sangat cantik, putih dan sangat manis saat tersenyum! " jawab Hanum lagi. "Ya elah, katarak nampaknya mata tuh cowok! Masa cantik, manis begini di katakan jelek! Memang sih kulitnya gak putih, tapikan gak itam kayak orang negro. Kulit nya kuning langsat khas orang Indonesia pada umumnya, senyumnya manis dan tatapan mata nya teduh! Astaghfirullah hal adzim... Sadar Salman, sadar! Sejak kapan kamu memuji perempuan lain selain Yasm