Share

Sarah Dibunuh

Author: Wafa Farha
last update Last Updated: 2023-05-03 20:03:00

Yang benar saja, Tomy kan bukan anak –anak, kenapa ke toilet saja minta diantarkan?! Sikap pemuda itu lebih menjengkelkan dari yang kubayangkan sebelumnya begitu dia mendengar ceritaku tentang Sarah.

“Aku melihat Mbak Sarah, Mas.” Suara Tomy kali ini terdengar bergetar.

Ia jauh lebih terlihat takut dibanding tadi. Mungkinkah karena sebelumnya ia hanya mendengar cerita dariku, tapi kini, dia benar –benar melihatnya sendiri. Apa iya? Aku pikir, dia akan sangat penasaran dan justru mencari tahu keberadaan Sarah, karena usia segitu sedang panas –panasnya rasa penasaran. Atau ... dari tadi dia bersikap begini karena mengejekku saja?

“Tom, kamu serius? Kamu gak berniat menggodaku karena aku mengatakan tentang Sarah yang ke rumah tadi kan?”

“Mas, aku serius. Aku melihatnya di trotoar meninggalkan ambulans tadi. Mbak Sarah yang menghentikan ambulansnya, Mas!” Suara itu masih juga terdengar gemetar.

Tunggu. Apa artinya, Sarah –lah yang menyelamatkan kami dari maut. Kalau saja sopir ambulans tidak berhenti, kami pasti sudah terlindas mobil yang menjadi raja jalanan itu. Tapi apa iya?

Tak lama, Bapak mertua yang tadi katanya mengurus administrasi datang. Pria itu langsung menegur kami.

“Kalian sedang apa?” tanya pria bernama Wahono itu. Posisi kami sedang dempet –dempeten, tentu saja terlihat aneh di mata orang lain. Apa lagi jika tidak tahu kronologinya seperti apa.

“Em, ini Tomy Pak ....” Suaraku menggantung.

Belum lagi selesai menjawab pertanyaan dan menceritakan apa yang terjadi, Tomy tiba –tiba saja bangkit dari duduknya dan bergelayut di tangan Bapak mertua. Dasar anak itu sudah mirip bocah TK. Sepertinya dia memang benar –benar ketakutan dan bukan berniat mengejek ceritaku tentang Sarah.

“Pak, ayo Pak, aku sudah nggak tahan ini!” Tomy menarik lengan bapak mertua paksa. Meninggalkanku.

“Kamu ini kenapa?” tanya bapak mertua.

“Udah Pak nanti aku jelaskan kalau sudah lega!” Tomy memaksa. Seenggaknya dia tidak sungkan memaksa bapaknya sendiri pergi, berbeda denganku kakak iparnya.

Tomy pasti sedang ingin menuju toilet. Dan Bapak mertua, akhirnya pasrah, meski ia terlihat kesal sekaligus bingung. Sama sepertiku, yang menganggap Tomy bersikap tidak seperti biasa.

Aku geleng –geleng melihat kelakuan pemuda itu. Meski ucapannya juga menganggu pikiran. Setelah menunjukkan ketakutannya, dia sekarang mengatakan telah melihat Sarah. Mungkin, wanita yang kucintai itu, juga ingin berpamitan pada Tomy –adiknya. Nyatanya, hanya Tomy yang melihatnya. Aku, dokter atau pun sopir ambulans tidak membicarakannya sekali pun.

Kuhela napas panjang begitu Tomy sudah tidak terlihat lagi. Lalu mengeluarkan ponsel. Siapa tahu, ada yang menghubungi terkait kematian Sarah. Jujur, sampai sekarang aku masih menunggu kabar orang yang menabrak Sarah.

Setidaknya, dia harus menampakkan hidung, menceritakan bagaimana kejadiannya, menyesali perbuatan dan minta maaf. Mungkin, dengan begitu Sarah tidak akan lagi muncul di hadapan kami. Aku pernah mendengar, konon orang yang meninggal dengan cara tragis arwahnya tidak akan tenang sampai 40 hari kematiannya. Mereka akan terus memberikan tanda –tanda ke pada orang yang masih hidup agar segera mengurusnya.

Sebentar. Tak ada polisi, tak ada sopir yang menabrak. Dan Sarah terus muncul. Apa Sarah sebenarnya bukan korban kecelakaan, tapi pembunuhan? Tapi bagaimana dengan kesaksian Pak Joko? Tidak ada cara lain. Aku harus melihat CCTV, dan memastikannya sendiri. Dari CCTV itu juga aku akan mendapatkan nomor plat mobil sopir truk itu.

Saat menggeser layar ponsel, banyak sekali panggilan dan pesan yang masuk ke aplikasi hijau milikku. Sekilas, kebanyakan pesan adalah ucapan bela sungkawa dan entah apalagi. Tak kuhiraukan pesan –pesan itu, dan langsung mengklik room dengan Pak Joko yang rupanya pria itu juga mengirim pesan untukku.

“Foto?” gumamku. Mataku melebar, mendapati foto Sarah yang sudah berada di atas pick up dengan kondisi mengenaskan. Mata kembali perih menatapnya. Sampai kapan aku berhenti melihat tubuh istriku yang kondisi fisiknya menyedihkan itu?

[ Mas, Mbak Sarah kecelakaan. Karena mobilnya sulit masuk gang rumah Mas Affan, kami akan mengantarnya ke rumah Pak Wahono.

Rupanya pemilik toko Mang Joko itu sudah menghubungiku. Tapi jangankan dering ponsel, derasnya hujan menghantam atap saja tak membuatku terbangun.

Kini, kuketik pesan untuk menanyakan CCTV ke pada pria itu.

[ Pak, maaf. Bolehkah saya minta video CCTV saat kejadian? Barang kali, sopir truk juga meninggalkan nomor teleponnya. ]

Barang kali memang menyakitkan menyaksikan kejadiannya, akan tetapi aku harus mengakhiri ini dengan jelas dan tenang.

Setelah pesan itu terkirim, pesannya centang dua dan beberapa detik setelahnya centang biru. Itu artinya Pak Joko sudah membaca pesan. Namun, tak ada tanda –tanda pria itu akan membalas, sehingga aku pun memutuskan untuk meneleponnya saja.

“Hah? Tidak aktif? Aneh sekali?” Mataku memicing melihat ke arah ponsel.

Pak Joko membaca pesan dan tak membalas, dan saat meneleponnya, pria itu tak membalas dan sekarang bahkan tidak aktif? Apa baterainya tiba –tiba habis? Atau Pak Joko sengaja tidak mau menjawab karena menyembunyikan sesuatu?

Bersambung ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tanah Makamku masih Basah, Mas    Terimakasih Sarah

    Nadhira baru saja memasukkan seloyang puding cokelat karamel ke dalam lemari pendingin makanan, ketika ada dua tangan yang menyusup masuk dari belakang tubuhnya dan merangkul dirinya dengan mesra."Eh...! Astaghfirullah!"Tubuh Nadhira sedikit menjingkat karena terkejut. Aroma asam bercampur manis, juga embusan napas yang lembut, yang mengenai pipinya, tak lagi membuat Nadhira terkejut. Dia tahu siapa yang memeluknya dari belakang."Kaget, ya?" tanya lembut Alif yang kemudian mencium sayang pipi Nadhira. "Maaf ya, Sayang"Semburat samar merah muda, muncul di kedua pipi Nadhira. Setiap kali hanya berdua saja, Alif selalu bisa berlaku sangat mesra sekaligus sangat romantis. Rangkulan dan sapaan 'Sayang' adalah diantaranya, dan itu masih selalu membuat jantung Nadhira berdebar-debar manis."Iya, gak apa-apa. Ayah haus?" tanya Nadhira sembari menoleh. Semburat merah muda di pipi semakin menetap karena itu membuat jarak tipis antara wajah Nahira dan wajah Alif.Bibir bawah Alif sedik

  • Tanah Makamku masih Basah, Mas    Dikabulkan Permintaan Jingga

    “Kalau begitu, papa akan bicara serius dengan bunda dan panda.” Affan mengusap punggung Jingga.“Ish, kok panda, sih!” protes Jingga yang tak mau suami dari bundanya dipanggil panda.“Ha ha ha.” Kontan semua orang yang ada di atas panggung resepsi itu tertawa. Jingga tampak menggemaskan saat marah untuk hal sepele begitu. Dia sangat serius dan polos, padahal papanya hanya bercanda.“Jangan panda, dong. Tapi … Ayah. Jadi Ayah dan Bunda!” serunya kemudian penuh semangat menjelaskan kepada banyak orang dewasa yang memperhatikan tingkahnya.Affan mengacak kerudung yang dikenakan Jingga. Gadis kecil itu jadi mau berhijab seperti bundanya setelah mendengar nasehat dari Alif tempo hari.“Hai Jingga, kalau Adek Jingga yang cantik ingin tetap cantik di akhirat nanti … harus pakai jilbab dan kerudung.” Kata Alif kala itu.“Kok jilbab dan kerudung? Kan jilbab dan kerudung itu sama, Ustaz?” protesnya dengan kepala terteleng memikirkan ucapan Alif yang dia pikir salah bicara.“Oh … kalau jilbab it

  • Tanah Makamku masih Basah, Mas    Ekstra Part : Kasih Sayang Affan

    Rencananya pernikahan Alif dan Dhira digelar secara sederhana saja. Namun, pihak Affan yang juga ayah kandung Jingga tak bisa membiarkan itu terjadi. Lelaki kaya raya itu merasa bertanggung jawab, setelah pengorbanan dan perjuangan yang Alif lakukan untuk menemukan Jingga. Gadis kecil yang nyasar di desa Jingga. Rupanya ... anak Siti meninggal di hari kelahiran sekaligus kematian ibunya. Di kampung Jingga. Dan yang Pak Joko bawa pulang dengan sang istri di bangunan itu adalah putri yang dibuang orang tak bertanggung jawab. Masih menjadi misteri, siapa yang hari itu membawa keluar putri Affan. Padahal, bayi yang lahir dari tubuh Sarah yang sudah meninggal itu sudah dibawa pulang ke rumah kakek neneknya. Rumah yang sangat aman penjagaan dan dipenuhi banyak petugas. Alif sendiri, sempat mencurigai ada orang dalam keluarga Affan pelakunya. Namun, ia enggan mengatakan itu karena tak punya bukti. "Ehm, Papa, apa boleh setelah ini saya tinggal dengan Bunda?" tanya Jingga kepada Affan yang

  • Tanah Makamku masih Basah, Mas    Ending

    Alif berusaha menelponnya beberapa kali menggunakan ponsel seorang polisi yang dipinjamkan ke padanya, Dhira tak menjawab hingga pemberitahuan operator bahwa nomornya tidak aktif.Alif menghela napas pelan, berharap calonnya baik-baik saja. Kebisingan di kantor polisi membuatnya sedikit pun tak lagi terbersit tentang Dhira, bagaimana reaksinya? Bagaimana dia pulang? Entahlah.“Sudahlah, yang penting adalah kamu tidak mencoba membuat alibi untuk kabur dan menipu polisi. Pikirkan nasibmu sendiri!” tandas polisi sembari menengadahkan tangan, meminta ponselnya kembali. Lagi pula dia tahu bahwa orang yang dipanggil di seberang sana tidak juga menjawab.Alif pasrah. Diserahkan kembali ponsel milik polisi dan kini fokus ke pada diri sendiri. Lagi pula tak ada gunanya bersi keras menghubungi gadis itu jika nomornya saja tidak aktif. Ustaz muda itu lantas mengarahkan tatapan ke beberapa polisi siaga di sekitarnya, berharap semua berjalan baik, Zara selamat, Fadli ditangkap, kebusukan kepsek da

  • Tanah Makamku masih Basah, Mas    Terus Memikirkan Dhira

    "Tapi, ini teman saya sudah menemukan lokasi siswi kami yang diculik kepsek." Alif berusaha meyakinkan polisi. Bahwa dia telah melakukan sesuatu yang seharusnya menjadi tugas polisi. Berharap ini pun tidak dipermasalahkan dan menjadi bahan baru untuk menyerangnya. Alif tahu betul bahwa jerat pasal kadang diada -adakan agar relevan menangkap seseorang. "Bagaimana?" Satu petugas mengalihkan pandangan ke arah petugas lain. Bermaksud untuk meminta pendapat, apakah mereka harus pergi mengikuti ucapan pria yang mereka pikir sebagai tersangka tersebut atau tidak. Sebab takut jika pada akhirnya ini hanya alibi saja. Polisi lain menghela napas panjang. Korban sudah banyak, tapi petugas masih saja dipermainkan oleh orang -orang itu. Tak satu pun dari mereka yang mau mengaku. Apalagi Alif yang jadi terduga utama, terus saja bisa mengalihkan tuduhan dengan hal lain. Ini membuat mereka frustasi.Sampai mereka berpikir mungkinkah benar, bahwa sebenarnya ada orang -orang di belakang mereka. Yang

  • Tanah Makamku masih Basah, Mas    Sikap Petugas Polisi

    Tiba-tiba saja, dari dalam tampak seorang wanita datang, yang juga akan bergabung bersama mereka. Berdiskusi, ah lebih tepatnya bedebat alot mengenai kasus di sekolah Jingga. Kepsek memicingkan mata, melihat sosok yang datang bersama Dhira. Ia tak menyangka jika gadis yang didambanya akan bersama gadis kecil misterius itu. Bukankah Jingga masih di rumah sakit? Dan bahkan sedang kritis. Bagaimana bisa ada di kantor polisi.“Jingga,” gumam kepsek nyaris tak terdengar. Dia bahkan sampai memerlukan pendonor agar bisa bertahan hidup sebab kekurangan banyak darah akibat peradarahan dari lukanya. “Ada apa?” Agus bertanya melihat ekspresi kepsek yang terlihat berubah. Pria itu tampak ketakutan. Tak memperdulikan pertanyaan Agus, kepsek Rayhan melanjutkan ucapannya dan bertanya, “Bagaimana dia bisa ada di sini?”Pria itu terlalu penasaran untuk mengabaikan keberadaan Jingga di sisi Dhira. Sesuatu yang berada di luar nalar. 'Sebentar, jangan-jangan .... Dia kembar. Tapi apa iya? Sejak dia be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status