Begitu para tamu yang datang pulang, Salman memasuki kamar yang di tempati asistennya Rama dan Satrio. Ia tampak duduk termenung memikirkan sesuatu yang membuat hatinya gundah gulana.
Ia merogoh kantong celana nya dan mengambil ponsel. Ia mengusap sebuah foto yang menjadi wallpaper pada layar ponselnya dengan mata berembun."Yasmine sayang..! Maafkan Mas yang sudah menikah lagi secara diam-diam! Sedikit pun tidak ada niat di dalam hati Mas untuk menduakan dirimu sayang! Jangan kan untuk mempunyai niat, berpikir kearah sana Mas tidak pernah! Mas terpaksa melakukan nya sayang demi harkat dan martabat seorang wanita yang di perlakukan tidak adil di desa ini! Maafkan suamimu ini sayang...! Maafkan...! " ucap Salman dengan lirih sembari mengusap foto tersebut dengan perasaan bersalah.Salman menutup matanya sejenak untuk menenangkan hatinya yang gelisah. Ia membuka mata nya setelah memikirkan semua nya."Yah, walau bagaimana pun aku sekarang sudah menjadi suami Hanum! Meskipun aku tidak berencana mempunyai dua istri, tapi Hanum dan Yasmine sama-sama tidak bersalah! Ini semua sudah takdir yang harus kami jalani bertiga! Hanum berhak mendapatkan nafkah lahir dan batin dari aku suaminya, begitu juga dengan Yasmine. Sepulang dari sini nanti aku akan berterus-terang kepada Yasmine tentang Hanum! " ucap Salman dengan penuh keyakinan.Ia pun menaruh ponselnya ke dalam tas dan berjalan keluar dari kamar tersebut. Salman berjalan menuju kamar istri keduanya dan berpapasan dengan Umi Sarah mertuanya."Hanum di dalam kan Umi? " tanya Salman basa basi sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Iya Nak, Hanum di dalam! Masuklah karena istri mu sudah menunggu di sana! " jawab Umi Sarah dengan tersenyum geli melihat pria yang menjadi menantunya salah tingkah."Eh iya Mi.. " sahut Salman menunduk malu.Umi Sarah pun berjalan meninggalkan Salman yang masih berdiri di depan pintu kamar putri nya.Salman yang ingin mengetuk pintu menjadi urung karena teringat akan sesuatu. Ia kembali membalikkan badan nya dan mengejar ibu mertuanya."Umi...! Tunggu Umi..! " panggil Salman dengan berjalan cepat mengejar Umi Sarah.Umi Sarah yang mendengar ada yang memanggilnya berhenti sejenak dan menautkan alisnya saat melihat yang memanggilnya adalah sang menantu."Iya Nak Salman, ada apa? " tanya Umi Sarah dengan heran."Salman cuma mau ngasih tau Umi untuk bersiap-siap juga malam ini! Karena Salman berencana akan kembali ke kota setelah subuh nanti! Jika Umi bersiap malam ini maka besok kita akan langsung berangkat. Bawa yang penting saja Umi, tinggalkan saja yang tidak perlu! " jawab Salman panjang lebar."Apa gak papa kita pergi setelah subuh? " tanya Umi Sarah lagi."Gak papa Umi! Semakin cepat kita pergi dari sini semakin bagus! Salman hanya mau mengatakan itu saja! Salman masuk kamar dulu Umi! " jawab Salman sambil balik badan dan menuju kamar istri nya.Di dalam kamar Hanum menunggu suaminya dengan perasaan yang berkecamuk. Kedua tangannya yang menggenggam mengeluarkan keringat dingin saking gugup nya ia."Assalamu'alaikum istriku! " ucap Salman dengan lembut saat membuka pintu.Jantung Hanum berdebar kencang mendengar suara lembut laki-laki yang telah menghalalkannya dalam ikatan pernikahan. Meskipun baru menikah siri dan sebagai istri kedua, Hanum gugup dan takut secara bersamaan."Ya Allah..! Meski pernikahan ini sah secara agama, tapi aku takut jika setelah ini suamiku menceraikan aku! Walau bagaimana pun aku tidak pernah berniat menjadi madu bagi istri pertama suamiku! Jika ini memang takdir ku, maka bimbing lah aku ya Allah agar bisa menjadi istri yang sholehah yang selalu patuh pada suamiku! Jauhkan lah aku dari penyakit hati pada istri pertama suamiku Ya Allah... Hanya kepadaMu lah aku meminta dan memohon perlindungan.. " batin Hanum berdoa dalam hatinya."Waalaikumsalam Mas.. ! " jawab Hanum dengan suara lemah lembut.Deg...Jantung Salman berdegub kencang saat mendengar suara lembut perempuan yang menjadi istrinya itu.Ia berjalan mendekati istrinya yang duduk di tempat tidur dengan pakaian tidur lengkap dengan jilbab lebar nya."Mas tau jika pernikahan ini tidak sesuai dengan pernikahan impian mu! Maafkan Mas yang membuat mu menjadi yang kedua! InsyaAllah Mas akan berusaha adil pada kalian berdua meskipun mungkin itu agak sulit. Mas akan mengatakan pernikahan kita kepada Yasmine saat kita di kota S nanti! Mas harap adek ikhlas dan ridho menjadi istri kedua Mas hingga Jannah nanti! " ucap Salman dengan menyentuh tangan Hanum.Hanum terkejut saat Salman menyentuh tangan nya, seperti kesetrum ribuan volt tangan besar Salman menggenggam tangan mungilnya yang berkeringat."Bismillah... InsyaAllah Hanum ikhlas dan ridho Mas menjadi istri Mas meskipun menjadi yang kedua! Hanum gak akan menuntut lebih sama Mas, karena Hanum sadar bahwa ini adalah hal yang sulit untuk kita bertiga! Hanum akan terima apapun yang Mas berikan untuk Hanum. " jawab Hanum sambil menegakkan wajah nya untuk menatap wajah sang suami.Wajah rupawan dengan alis tebal, mata yang tajam, rahang yang tegas meskipun ada brewok nya sedikit yang membuat nya semakin gagah, hidung yang mancung, bibir yang tebal, dan jangan lupa tubuh yang kekar dengan kulit eksotis khas pria blasteran Indonesia pada umumnya.Hanum kembali menunduk malu saat tanpa sengaja menilai kesempurnaan wajah dan tubuh sang suami."Kenapa menunduk hmm? Mas suka saat adek melihat Mas kayak gitu? Gimana suamimu ini? Tampan kan? " tanya Salman sembari terkekeh melihat istrinya malu.Salman menyentuh lembut pipi Hanum yang memerah karena malu. Desiran halus di jantung keduanya membuat suasana kamar menjadi panas."Bolehkah Mas membuka jilbab mu sayang? " bisik Salman di telinga Hanum."Bo-boleh Mas..! " jawab Hanum dengan suara tercekat di tenggorokan karena gugup."Jangan gugup sayang...! Mas gak akan gigit kok! Palingan nanti adek yang gigit Mas! " ucap Salman menggoda istrinya itu."Ish, Mas nyebelin ya! Hanum gugup dan takut Mas! Ini kan pertama kalinya bagi Hanum! " jawab Hanum mencebik mulutnya."Hahahaha...! Abisnya adek menunduk terus dari tadi! Emang nya lebih bagus lantai itu dari pada wajah suami mu ini hemm? " sahut Salman dengan tertawa kecil.Hanum masih cemberut, tapi ia sudah lumayan rileks dan tidak terlalu tegang seperti tadi.Ia mendongakkan wajah nya dan kembali menatap wajah rupawan sang suami dengan tatapan lembut. Dengan sekali tarikan jilbab lebar Hanum terlepas dari kepala nya hingga menampakkan rambut panjang hitam pekat yang bergelombang."MasyaAllah...! Cantik sekali istri nya Mas! Benar-benar keindahan yang tersembunyi! Mas tau ini yang pertama untuk mu sayang! Mas janji untuk tidak akan menyakitimu sayang! Izinkan Mas untuk menyempurnakan pernikahan kita malam ini sayang..! Meskipun pernikahan kita ini mendadak dan kita belum terlalu mengenal lebih dekat, tapi ikatan kita suci dan halal di hadapan Allah! Kau berhak atas diri Mas, dan Mas berhak atas dirimu sayang! Boleh kah Mas melakukan nya sayang?? " ucap Salman panjang lebar sambil bertanya.Bersambung...Malam itu sepasang pengantin baru menghabiskan malam pertama dengan di awasi orang-orang tetua desa yang berjaga di luar rumah. Hanum menggeliat dalam pelukan hangat sang suami saat menyadari mereka masih polos dalam satu selimut. Wajahnya memerah karena malu teringat tentang apa yang mereka lakukan semalam. Suaminya yang begitu kuat dan gagah membuatnya terbang melayang dengan perlakuan lembutnya karena walau bagaimana pun ini yang pertama ia lakukan. Hanum berusaha menyingkirkan tangan Salman yang membelit perut ramping nya karena ia kebelet ingin buang air kecil. Setelah pelukan Salman terlepas, Hanum mencoba duduk. Namun gesekan kedua pahanya membuat ia meringis kesakitan karena bagian intinya terasa perih dan terasa menjanggal. Susah payah Hanum menggerakkan tubuhnya, akhirnya ia bisa duduk di pinggir tempat tidur. Ia mencoba berdiri, namun rasa nyeri dan perih kembali datang dengan hebatnya hingga Hanum jatuh terduduk di lantai. "Awwww... Sakit...! " pekik Hanum sedikit ke
Selama perjalanan ke kota S, Hanum selalu menemani Salman ngobrol karena ia tidak ingin suami nya jenuh tanpa ada teman bicara. Sementara Umi Sarah sudah tertidur kembali di bangku belakang karena hari masih agak gelap. Perjalanan yang di tempuh selama hampir dua jam sudah selesai karena saat ini mereka ada di sebuah hotel di kota S. "Sayang..! Apa kamu yakin gak ikut Mas ke Jakarta? Mas gak tega ninggalin kamu di sini meskipun sama Umi...! " ucap Salman saat mereka sudah ada di dalam kamar hotel. Salman memutuskan untuk mengajak istri nya istirahat di hotel sambil menunggu Rama dan Umi Sarah mencarikan rumah yang layak untuk Hanum dan Umi Sarah tempati selama di kota S. "Mas...! Hanum akan ikut Mas jika Mbak Yasmine mengizinkan dan meridhoi pernikahan kita! Karena Hanum merasa sudah menyakiti hati Mbak Yasmine dengan menjadi istri Mas! " jawab Hanum keukeh dengan keinginannya. "Tapi sayang, pernikahan ini sudah menjadi takdir kita! Walau bagaimana pun tidak ada yang salah dengan
Salman menahan sesak di dadanya saat melepaskan ciuman di dahi Hanum. Entah kenapa kakinya terasa berat melangkah menuju mobil yang akan mengantar nya ke Bandara. Sedangkan Hanum langsung berbalik dengan linangan air mata yang entah sejak kapan sudah terjun bebas di pipinya. Ia memegang dadanya yang sesak sambil menggigit bibirnya agar tidak menimbulkan suara. Umi Sarah menatap sendu putrinya yang mulai detik ini juga kembali hidup sendiri seperti sebelum menikah. Rama membunyikan klakson mobil sebagai tanda jika mereka pamit pulang ke Jakarta. Begitu suara mobil sudah menghilangkan, Hanum langsung lemas hingga terduduk di lantai depan pintu rumah sambil menangis memeluk dirinya. "Hu.. Hu.. Hu...! Kenapa rasa nya sesakit ini Ya Allah? Hatiku rasanya tidak rela di tinggal seperti ini! Sakit sekali Ya Allah..! " isak Hanum dengan bahu naik turun. "Nak, ayo kita masuk dulu! Tidak enak menangis di luar dan di lihat orang-orang! " tegur Umi Sarah dengan merengkuh bahu putrinya. Hanu
Pagi-pagi sekali Salman sudah bangun dan berkemas sendiri. Istrinya Yasmine sedang sibuk mengurus Papa mertuanya yang setiap pagi harus rutin olahraga ringan agar kakinya bisa bergerak kembali. "Pi, gak papa nih gak Mami bantu? " tanya Yasmine dengan tidak enak hati. "Gak papa Mi! Papi bisa kok berkemas sendiri, lagian kan Papi bawa baju cuma untuk dua hari! " jawab Salman santai. "Ya udah! Mami mau bantu Papa dulu karena bentar lagi instruktur olahraga nya Papa datang! " sahut Yasmine dengan berjalan keluar kamar mereka. Setelah mempersiapkan mertuanya, Yasmine juga mempersiapkan diri untuk pergi ke butiknya. Sedangkan Papa mertuanya saat siang hari ada perawat yang akan menemani dan menjaganya di rumah. Yasmine dan Salman berpamitan pada Tuan Besar Sultan Ahmer Hidayatullah yang sedang duduk di kursi roda nya. "Kami berangkat dulu ya Pa! Kalau ada apa-apa sama Papa langsung hubungi kami ya Sus? " ucap Salman berkata pada Papanya dan perawatnya. "Iya Pak, Bu..! " jawab sang su
Sudah dua hari Yasmine terbaring di ranjang rumah sakit. Saat ini kondisi kakinya dalam masa pemulihan pasca operasi. Selama dua hari Salman selalu menemaninya di rumah sakit dan Papa nya di rumah di jaga oleh adik laki-laki Salman yang baru datang dari Dubai kemaren malam. Safran Maher Hidayatullah anak bungsu keluarga Hidayatullah yang bekerja sebagai pengacara di panggil paks Salman untuk pulang ke Indonesia guna membantu merawat Papa mereka selama Yasmine sakit. Salman di anjurkan untuk membawa Yasmine berobat ke luar negeri agar Yasmine bisa berjalan kembali seperti dulu. Untuk itulah ia memanggil adik bungsu nya untuk pulang. "Rama, dua hari lagi saya akan ke Jerman untuk pengobatan Yasmine agar cepat pulih dan berjalan lagi! Tolong kamu datangi Hanum di Kota S dan katakan lah sejujurnya apa yang terjadi di sini sehingga aku tidak bisa mengunjungi nya dalam waktu yang lama! Sampaikan permintaan maaf ku karena belum bisa mengunjungi nya! " ucap Salman saat mereka hanya berdua
Rama pun menceritakan detail musibah yang dialami Yasmine dan Salman kepada Hanum dan Umi Sarah sebanyak yang ia tahu selama menjadi asisten nya Salman. Hanum menangis di dalam pelukan Umi Sarah karena merasa dirinya sudah berburuk sangka pada sang suami. "Hu... Hu... Hu...! Hanum menyesal Umi sudah berburuk sangka pada Mas Salman! Hanum mengira selama ini Mas Salman tidak peduli dengan Hanum karena pernikahan ini ada karena keadaan! Hanum menyesal Umi... Hanum menyesal! " ucap Hanum dengan terus menangis. "Sudah Nak, sudah! Apa kau tidak kasihan pada bayimu jika kau menangis terus? Bayimu pasti merasakan kesedihan Ibu nya dan itu tidak bagus untuk perkembangan bayimu! Sekarang kita sudah tau apa yang terjadi dengan suamimu, dan saatnya kamu menjaga janin ini dengan baik hingga nanti Salman kembali sebelum janin kalian lahir! " sahut Umi Sarah dengan lembut mengusap punggung putri nya. "Iya Mbak..! Selagi Pak Bos pergi menemani Nyonya Yasmine berobat, Mbak Hanum harus tetap sehat
Baru saja menginjakkan kaki di kota S, Salman langsung mendapatkan kabar buruk yang baru saja di sampaikan asistennya Rama dari sambungan telepon. "Astaghfirullahalazim... Ya Allah, kuatkan lah istri dan calon anakku... Selamatkan mereka berdua Ya Allah..! " gumam Salman sembari berlari keluar bandara untuk mencari taksi. Lututnya serasa lemas, dadanya sesak memikirkan keselamatan istri dan calon anak nya. "Pak, tolong ke rumah sakit umum ya? Cepetan jalan nya ya Pak karena istri saya mau melahirkan! " ucap Salman pada sopir taksi yang ia naiki. "Baik Tuan...! " jawab sopir taksi yang langsung tancap gas menuju rumah sakit. Sementara itu, Umi Sarah tidak henti-hentinya menguatkan Hanum agar tetap tersadar dan terus berdzikir untuk keselamatan anak dan cucunya. "Umi...! Sa-sakit Umi...! Hanum sudah tidak tahan lagi..! Sakit sekali...! " rintih Hanum kesakitan sembari memegang perut nya yang kencang dan kontraksi. "Kamu harus kuat Nak! Jangan putus asa untuk berdzikir memohon per
Umi Sarah yang mendengar ucapan menantu tentang anaknya sontak lemas di sekujur tubuhnya hingga ia hampir limbung ke lantai jika ia tidak berpegangan dengan lengan kursi tunggu. Salman masih terduduk di kursi tunggu dengan menangis sembari menutup wajahnya dengan kedua tangan. Isakan tangis pilu Salman semakin membuat Umi Sarah terpukul dan meremas dadanya yang sakit. Umi Sarah memejamkan matanya sejenak sembari lisannya berdzikir kepada sang pemilik kehidupan agar ia diberi kekuatan dalam menerima cobaan ini. "Nak, hati Umi sakit dan sedih dengan keadaan Hanum. Tapi kita tidak boleh lemah dan terus terusan terpuruk. Hanum butuh kita, butuh kamu suaminya. Hanum butuh doa kita Nak, InsyaAllah Umi yakin jika anak Umi itu kuat dan Hanum akan baik-baik saja! Bagaimana dengan cucu Umi? " ucap Umi Sarah lembut dengan suara yang bergetar berusaha kuat di depan menantunya. Salman langsung menegakkan tubuhnya saat mendengar ucapan mertua nya. Ia menghapus air matanya seraya berusaha untuk