Terkadang hidup tidak melulu berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Namun apapun itu kita harus berusaha untuk tetap waras, karena rahasia Tuhan akan indah pada waktunya. _Nyakraba_ semoga semua sahabat pembacaku, selalu di limpahkan berkah yang luas oleh sang Pemilik Berkah. Aamiin. Bintang lima dan komentar sahabat sangat berarti buat Nyakraba. hehe..
Air mata yang sangat sulit di bendung. Sesekali Widuri menepuk –nepuk dadanya yang terasa sakit akibat menahan hati yang sebenarnya tidak terima dengan apa yang di hadapi hari itu. *** Batinnya meronta, tangisannya pecah dan sesekali cegukan karena luapan emosi itu. Kemudian terdengar suara Widuri yang meraung, sama sekeli tidak puas dengan pernikahannya ini. Setelah puas melepas emosi kesedihannya dengan luapan air mata, Widuri kemudian membasuh mukanya. Berusaha menghilangkan garis kesedihannya, mulai hari ini Widuri akan berusaha untuk menyembunyikan kesedihannya di depan siapa pun. Widuri tidak mau dengan orang –orang melihat dirinya meneteskan air mata, maka mereka bisa melihat sisi lemah Widuri dan akan leluasa menyakitinya lagi... lagi... dan lagi. Widuri bertekat akan menciptakan jati dirinya sendiri, tidak lagi untuk di injak –injak. Walau sekarang Widuri telah menandatangani sebuah kesepakatan, bukan berarti dirinya tidak bisa membuat keputusan untuk dirinya. Widuri kemud
“Pak... tidak... tidak... maksudku tuan... aiihh.. bibirku ini! Mas,” mendengar perkataan Widuri Arlo memicingkan matanya karena lagi –lagi terganggu dengan panggilan itu, sembarri menghidupkan mesin mobilnya.“Aku mohon biarkan aku naik ojek, karena aku takut akan mengotori mobilmu,” Ucap Widuri lagi yang mulai mual ketika mencium aroma khas yang ada di setiap mobil.“Baju lusuhmu tidak akan mengotori mobilku, nungkin keringatmu saja yang akan membuat aroma mobilku berubah,” ucap Arlo yang kemudian mulai melajukan mobilnya.“Ta... Tapi aku tidak biasa naik mobil, perutku mual. Aku mohon berhentilah...” ucap Wduri. Namun Arlo tetap saja mengemudikan mobilnya, dan sekarang mulai Kencang. Perur Widuri semakin serasa di aduk –aduk.Terasa sesuatu akan meledak dari mulutnya, Widuri berusaha menekan –nekan tombol yang berada di samping pintu untuk membuka jendela mobil. Tetapi Widuri
Arlo kemudian naik dan mulai menghidupkan mesin motor itu, kakinya yang jangkung dan tubuhnya yang kekar telah melahap habis bagian motor dan hanya menyisakan sedikit saja sisi di belakangnya. Kakinya sedikit keluar bodi depan motor itu, dan jika Arlo yang mengemudi motor metik itu sangat terlihat Lucu. Lalu Arlo membuka jasnya, dan mengubah posisi pakai jasnya pada bagian depan untuk menutupi tubuh depan serta tangannya. Melihat kejanggalan ketika Arlo menaiki motor itu membuat Widuri menyembunyikan senyumannya. “Mengapa Tertawa? Ada yang Lucu? Ayo cepat naik!” ucap Arlo dingin. “Ah... tidak apa –apa. Aku? Naik?” tanya Widuri bingung. “Lalu siapa lagi? Cepatan! Panas ini!” ucap Arlo menyerngitkan matanya akibat silaunya cahaya mata hari. Memang hari itu terasa sangat menyengat. “Ta... tapi... lebih baik aku naik ojek lain saja, Ba... maksudku mas sebaiknya naik taxi saja. Biar sejuk. Kasihan kulit mas terpapar sinar matahari begitu. Sayang banget nanti gosong,” ucap Widuri. Mendeng
Arlo tampak sangat kesal ketika melihat Widuri hanya berdiri seperti orang bodoh. “Aiiih... apa yang kamu lakukan di sana, ayo masuk! Ini rumahku. Dan sekarang untuk beberapa waktu juga akan jadi rumahmu. Jadi cepatlah masuk. Aku sudah sangat gerah,” ucap Arlo sembari kembali ke arah Widuri. Kemudian menarik tangan Widuri dengan sangat kuat sehingga membuat tubuh Widuri terhuyung ke depan. Dan terpaksa melangkah dengan setengah berlari untuk mengimbangi langkah Arlo yang besar.Ketika mereka sampai ke depan pintu rumahnya, pintu yang terlihat begitu tinggi karena mengimbangi tinggi bangunannya. Satu orang yang berjaga di depan pintu kemudian membantu Arlo membukakan pintu, “Selamat datang tuan,” ucap orang itu. Arlo sedikit mengangguk dan masuk ke dalam rumah dengan cueknya, sementara Widuri mengikuti dari belakang. Awalnya tubuh tinggi dan kekar Arlo menutupi pandangan Widuri, namun setelah Arlo sedikit bergeser mata Widuri jadi bebas memandang.“Ya Tuhan, ini benar –benar rumah? In
Widuri yang masih merasa sebagai pendatang di rumah itu, masih terus berdiri tanpa mau duduk di sofa dalam ruang tamu itu. Juga sangat takut berjalan walau hanya untuk berkeliling. Widuri takut jika salah –salah dia akan kembali membuat masalah yang akan membuat Clara marah. Atau sekedar rasa takut kalau –kalau ada barang yang hilang dan dirinya lah tersangka pertama. Cukup lama menunggu yang kemudian Ningsih dan Clara kembali datang. “Kamu masih berdiri di sana Widuri? Sepertinya kamu tidak berpindah walau hanya satu senti saja?” ucap Clara. “Saya tidak tahu harus berbuat apa di rumah ini!” Ucap Widuri singkat. “sepertinya kamu sudah mulai berhati –hati. Bagus kalau begitu. Ini! Gantilah bajumu dengan ini.” Ucap Clara dengan sedikit menengang coper yang di bawah oleh Ningsih. Lalu Clara membalikkan badannya untuk kembali ke rumah utama. “Tunggu dulu!” cegah Widuri pada Clara. Mendengar Widuri, Clara menoleh. “Apa orang –orang di sini mengetahui siapa aku? Sebagai siapa orang –ora
“Ahhh... Apa yang mas katakan?” Teriak Widuri sembari menutup telinganya dan mulai berjongkok ketakutan. Widuri benar –benar tidak menginginkan kejadian itu terjadi secepat itu. “Ada apa? Apa aku salah jika aku ingin meminta hakku darimu?” goda Arlo lagi. “Tetapi ini tidak sesuai dengan kesepakatan yang sudah aku tandatangani, bukankah di dalam kesepakatan itu tidak akan ada yang seperti itu?” tangis Widuri akhirnya pecah. “Hahaha... kamu jangan terlalu percaya diri, aku tidak tertarik dengan tubuh kurus keringmu. Dadamu pun sepertinya rata. Aku sungguh tidak selera.” Ucap Arlo dengan segala hinaannya. Mendengar hinaan Arlo membuat Widuri geram, Widuri sontak melihat ke arah gunung kembarnya. Apa yang di katakannya? Yang seperti ini rata? Apa dia tidak mual melihat yang besarnya melebihi rata –rata. Kurus kering? Apa dia lelaki yang menyukai wanita bertubuh gempal? Itu sebabnya dia seperti tidak bernafsu juga pada Clara. Gerutu Widuri dalam hatinya. “Traaakkk...” Arlo menendang p
“Mas...” Widuri memegang pergelangan tangan Arlo. “Aku mohon, jagan tambah masalahku. Dengan kamu memarahinya, akan membuatnya tambah membenciku. Aku akan sangat berbahaya tinggal di sini ketika kamu tidak berada di rumah ini. Aku mohon, aku tidak masalah dengan ini.” Pinta Widuri pada Arlo. Arlo meoleh pada Widuri, lalu mengeluarkan dompetnya. “Ambil ini, ini adalah atm untukmu. Disana sudah ada saldo 150jt, dan setiap bulannya aku akan mengirimimu uang sebanyak yang aku berikan pada Clara. Itu nafkahku untukmu. Kamu tidak perlu memberi tahu Clara tentang ini, karena jika dia mengetahuinya, bisa saja dia merampasnya darimu. Itu adalah hakmu dan pertahankan apa yang menjadi milikmu!” ucap Arlo sembari memberikan sebuah kartu Atm pada Widuri. “Dan satu lagi, gunakan ini untuk menghubungiku. Di dalamnya sudah aku simpan nomor teteponku. Dan ini juga sudah ada paket internet. Kamu bisa menggunakannya untuk melihat jejaring sosialmu agar kamu tidak suntuk berada di sini.” Ucap Arlo lagi
Setelah Clara naik, Arlo menutup pintunya dan kembali membuka pintu bagian depan penumpang. “Widuri, masuklah! Duduklah di depan.” Titah Arlo. “Ta... tapi...” Widuri terlihat ragu, karena takut amarah Clara. Namun Arlo menatamnya dengan sangat kejam membuat Widuri tidak mampu berkata –kata lagi, sehingga dengan cepat Widuri masuk.Awalnya Clara masih tenang, karena dia berfikir Arlo akan duduk bersamanya di belakang, namun ternyata Arlo masuk di bagian pengemudi.“Sayang... kenapa kamu di sana? Harusnya kamu duduk di sampingku, atau aku yang di depan. Suruh saja Darsono yang mengemudi. Dan duduklah di sampingku sayang,” Ucap Clara.“Diamlah Clara, jangan buat aku sakit kepala mendengar kecemburuanmu itu. Darsono sudah sangat lelah, biarkan dia istirahat. Kalau kamu mau duduk di depan silahkan! Tapi jangan berisik jika kamu kembali di tumpahi isi perut Widuri.” Mendengar perkataan Arlo membuat Clara hanya terdiam, dan terpaksa menerima apa yang sudah Arlo perintahkan. Arlo kemudian me