Share

Diaryku

Malam ini cukup dingin, aku terduduk di atas kursi dari balik jendela kamar sembari menatap langit gelap dengan ditemani secangkir teh hangat di sampingku. Aku ingin meluapkan sedikit kekecewaan pada perasaanku . Entah kenapa demikian aku ingin menceritakan semuanya.

Semilir angin berhembus pelan di udara. Perlahan angin itu masuk menyergap tubuh. Tidak dingin, karena saat ini aku sedang merasakan aura panas dalam tubuhku. Angin ini sepertinya tidak sanggup untuk mendinginkan segalanya yang terjadi dalam tubuhku saat ini.

Badanku panas tidak seperti biasanya ini bukanlah demam, melainkan radiasi panas dalam hatiku. Aliran darah sudah mulai hangat dan mungkin akan mendidih. Perlahan organ-organ dalam tubuhku akan meleleh oleh alirannya yang terus mengalir.

Suara burung-burung dengan samar terdengar. Binatang-binatang pada rumput ilalang bergeming dengan ramainya menepis keheningan malam ini. Sembari menikmati sedikit malam yang pahit ini kuseruput segelas teh hangat.

Teringat pesan ayah dahulu. " Cinta itu semu nak, yang nyata adalah nafsu ". Terdengar cukup pahit untuk diterima oleh hati. Namun ternyata semua terbukti apa yang sudah dikatakannya aku rasakan saat ini.

Semua orang tentu pernah dan ingin merasakan cinta. Begitupun denganku, ketika perlahan benih cinta itu muncul masuk tertanam dalam hati tentu ingin memupuknya dan terus menyiraminya. Aku melakukannya dengan cara menebarkan selalu kasih dan sayang kepadanya.

Aku terdiam seribu bahasa tanpa daya ketika mendengar cericauannya. Mengapa dengan cepatnya ia berubah hanya dengan kejelekan sikapku yang tak dapat di tebak? Apakah dia bosan dengan semua perbuatanku? Pikiran buruk menyergah membabi buta, masuk, tercerna dalam akal seketika pikiran negatif ini muncul terhadapnya.

Tiba-tiba jantung berdetak semakin cepat. Urat nadi semakin kencang dan cepatnya menggetarkan seluruh darah hingga membuatnya mengalir dengan deras. Air mata mulai tumpah turun. Tinggal menunggu waktu hati ini akan meledak dengan dentuman suara yang keras dan akan menghancurkan seluruh tubuhku.

Aku tidak percaya sebelumnya, ketika sepatah omong kosong peringatan dari ayah terbukti kebenarannya. Aku menangis keras tidak percaya dengan kenyataan yang terjadi. Ingin rasanya berbuat namun aku tidak bisa. Aku bukanlah Tuhan yang dengan mudahnya menepuk untuk menjadikan segalanya.

Sebuah diary panjang ini kutuliskan dengan penuh kemarahan dan kekecewaan yang luar biasa. Namun apa daya segalanya sudah terjadi dalam alam raya yang fana. Sebelumnya aku tidak pernah berpikiran bahwasanya dia akan melakukan perbuatan seperti ini. Aku lebih senang dirinya seperti dahulu yang sederhana seperti gaya hidupnya di desa.

“Bila rindu menusuk hati dan menghapusnya lewat hadirku, jangan kau kembali lagi ke tempat ini saat kau telah kehilangan cahaya.Kita bukan manusia malam tapi anak-anak fajar. Janganlah kau cari aku di tengah keramaian kota karena aku tabu akan aroma nikmat dan pesta pora. Datangilah tempat yang kau tanyakan padaku dan kutanyakan padamu ketika kita bersua di pertemuan di pantai malam itu.”Bagaimana aku dapat menemukannya hanya dengan mendengarkan kata hati? Apa kata hatiku? Mungkinkah ia menungguku di jembatan antara langit dan bumi itu dalam hening kudus laksana pertapa di zaman baheula? Aku mencatat, “Cinta Menuntut Usaha Dalam Diri Untuk Menemukannya."

Aku masih duduk termenung memandangi diary pink itu. Sebuah diary indah, tapi menyimpan cerita yang menyesakkan. Tak pernah kusangka sebelumnya, di balik wajah lugu dan diamnya tersimpan cinta yang besar untukku. Ini semua berawal dari rencana pertemuan beberapa bulan yang lalu.

Pagi ini aku bersemangat sekali berangkat ke sekolah, tapi saat aku masuk kelas kurasakan ada yang ganjil, ternyata dia menghantuiku. Tanpa pikir panjang aku melihat wa nya dia baru saja online tetapi tidak menghubungi ku juga.

Sekejap aku teridur, lalu aku terbangun karena waktu dzuhur telah masuk. Aku yang masih mengerjap ngerjapkan kedua bolamataku pun langsung menuju ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Untungnya saja, ustadzah tidak datang. Aku pun memilih untuk shalat di kamar saja.

Kemudian setelah aku shalat dzuhur, aku pun kembali menulis diary lagi. Kejadian yang aku alami tadi akan kutuliskan di diaryku. Buku tebal itu sekarang sudah hampir terisi dengan coretan coretan tinta yang kubuat. Pulpenku pun mulai menari nari di atas buku, menceritakan sesuatu yang istimewa yang tak kuceritakan lewat diary ku,Aku menulisnya dengan sepenuh hati dan sedikit bingung karena diary yang kutulis bukan dengan bahasa indonesia, namun dengan bahasa inggris. Yaaa sedikit-sedikit aku melihat di kamus untuk tau apa kosa katanya. Menurutku, menulis diary dengan seperti itu bisa menambah kosa kata kita pada bahasa inggris dan aku ingin sekali bisa menulis diary bahasa inggris tanpa perlu melihat kamus. Tenang saja, aku akan berusaha untuk itu.

Lagi lagi tata datang menggangguku menulis diary. Aku yang sedang asyik menulis kini tergganggu dengan kedatangannya. Ia begitu kepo dengan apa yang aku tulis di diary.

“Ta. Kan aku bilang malam terakhir ujian.” Gumamku mengingatkannya kembali.

“Nanti kamu pasti pura pura lupa.” Gumam tata mengerucutkan bibirnya.

“Enggak. Palingan kamu yang lupa.” Elakku.

“Yaudah aku tunggu di malam terkhir ujian. Kita baca sama sama yah!”

“Oke.”

Tata pun berlalu dari tempatku. Dan akupun kini melanjutkan menulis diaryku. Sekitar satu lembar lebih sudah kubuat. Wah sepertinya aku sudah bisa nih menjadi novelis, semoga saja lah.

Hari pun terus berlalu.Ujian kedua pun telah selesai. Di malam yang bertebaran bintang ini aku rencananya ingin memberikan buku diaryku pada tata. Pukul 10 malam, kulihat di tempat tidur tata tidak ada, lalu dimana dia?

“Dev, kamu ada liat Tata kemana?” Tanyaku pada Devia yang sedang membenahi bajunya karena besok setelah ujian kami langsung cusss untuk meninggalkan kosan.

“Aku gak ada liat tata.”

“Yah, makasih deh dev.”

Aku pun pergi lalu menanyakan lagi dengan teman temanku yang lain, namun hasilnya nihil. tata tidak ada di kamar dan diapun tidak tau entah pergi kemana.

“Huftt, mungkin sebentar lagi Tata balik ke kamar, aku tunggu saja lah.” Ucapku bermonolog.

Tit tit tit

Jam pun terus berjalan. Kini waktu menunjukkkan pukul 00.30 namun Tata belum juga kembali ke kamar. Ahhh sudah lah, sebaiknya aku tidur saja.

Akupun tidur lelap dan tak memikirkan lagi Tata yang belum sempat membaca diaryku. Padahal besok setelah ujian, kami langsung pulang bersama orangtua kami masing masing yang menjemput. Kapan lagi Tata mau membaca diaryku? Siapa suruh dia tidak ada sewaktu aku sibuk mencarinya? Ahh mungkin dia sibuk dengan urusannya yang lebih penting.

Hoammm

Pagi ini aku terlihat bersemangat karena ini adalah hari terakhir aku menjalani ujian. Duhhh senangnya,namun ada rasa sedih yang menyelinap di dalam benakku. Aku akan kehilangan beberapa temanku yang memilih untuk keluar dari kosan ini dan memilih bersekolah di kosan lain atau di sekolah lain yang mungkin lebih bagus dari ini. Terutama Tata, ia pun memilih bersekolah diluar. Kami akan berpisah dan tidak akan satu sekolah lagi. Ahhh sedih sekali jika aku mengingat hal itu. Aku pasti akan rindu pada teman temanku.

Aku mengerjakan ujian dengan penuh semangat. Apalagi ini adalah pelajaran kesukaanku yaitu bahasa inggris. Jadi, aku tidak terlalu pusing saat mengerjakan soal soal yang sampai 50 itu. Lain hal nya dengan teman temanku, mereka malah kebingungan saat mengisi soal itu.

Di koridor sekolah aku tak sengaja bertemu Tata. Dia tersenyum sumringah kepadaku, Tata ia berhenti di hadapanku.

“Aku belum baca diary kamu.” Gumamnya tersenyum.

“Tadi malam kamu kemana aja, aku cariin gak ada. Apa kamu lupa kalo janji kita baca diary aku pada malam terakhir ujian. Kenapa kamu lupa?” Gumamku yang menatap tajam kedua manik mata Tata.

“Aku bukannya lupa, tapi ada urusan penting yang harus aku selesain.” Gumam Tata merasa bersalah.

“Yaudah kalo gitu aku gak mau kasih kamu baca lagi. Waktunya udah habis, karena perjanjian kita tadi malam bukan hari ini, Tata!!” Aku pun pergi meninggalkan Tata yang masih tercengang berdiri disitu.

Setelah itu aku berkemas kemas untuk pulang ke rumahku. Aku pun membawa semua buku bukuku termasuk buku diaryku. Kulihat ada secarik kertas di dekat buku diaryku. Aku hanya menyimpannya dan berniat sampai di rumah baru aku baca kertas itu.

Sesampainya aku di rumah. Tanpa ba-bi-bu lagi aku langsung membaca surat itu. Ternyata itu adalah surat dari tata isinya.

Dear friends,

Maafin aku ya karena udah lupa sama janji kita untuk baca diary kamu sama-sama. Tapi serius aku bener bener lupa dan aku malah sibuk dengan urusanku yang tidak penting itu. Aku berharap banget kamu mau kasih aku baca lagi. Tapi ternyata aku udah sia siain waktu yang kamu percayain sama aku.

Maafin aku, Cin.

Aku sayang kamu.

Aku harap kita jadi sahabat selamanya.

Sincerely,

Tata imutt

Suratnya memang singkat. Tapi dapat membuat kedua manik mataku mengeluarkan kristal kristal yang membasahi pipiku. Aku baru menyadari betapa dekatnya kami dari dulu hingga sekarang. Dan sekarang kami harus berpisah walaupun masih bisa bertemu, tetapi tidak sesering dahulu.

“Aku juga minta maaf la, gak bisa ngasih kamu baca diary aku.” Gumamku bermonolog sambil mengusap airmata yang ada di pipiku.

Semenjak kejadian itu aku tak dapat menunjukkan diary ku ke siapapun dan rencananya aku akan mengirimkan buku diary ini ke Jakarta beserta kado yang aku simpan berbulan-bulan,Entahlah kapan kado ini akan aku kirim aku masih bingung waktu yang tepat, Meskipun dia sudah melupakan aku Kado ini akan aku berikan padanya sebagai Karo anniversary waktu itu.

Semoga saja sibuku segera usai agar aku bisa mengirimkan kado ini padanya entahlah akan di buang atau bagaimana pun ini hanya aku tuju untuk dia bukan orang lain.

Tapi,ada satu hal yang baru dalam hari ini aku ingin mengetahui kabarnya tapi justru nomor ku di blokir begitu juga dengan nomor ayah, temannya pun melarang ku untuk menghubungi nya oke fine hari ini aku bener-bener capek dengan caranya memperlakukan aku seperti ini.

Hari ini akanku ingat baik-baik, hari ini akan menjadi titik balik untuk diriku. Pun. Hari ini akan terasa sangat menyakitkan untuk diriku, hari ini semesta tlah mematahkan semuanya, memporak-porandakan situasi hati.

Tangan yang dulu ku genggam erat-erat, tangan yang dulu selalu mendekap, tangan yang dulu pernah ku ajak merencanakan masa depan, kini ia begitu sakit untuk ditatap, kini ia begitu perih untuk dikenang, Hari ini ia tega mengkhianati, meruntuhkan dan meninggalkan semua yang telah kita berdua bangun selama ini.

Hari ini, semuanya tampak jelas, orang yang dulu pernah kuajak berjuang bersama, orang yang dulu pernah ada dititik yang sama, orang yang dulu pernah menjadi semangat dalam hal apapun, kini ia resmi dilamar seseorang yang mengalahkan dan menggeser posisiku, selama beberapa tahun kita bersama, namun pada ahirnya diriku dikalahkan ia yang datang secara tiba-tiba.

Aku disini hanya bisa melihat kebahagian yang terpancar dari wajahmu, sambil menahan lara, mengisak air mata, semua terasa perih namun doa baik ku akan tetap ku lambungkan, untukmu selamat menempuh kebahagiaan yang baru, terimakasih telah meninggalkan manis sebagai kenangan, dan terimakasih atas luka yang belum mengering ini, semoga Tuhan melancarkan semuanya sampai kau menemukan yang lebih baik, jangan khawatir diriku akan datang menghadiri sebagai sosok yang turut memberikan doa restu.

Aku terluka?iya, aku hanya manusia biasa

Aku menangis?Pasti, karena dengan begitu agak melegakan.

Aku marah?tentu, bagaimana rasanya ditinggal.

Hal yang paling menyakitkan adalah mencintai seseorang yang dulu pernah mengatakan ia sangat mencintaiku, tapi kenyataanya dia meninggalkan, selama ini aku hidup dalam kebohongan-kebohongannya , dan yang paling menyedihkan aku mempercayainya tanpa sedikitpun rasa curiga.

Kini perlu banyak waktu untuk diriku menyembuhkan luka, butuh banyak ikhlas, kerelaan dan keyakinan, agar diriku sampai pada waktu luka sembuh dengan sendirinya

Sampai ahirnya semesta kembali ku percayai, bahwa setelahmu semesta masih menyediakan cinta yang baik untukku yang pernah begitu terluka.

Aku akanberusaha menyembuhkan luka ini sendiri. Mencoba berdiri meski jalan tertatih. Berusaha menghibur hati di saat yang kurasakan hanyalah kekosongan.

Aku ingat sebuah kutipan buku yang pernah kubaca, "ketika seseorang pergi, ia membawa sepotong hatimu" , ya itulah yang kurasakan saat itu, Kosong.

Seperti ada bagian yang hilang. Ada bagian yang tak lengkap. Bodoh memang. Meratapi kamu yang sudah jauh berjalan tanpa pernah berniat menengok ke belakang.

Kukeraskan diri untuk bisa lanjut berjalan. Sebab, hidup harus terus berjalan meski tanpa kamu, meski bukan dengan kamu. Kusibukan diri, mengisi hari dengan hal-hal yang menjadi tujuanku. Ada ataupun tanpa kamu di sisiku, tujuan itu harus tetap kutuju.

Kutinggalkan jauh cerita lalu di belakang. Meski kadang, bayangmu sering menyelinap tanpa ku undang. Aku masih ingat hari itu. Aku tak ingin seperti di hari itu. Hari ketika aku kehilangan arah dan tujuan.

Aku masih hafal semua tentangmu,bahkan ketika kini kamu berdiri di hadapanku dengan ekspresi yang sulit di baca aku tahu bahwa kamu tidak sedang baik-baik saja.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status