Tangisan Widuri

Tangisan Widuri

Oleh:  Nyakraba  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
4 Peringkat
33Bab
2.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

cerita ini hanya fiktif belaka, penulis berusaha untuk merangkum kesalahan-kesalahan yang terjadi di kehidupan nyata dan merangkumnya dalam sebuah cerita. *** Widuri adalah anak bungsu dari pasangan Ducan dan Isma. Ducan dan Isma memiliki dua anak gadis dengan rentang usia 5 tahun. Namun ada keganjalan yang terjadi di keluarga itu. Isma selalu membedakan kedua putrinya itu. Isma memberikan perhatian yang lebih pada Tasya kakaknya Widuri. Sementara Widuri seakan tidak dibutuhkan dikeluarga itu. Singkat cerita, ketika Widuri baru saja lulus sekolah menengah atas, Isma menjodohkannya dengan lelaki yang jauh lebih tua dari Widuri, selain itu Arlo lelaki yang akan di jodohkan dengan Widuri itu ternyata lelaki beristri. Pernikahan itupun bukanlah pernikahan biasa, namun pernikahan yang memiliki banyak peraturan dan kesepakatan. Akankah Widuri menerima perjodohan itu dan menerima syarat dan kesepakatan yang ada pada pernikahan itu? lalu bagaimana kisah hidup Widuri di dalam rumah tangga yang penuh dengan kesepakatan? bagaimana Clara, istri pertama Arlo memperlakukan lakukan Widuri? serta apa isi dari kesepakatan pernikahan yang harus di setujui Widuri.

Lihat lebih banyak
Tangisan Widuri Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Henny Djayadi
kisah yang mengharu biru dan selalu bikin penasaran untuk menanti bab selanjutnya
2022-10-28 18:40:46
1
user avatar
Ny widi
ceritanya menarik.. baru baca langsung suka..
2022-10-26 12:42:42
2
user avatar
Ny widi
keren ceritanya. .
2022-10-26 12:41:38
1
user avatar
Uminya Rafeef
mohon kasi bintang 5nya ya sahabat... ...
2022-10-25 15:31:57
0
33 Bab
Mengapa Harus Aku?
“Kamu harus mau menikah dengannya. Apapun yang terjadi! Dengan menikah dengannya hutang keluarga kita pasti akan terlunasi. Cobalah tunjukkan baktimu pada keluarga ini,” ucap Isma pada anak bungsunya.“Tapi kenapa harus aku Bu? Bahkan aku baru saja lulus sekolah, aku belum pantas untuk menikah Bu. Umurku baru saja genap 18 tahun bulan kemaren. Mengapa bukan Kak Tasya saja, sebentar lagi dia wisuda. Maka yang lebih layak menikah duluan itu kak Tasya bu, lagi pula bukannya hutang keluarga menumpuk karena membiayai kuliah kak Tasya di Fakultas Kedokteran. Aku belum mau menikah Bu. Aku juga ingin kuliah seperti kak Tasya Bu. Ibu lihatkan? bahkan prestasiku lebih bagus dari pada kak Tasya,” ucap Widuri sembari sesegukan di pojok kamarnya.“Widuri kamu tidak pantas berbicara begitu. Jelas kakakmu tidak bisa di samakan dengan kamu! Ibu tidak mau tahu, pokoknya minggu depan kamu harus menikah dengan Arlo!” bentak Isma lagi.“Kenapa Bu? Kenapa dari aku kecil ibu selalu membeda –bedakan aku den
Baca selengkapnya
Kenangan Masa Lalu
[“Ibu... Ibu... lihat Widuri juara 1 Ibu, dan Widuri juga mendapat gelar juara 1 umum. Lihat Ibu, bahkan Widuri mendapatkan 2 piala sekaligus,” Widuri kecil berlari ke arah Ibu. Namun tidak sedikitpun Isma menoleh, dan ketika Tasya datang kemudian dengan lesu Isma langsung mendekati Tasya.“Ada apa sayang? Mengapa kamu terlihat begitu sedih? Sini duduk. Ayo cerita sama Ibu.” ucap Ibu penuh kasih pada Tasya.“Aku sedih Ibu, aku Cuma dapat juara 2. Aku tidak dapat piala. Aku benar –benar sedih,” ucap Tasya yang mulai meneteskan airmatanya.“Juara 2? Waaah.. anak Ibu pintar, ibu bangga sekali denganmu nak. Untuk sampai ketingkat itu tidaklah mudah, dan kamu sungguh membuat Ibu bangga,” ucap Isma menenangkan Tasya kecil.“Tetapi aku tidak dapat piala seperti Widuri ibu,” ucap Tasya sambil melihat lirih pada Widuri.“Hmmm... apa pentingnya piala. Piala itu hanya sebua benda, dan Ibu bisa membelinya di toko –toko. Tapi buat apa kita beli piala, kan tidak bisa di mainkan. Bagaimana jika Ibu
Baca selengkapnya
Perkenalan
Tiba –tiba ada sebuah mobil yang berhenti di depan rumah Widuri, membuat perhatiannya sangat terusik. Sebuah mobil hitam yang tampilannya begitu elegan. Setelahnya seorang lelaki keluar dari mobil di ikuti seorang wanita cantik yang ikut keluar dari mobil. Mereka datang dan mendekat ke rumah Widuri.Widuri dengan ragu berjalan ke arah depan pintu menyambut sepasang yang berpenampilan perlente.“Maaf Pak, Buk. Cari siapa ya?” ucap Widuri dengan separoh menunduk. Widuri sedikit minder dengan penampilannya waktu itu. Tampilan kumuhnya terasa mencolok di hadapan dua orang dengan wangi yang segar ini.“Kami ingin mencari Widuri,” ucap wanita yang tangannya selalu menggandeng tangan pria itu.“Wi..widuri? ada apa dengan Widuri? Sa... saya Widuri,” jawabnya dengan sedikit membungkuk dua tangannya saling menggenggam.Wanita perlente kemudian melihat sedikit jijik pada Widuri. Karena penampilan kumuh Widuri. Memakai baju kaus besar dengan warna lusuh di padu dengan rok pisket hitam selutut. Ta
Baca selengkapnya
Kenyataan Pahit
Setelah sepasang suami istri itu pergi. Lagi lagi Isma menampar Widuri. “Sudah untung kamu Ibu besarkan dan sekolahkan. Coba kamu hitung semua biaya yang telah Ibu keluarkan untuk mu, biaya 3 piring nasi sehari, minuman, sewa kamar mu, sekolah, uang jajanmu. Fikirkan itu semua. Dan beginilah caramu membalas itu semua,” ucap Isma sembari mengungkit apa yang telah di berikannya pada Widuri.“Tetapi akukan anak Ibu? Bagaimana bisa Ibu menghitung itu semua. Apa Ibu lupa? Ibu tidak pernah sekalipun memberikan aku uang belanja, jika ayah memberiku sedikit uang Ibu pasti akan segera merampasnya dariku setelah ayah pergi. Dan jika Ibu membicarakan biaya sekolahku, dari SD aku selalu mendapatkan beasiswa. Bahkan Ibu tidak pernah mengeluarkan sepersenpun uang untuk biaya sekolahku. Dan jika ibu memperhitungkan makan, minum serta kamar tempat aku menginap bertahun –tahun, maka sepertinya juga sudah terbalas dengan keringatku menjadi pembantu di rumah ini. Maaf Ibu jika kamu menghitung bahkan aku
Baca selengkapnya
Terpasa Menyetujui Pernikahan
Setelah sampai di Rumah sakit Ducan segera di larikan ke ruang UGD dan segera di lakukan tidakan pemerikasaan. Setelah sekian lama akhirnya dokter memanggil Keluarga pasien.“Keluarga pasien Bapak Ducan?” Panggil perawat.“Iya, saya sust,” jawab Widuri. Sementara Isma berdiri di belakan Widuri.“Dokter ingin bicara dengan keluarga pasien, jadi silahkan ikuti saya ke ruang dokter kak,” ucap perawat sembari menuntun Lunara ke ruangan Dokter.Setelah sampai di ruang Dokter Widuri dan isma di persilahkan duduk di bangku yang sudah di sediakan berhadapan dengan Dokter.“Begini Buk, bapak Ducan ini sudah beberapa kali datang kesini memeriksakan penyakit jantungnya. Jadi pada jantung Bapak Ducan terdapat sumbatan. Jadi harus segera di operasi, kalau tidak cepat di tangani maka akan gawat akibatnya. Bapak Ducan bisa saja tidak terselamatkan,” jelas Dokter.“Apa Dok? Ayah saya ada penyumbatan di jantungnya Dok?” dokter mengangguk.“ Ayah tidak pernah menceritakan ini padaku. Apa ibu tahu masal
Baca selengkapnya
Kesepakatan Kejam
Kesepakatan apa itu? Mengapa pernikahan harus di iringi dengan sebuah kesepakatan. Mendengar perkataan ibu, membuat aku tidak mampu membayangkan kebahagiaan di dalamnya. Ya hidupku akan berakhir ketika aku menandatangani surat itu. *** Akhirnya waktu yang sebenarnya Widuri ingin terus di ulur saja datang. Clara dan Arlo datang dengan membawa sebuah map berwarna biru tua. Widuri yang sedang duduk di ruang tunggu rumah sakit menatap dingin sepasang suami istri itu. Tangisnya tidak lagi terlihat, namun bekas isakannya masih terlihat jelas mengukir di wajahnya. “Eh nak Clara dan nak Arlo sudah tiba. Terimakasih atas kirimannya, membuat Ayah Widuri bisa segera ditangani dokter,” ucap Isma seakan terus menjilat pada kedua orang kaya muda itu. “Ya, kami akan berikan lebih. Setelah pernikahan ini selesai di laksanankan. Angap saja yang tadi itu uang mukanya saja,” ucap Clara dengan sedikit arogan. Sementara Arlo hanya diam, namun diamnya terlihat sangat beribawa. Mendengar ucapan Clara me
Baca selengkapnya
Hari Pernikahan
Ya Clara terpaksa harus mencari wanita yang bersedia untuk melahirkan seorang putra untuk suaminya. Karena Clara tidak bisa hamil. *** Kurang lebih 4 tahun yang lalu Clara terlibat kecelakaan bersama Arlo, secara tidak sengaja Arlo menabrak Clara dan mengenai rahimnya. Rahim Clara rusak parah harus segera diangkat untuk menyelamatkan nyawanya. Untuk menebus kesalahannya, Arlo terpaksa menikahi Clara tanpa adanya cinta. Ketika dinikahi oleh Arlo Clara seperti mendapat durian runtuh. Clara yang tadinya hanya seorang gadis desa yatim piatu (pengakuannya pada Arlo) menjadikannya wanita bergelimangan harta, walau tanpa cinta dari Arlo. Namun Clara tidak pernah mempermasalahkan itu asalkan dirinya mempunyai kekuasaan lebih di rumah bak istana Arlo. Apapun yang di inginkan Clara selalu di dapatnyanya. Arlo sangat jarang di rumah, sekalinya di rumah hanya ketika dia perlu di puaskan oleh Clara. Setelah birahinya terpuaskan Arlo akan kembali pergi meninggalkan Clara. Namun belakangan ayah
Baca selengkapnya
Jangan Panggil Aku Pak!
Air mata yang sangat sulit di bendung. Sesekali Widuri menepuk –nepuk dadanya yang terasa sakit akibat menahan hati yang sebenarnya tidak terima dengan apa yang di hadapi hari itu. *** Batinnya meronta, tangisannya pecah dan sesekali cegukan karena luapan emosi itu. Kemudian terdengar suara Widuri yang meraung, sama sekeli tidak puas dengan pernikahannya ini. Setelah puas melepas emosi kesedihannya dengan luapan air mata, Widuri kemudian membasuh mukanya. Berusaha menghilangkan garis kesedihannya, mulai hari ini Widuri akan berusaha untuk menyembunyikan kesedihannya di depan siapa pun. Widuri tidak mau dengan orang –orang melihat dirinya meneteskan air mata, maka mereka bisa melihat sisi lemah Widuri dan akan leluasa menyakitinya lagi... lagi... dan lagi. Widuri bertekat akan menciptakan jati dirinya sendiri, tidak lagi untuk di injak –injak. Walau sekarang Widuri telah menandatangani sebuah kesepakatan, bukan berarti dirinya tidak bisa membuat keputusan untuk dirinya. Widuri kemud
Baca selengkapnya
Cairan Busuk
 “Pak... tidak... tidak... maksudku tuan... aiihh.. bibirku ini! Mas,” mendengar perkataan Widuri Arlo memicingkan matanya karena lagi –lagi terganggu dengan panggilan itu, sembarri menghidupkan mesin mobilnya. “Aku mohon biarkan aku naik ojek, karena aku takut akan mengotori mobilmu,” Ucap Widuri lagi yang mulai mual ketika mencium aroma khas yang ada di setiap mobil.“Baju lusuhmu tidak akan mengotori mobilku, nungkin keringatmu saja yang akan membuat aroma mobilku berubah,” ucap Arlo yang kemudian mulai melajukan mobilnya.“Ta... Tapi aku tidak biasa naik mobil, perutku mual. Aku mohon berhentilah...” ucap Wduri. Namun Arlo tetap saja mengemudikan mobilnya, dan sekarang mulai Kencang. Perur Widuri semakin serasa di aduk –aduk.Terasa sesuatu akan meledak dari mulutnya, Widuri berusaha menekan –nekan tombol yang berada di samping pintu untuk membuka jendela mobil. Tetapi Widuri
Baca selengkapnya
Ini Rumah Atau Hotel?
Arlo kemudian naik dan mulai menghidupkan mesin motor itu, kakinya yang jangkung dan tubuhnya yang kekar telah melahap habis bagian motor dan hanya menyisakan sedikit saja sisi di belakangnya. Kakinya sedikit keluar bodi depan motor itu, dan jika Arlo yang mengemudi motor metik itu sangat terlihat Lucu. Lalu Arlo membuka jasnya, dan mengubah posisi pakai jasnya pada bagian depan untuk menutupi tubuh depan serta tangannya. Melihat kejanggalan ketika Arlo menaiki motor itu membuat Widuri menyembunyikan senyumannya. “Mengapa Tertawa? Ada yang Lucu? Ayo cepat naik!” ucap Arlo dingin. “Ah... tidak apa –apa. Aku? Naik?” tanya Widuri bingung. “Lalu siapa lagi? Cepatan! Panas ini!” ucap Arlo menyerngitkan matanya akibat silaunya cahaya mata hari. Memang hari itu terasa sangat menyengat. “Ta... tapi... lebih baik aku naik ojek lain saja, Ba... maksudku mas sebaiknya naik taxi saja. Biar sejuk. Kasihan kulit mas terpapar sinar matahari begitu. Sayang banget nanti gosong,” ucap Widuri. Mendeng
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status