Selama perjalanan ke kota S, Hanum selalu menemani Salman ngobrol karena ia tidak ingin suami nya jenuh tanpa ada teman bicara. Sementara Umi Sarah sudah tertidur kembali di bangku belakang karena hari masih agak gelap. Perjalanan yang di tempuh selama hampir dua jam sudah selesai karena saat ini mereka ada di sebuah hotel di kota S. "Sayang..! Apa kamu yakin gak ikut Mas ke Jakarta? Mas gak tega ninggalin kamu di sini meskipun sama Umi...! " ucap Salman saat mereka sudah ada di dalam kamar hotel. Salman memutuskan untuk mengajak istri nya istirahat di hotel sambil menunggu Rama dan Umi Sarah mencarikan rumah yang layak untuk Hanum dan Umi Sarah tempati selama di kota S. "Mas...! Hanum akan ikut Mas jika Mbak Yasmine mengizinkan dan meridhoi pernikahan kita! Karena Hanum merasa sudah menyakiti hati Mbak Yasmine dengan menjadi istri Mas! " jawab Hanum keukeh dengan keinginannya. "Tapi sayang, pernikahan ini sudah menjadi takdir kita! Walau bagaimana pun tidak ada yang salah dengan
Salman menahan sesak di dadanya saat melepaskan ciuman di dahi Hanum. Entah kenapa kakinya terasa berat melangkah menuju mobil yang akan mengantar nya ke Bandara. Sedangkan Hanum langsung berbalik dengan linangan air mata yang entah sejak kapan sudah terjun bebas di pipinya. Ia memegang dadanya yang sesak sambil menggigit bibirnya agar tidak menimbulkan suara. Umi Sarah menatap sendu putrinya yang mulai detik ini juga kembali hidup sendiri seperti sebelum menikah. Rama membunyikan klakson mobil sebagai tanda jika mereka pamit pulang ke Jakarta. Begitu suara mobil sudah menghilangkan, Hanum langsung lemas hingga terduduk di lantai depan pintu rumah sambil menangis memeluk dirinya. "Hu.. Hu.. Hu...! Kenapa rasa nya sesakit ini Ya Allah? Hatiku rasanya tidak rela di tinggal seperti ini! Sakit sekali Ya Allah..! " isak Hanum dengan bahu naik turun. "Nak, ayo kita masuk dulu! Tidak enak menangis di luar dan di lihat orang-orang! " tegur Umi Sarah dengan merengkuh bahu putrinya. Hanu
Pagi-pagi sekali Salman sudah bangun dan berkemas sendiri. Istrinya Yasmine sedang sibuk mengurus Papa mertuanya yang setiap pagi harus rutin olahraga ringan agar kakinya bisa bergerak kembali. "Pi, gak papa nih gak Mami bantu? " tanya Yasmine dengan tidak enak hati. "Gak papa Mi! Papi bisa kok berkemas sendiri, lagian kan Papi bawa baju cuma untuk dua hari! " jawab Salman santai. "Ya udah! Mami mau bantu Papa dulu karena bentar lagi instruktur olahraga nya Papa datang! " sahut Yasmine dengan berjalan keluar kamar mereka. Setelah mempersiapkan mertuanya, Yasmine juga mempersiapkan diri untuk pergi ke butiknya. Sedangkan Papa mertuanya saat siang hari ada perawat yang akan menemani dan menjaganya di rumah. Yasmine dan Salman berpamitan pada Tuan Besar Sultan Ahmer Hidayatullah yang sedang duduk di kursi roda nya. "Kami berangkat dulu ya Pa! Kalau ada apa-apa sama Papa langsung hubungi kami ya Sus? " ucap Salman berkata pada Papanya dan perawatnya. "Iya Pak, Bu..! " jawab sang su
Sudah dua hari Yasmine terbaring di ranjang rumah sakit. Saat ini kondisi kakinya dalam masa pemulihan pasca operasi. Selama dua hari Salman selalu menemaninya di rumah sakit dan Papa nya di rumah di jaga oleh adik laki-laki Salman yang baru datang dari Dubai kemaren malam. Safran Maher Hidayatullah anak bungsu keluarga Hidayatullah yang bekerja sebagai pengacara di panggil paks Salman untuk pulang ke Indonesia guna membantu merawat Papa mereka selama Yasmine sakit. Salman di anjurkan untuk membawa Yasmine berobat ke luar negeri agar Yasmine bisa berjalan kembali seperti dulu. Untuk itulah ia memanggil adik bungsu nya untuk pulang. "Rama, dua hari lagi saya akan ke Jerman untuk pengobatan Yasmine agar cepat pulih dan berjalan lagi! Tolong kamu datangi Hanum di Kota S dan katakan lah sejujurnya apa yang terjadi di sini sehingga aku tidak bisa mengunjungi nya dalam waktu yang lama! Sampaikan permintaan maaf ku karena belum bisa mengunjungi nya! " ucap Salman saat mereka hanya berdua
Rama pun menceritakan detail musibah yang dialami Yasmine dan Salman kepada Hanum dan Umi Sarah sebanyak yang ia tahu selama menjadi asisten nya Salman. Hanum menangis di dalam pelukan Umi Sarah karena merasa dirinya sudah berburuk sangka pada sang suami. "Hu... Hu... Hu...! Hanum menyesal Umi sudah berburuk sangka pada Mas Salman! Hanum mengira selama ini Mas Salman tidak peduli dengan Hanum karena pernikahan ini ada karena keadaan! Hanum menyesal Umi... Hanum menyesal! " ucap Hanum dengan terus menangis. "Sudah Nak, sudah! Apa kau tidak kasihan pada bayimu jika kau menangis terus? Bayimu pasti merasakan kesedihan Ibu nya dan itu tidak bagus untuk perkembangan bayimu! Sekarang kita sudah tau apa yang terjadi dengan suamimu, dan saatnya kamu menjaga janin ini dengan baik hingga nanti Salman kembali sebelum janin kalian lahir! " sahut Umi Sarah dengan lembut mengusap punggung putri nya. "Iya Mbak..! Selagi Pak Bos pergi menemani Nyonya Yasmine berobat, Mbak Hanum harus tetap sehat
Baru saja menginjakkan kaki di kota S, Salman langsung mendapatkan kabar buruk yang baru saja di sampaikan asistennya Rama dari sambungan telepon. "Astaghfirullahalazim... Ya Allah, kuatkan lah istri dan calon anakku... Selamatkan mereka berdua Ya Allah..! " gumam Salman sembari berlari keluar bandara untuk mencari taksi. Lututnya serasa lemas, dadanya sesak memikirkan keselamatan istri dan calon anak nya. "Pak, tolong ke rumah sakit umum ya? Cepetan jalan nya ya Pak karena istri saya mau melahirkan! " ucap Salman pada sopir taksi yang ia naiki. "Baik Tuan...! " jawab sopir taksi yang langsung tancap gas menuju rumah sakit. Sementara itu, Umi Sarah tidak henti-hentinya menguatkan Hanum agar tetap tersadar dan terus berdzikir untuk keselamatan anak dan cucunya. "Umi...! Sa-sakit Umi...! Hanum sudah tidak tahan lagi..! Sakit sekali...! " rintih Hanum kesakitan sembari memegang perut nya yang kencang dan kontraksi. "Kamu harus kuat Nak! Jangan putus asa untuk berdzikir memohon per
Umi Sarah yang mendengar ucapan menantu tentang anaknya sontak lemas di sekujur tubuhnya hingga ia hampir limbung ke lantai jika ia tidak berpegangan dengan lengan kursi tunggu. Salman masih terduduk di kursi tunggu dengan menangis sembari menutup wajahnya dengan kedua tangan. Isakan tangis pilu Salman semakin membuat Umi Sarah terpukul dan meremas dadanya yang sakit. Umi Sarah memejamkan matanya sejenak sembari lisannya berdzikir kepada sang pemilik kehidupan agar ia diberi kekuatan dalam menerima cobaan ini. "Nak, hati Umi sakit dan sedih dengan keadaan Hanum. Tapi kita tidak boleh lemah dan terus terusan terpuruk. Hanum butuh kita, butuh kamu suaminya. Hanum butuh doa kita Nak, InsyaAllah Umi yakin jika anak Umi itu kuat dan Hanum akan baik-baik saja! Bagaimana dengan cucu Umi? " ucap Umi Sarah lembut dengan suara yang bergetar berusaha kuat di depan menantunya. Salman langsung menegakkan tubuhnya saat mendengar ucapan mertua nya. Ia menghapus air matanya seraya berusaha untuk
Sudah dua hari Hanum terbaring koma di rumah sakit. Ia sudah melewati masa kritis nya beberapa jam yang lalu. Saga akan di bawa pulang ke rumah oleh Umi Sarah besok pagi sesuai keputusan dokter. Saat ini Salman sedang bermain dengan memegang jemari mungil Saga dengan jari telunjuknya. "Doakan Bunda mu ya Nak biar cepat sadar dan bisa memeluk Saga setiap hari. Jika Papi pulang ke Jakarta, Saga yang menemani Bundamu di rumah! InsyaAllah Papi nanti akan sering-sering datang ke sini mengunjungi kalian berdua! Maafkan Papi yang belum bisa mempertemukan Saga dengan Opa! " ucap Salman berbicara pada bayi nya yang masih merah itu. Karena Hanum koma, maka Saga meminum susu formula dengan kualitas yang terbaik di berikan Salman agar bisa tumbuh dan berkembang seperti bayi-bayi lainnya. Saat ini Salman berada di ruang bayi untuk bermain bersama sang anak selagi Ibu mertuanya berada di kamar Hanum karena sedang membersihkan tubuh Hanum. "Bangun lah Nak! Buka matamu..! Apa kau tidak ingin mel