Episode 4
" ada lalu menekan gambar yang berwarna hijau muda.
"Maaf, nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi atau berada di luar jangkauan." Terdengar jawaban operator dari sambungan ponselnya.
Dicobanya lagi menekan kontak yang sama, namun hasilnya tetap saja nihil. Gegas Tanka kembali masuk ke dalam kamar sahabatnya, membuka lemari baju dan mencari petunjuk yang berarti. Semua barang masih tersusun rapi, baju pun masih berada di tempatnya. Tanka mendengus kesal, Tony pergi begitu saja tanpa ada kabar berita.
Tanka pun akhirnya memutuskan untuk segera masuk kamar dan mencoba memejamkan mata indahnya yang mulai diserang rasa kantuk.
Tanpa terasa, sudah hampir satu minggu Tanka tinggal seorang diri di rumah itu. Tiada kabar dari sahabat kecilnya, Tony menghilang begitu saja tanpa kabar berita, bagaikan raib ditelan bumi. Tanka sudah mencari di tempat kerja juga tempat tongkrongan yang biasa Tony pakai bersama para sahabatnya. Namun tiada petunjuk sama sekali di sana.
Gadis itu mulai lelah, namun tak jua menyulutkan semangatnya untuk tetap mencari sahabatnya. Ia merasa kesepian karena kini dia hanya sendiri tanpa sahabat juga kedua orang tua.
***Keesokan harinya.
Tanka memutuskan untuk pulang ke rumah yang telah lama ia tinggalkan, semenjak kejadian tragis yang ia lakukan pada ayah juga suster yang merawat ibunya.Tanka pun membersihkan dan merapikan rumah Tony sebelum beranjak pergi dari rumah itu.
Setelah mengunci pintu,Tanka melajukan mobilnya pelan sembari mencari tempat untuk ia makan. Setelah mengisi perut dengan sepiring nasi uduk dan segelas teh hangat, ia pun kembali melanjutkan perjalanan.Sebuah mobil sedan merah melaju cepat membelah jalanan yang padat kendaraan menuju perumahan elite di pusat kota. Mobil pun mulai melambat dan berhenti di depan sebuah rumah megah berwarna hijau pandan.
Gadis itu bingung saat dilihatnya ada beberapa lelaki kekar menjaga rumah tersebut, tepatnya bodyguard. Tanka turun dan mencoba membuka gerbang rumahnya dengan bantuan sebuah remote control, namun gagal. Dicobanya lagi menekan remote control di tangan, namun tetap saja gagal.Tanka mulai geram dan mencoba membuka gerbang itu secara manual, namun langkahnya terhenti saat ia dihadang oleh dua orang pria yang datang secara tidak terduga dari arah belakang.
"Berhenti! apa yang akan kamu lakukan gadis kecil?" Kedua bodyguard itu menghalangi Tanka yang hendak memanjat gerbang tersebut.
"Lepaskan aku ... lepas!" Tanka berteriak. Mencoba melepas tangan kedua bodyguard yang mencengkram tubuh mungilnya.
Dengan satu gerakan salto ke belakang, Tanka pun terlepas dari cengkraman kedua bodyguard itu. Ia berhasil mendarat sempurna dengan badan bertumpu pada kedua kakinya. Seketika tubuh kedua bodyguard itu terhuyung dan jatuh. Melihat kedua temannya dalam masalah, penjaga yang lain pun keluar dan menghampiri kedua temannya.
"Ada apa ini?" tanya seorang lelaki yang tiba-tiba datang dari dalam rumah. Dia terlihat lebih berwibawa meski hanya memakai celana pendek dan t-shirt. Sesaat Tanka tersihir oleh pesona pria tampan yang menghampirinya.
"Ma--maaf, Tuan. Gadis ini memaksa masuk," ucap penjaga yang memiliki brewok super lebat.
Seketika pria itu mengalihkan pandangan pada Tanka yang berdiri menyandar pada mobilnya.Pria itu menyipitkan matanya dan mengukir senyum pada bibirnya, menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan berkata. "Siapa namamu, cantik?" Pria itu melangkah mendekati Tanka.Membuat gadis ayu itu gugup dan mulai mengatur nafas yang sedikit tersenggal. Detak jantungnya semakin tak beraturan kala pria itu mendekatkan wajahnya pada wajah ayunya yang mulai memerah. "Jawab, siapa namamu?" Pria itu mengulagi pertanyaan yang belum terjawab."Tanka," jawab gadis itu gugup.
"Kenapa kamu mau masuk rumah sembarangan?" Pria itu mundur, memberi jarak antara mereka.
"Rumah ini adalah rumahku."
Seketika tawa mereka menggema, mendengar penuturan dari Tanka.
"Aku tidak berbohong!" teriak Tanka kesal.
Pria itu mengangkat kedua tangannya, agar para penjaga yang lain berhenti tertawa.
"Maaf, saya sudah membeli rumah ini setahun yang lalu." Pria itu menjawab dengan nada yang tertekan. Terlihat kejujuran di wajahnya, membuat Tanka tercekat dan memilih berhenti berdebat.
Tanka tersenyum getir, dan mulai mengatur hati yang hancur karena harus kehilangan rumah peninggalan orang tuanya.Perlahan gadis itu mundur dan masuk dalam mobilnya. Menarik nafas panjang dan menghembuskannya pelan. Menatap rumah yang dulu dia tinggali dan mengukir kebahagiaan yang indah bersama kedua orang tuanya. Tak terasa bulir-bulir bening mulai membasahi pipinya.
Tanka mengusap wajahnya, dengan berat hati ia melajukan mobilnya pelan, meninggalkan rumah yang dulu pernah ia tempati.
Tanpa disadari Tanka, di lantai atas, tepatnya di kamar yang dulu ia tempati, terlihat sepasang mata mengawasi gerak-geriknya dari awal datang hingga ia pulang. Nampak senyum puas tersungging di bibirnya. Perlahan orang misterius itu keluar kamar, mengacungkan dua jempol pada semua pengawalnya yang berhasil menghadang Tanka.
Episode 5Tanka mematikan mesin mobilnya sebelum masuk rumah Tony. Dengan langkah yang lesu lemas dia menuju dapur dan membuat teh hangat untuk mengembalikan semangat yang hilang. Tak ada yang bisa ia lakukan selain mengiklaskan rumah miliknya.Yah, dia tidak tahu-menahu, tentang harta peninggalan dari orang tuanya. Semua diurus oleh pengacara kepercayaan David, ayah Tanka. Namun pada kenyataannya rumah itu sekarang telah berpindah kepemilikan.Sudah hampir satu bulan lamanya ia hanya berdiam diri di rumah Tony, tanpa sesuatu yang berarti.Hingga gadis itu ingat akan tawaran dari Paman Jo tempo hari. Tanpa berfikir panjang ia langsung menekan nomor yang tertera pada daftar kontaknya dan menghubungi nomor tersebut."Hallo!" Tanka menyapa seseorang dari ponselnya."Bisakah saya berbicara dengan Paman Jo?""Maaf, Paman. Saya Tanka. Bisakah kita bertemu di tempat biasa?" tanya gadis itu sebelum mematikan sambungan po
Episode 6"Sial ...!" Tanka berteriak lalu melempar tasnya di atas sofa."Siapa pria itu sebenarnya? Kenapa harus ada dia." Tanka menghempaskan tubuhnya pada sofa dan mengambil tas yang ada di sampingnya."Untung saja tas ini aman terkendali. Kalau tidak ... hancur reputasiku sebagai detektif." Tanka terkekeh. Dia membuka tas dan mengambil camera mini yang terselip di sana."Ah, saat nya melihat adegan panas." Gadis itu memasukkan memori dan memutar vidio yang telah direkamnya.Buk ...Gadis ayu itu langsung membanting ponselnya. Matanya merah dan tangannya mengepal kuat. Nampak emosinya memuncak."Arrrhhh." Tanka menyambar ponselnya yang tengah berbunyi karena ada panggilan masuk. Di sana tertera sebuah nama "Cungkring". Alih-alih bingung harus menjawab apa, gadis itu meninggalkan ponselnya begitu saja dan pergi mandi.Pagi pun menjelang.Tanka bersiap pergi menemui Paman Jo usai menghabiskan sarapannya.
Tanka segera pergi ke dapur untuk mengemasi beberapa belanjaan. Usai menyusun semua barang pada tempatnya, gadis itu beranjak perlahan mendekati kamar mandi dan membersihkan badannya terlebih dulu sebelum tidur.Tanka keluar dengan mengenakan baju tidur sementara handuk kecil melilit rambutnya yang basah. Gadis itu segera menyambar camera mini yang tergeletak di atas nakas lalu berbaring di ranjang. Dia memutar kembali rekaman vidio mesranya.Rasa penasaran yang besar membuatnya ingin segera menguak keganjilan yang ada. Namun saat gadis itu tengah berselancar dengan pikirannya, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Perlahan ia pun meletakkan camera kemudian meraih ponsel itu kemudian menekan tombol berwarna hijau.Tanka seketika terbelalak, tangan kanannya membekap mulut, pelan. Matanya mulai mengembun siap meluncurkan bulir-bulir beningnya. Nampak jelas dari layar ponsel, sesosok tubuh tergeletak lemas di atas lantai dengan luka-luka di sekujur tubu
itu. "Aku terpaksa." Dony meremas rambutnya, frustasi. "Wanita itu tengah mengandung benih bosmu." Kakek itu menunduk lagi dan mengusap air matanya kasar. Derry dan Dony saling pandang. Mereka tidak mengira semua akan sejauh ini. "Mungkinkah sosok yang hadir sebelum kecelakaan itu--?" ucapan Derry menggantung. Dia melihat ke arah Dony dan Abah secara bergantian. "Wanita itu?" tanya Dony kemudian. "Jangan ngaco kamu, semua itu tidak mungkin. Aku tidak percaya dengan adanya hantu dan apalah itu," sanggah Dony lagi. "Siapa yang telah membocorkan keberadaan wanita itu?" tanya kakek. Lelaki tua itu mulai berdiri lalu duduk di kursi yang ada di sampingnya. "James," ucap Derry. Tanka terkejut mendengar percakapan mereka.Dia tidak menyangka mantan kekasihnya itu turut andil dalam sebuah pembunuhan. "Apa ini? Siapa yang mereka bicarakan sebenarnya? Apa ada kaitannya dengan lukisan itu?" Tanka bermon
Flash back **** " mengiyakan. Pikirannya menerawang jauh di mana saat dia tengah melukis Yara. "Saat itu malam buta, Kakek kedatangan tamu dari kota. Sepasang kekasih, kononnya mereka tidak direstui oleh ayah angkat pemuda itu." Kakek terdiam sesaat, menarik nafas dan menghembuskannya pelan. "Pemuda itu menitipkan kekasihnya yang bernama Yara. Namun baru beberapa hari Yara tinggal di sini, ada segerombolan orang dari kota datang bersama seseorang yang sangat tampan dan gagah. Sepertinya itu bosnya." Lanjut kakek lagi. "Setelah kedatangan mereka ke rumah ini, semua berubah tidak terkendali. Anak-anakku menjadi gila harta dan terjadilah hal yang tidak seharusnya." Kakek menghentikan ceritanya. Menyesap wedang kopi yang mulai dingin. "Siapa pemuda yang bersama Yara, Kek? Apakah dia tidak kembali lagi ke rumah Ini?" tanya Tanka penasaran. "Entahlah, semua berjalan begitu cepat. Hingga aku lupa menanyakan n
Hari begitu cepat berlalu, tanpa terasa Tanka sudah hampir satu minggu berada di desa itu. Desa yang secara tidak sengaja memberinya pelajaran yang sangat berharga. Juga sebuah petunjuk yang sulit terpecahkan. "Kakek, terima kasih atas tumpangannya," ucap Tanka setelah ia menyatakan niatnya untuk pulang. "Jangan sungkan, Non. Bila ada waktu mampirlah di pondokku lagi" jawab kakek sambil menyerahkan sekardus oleh-oleh yang berisi singkong dan pisang. Setelah berpamitan gadis itu meninggalkan desa dan melajukan mobilnya menuju rumah Tony. Tempat ia tinggal selama ini.Hampir seharian ia melakukan perjalanan untuk cepat sampai di rumah, jika berhenti pun hanya untuk makan lalu tancap gas lagi. Tepat pukul 8 malam, Tanka akhirnya sampai di rumah.Setelah melakukan ritual mandinya, gadis ayu itu mengenakan piama dan merebahkan badan sambil mendengarkan musik relaksasi.Namun tak lama berselang terdengar suara seseorang memanggil dari luar.
kemudian lari tunggang langgang menjauhi Tanka. Sedangkan gadis itu hanya tersenyum dan berlalu pergi meninggal kan taman. Di kejauhan, nampak seseorang mengawasi adegan perkelahian tersebut dari dalam mobil sembari menyesap rokok yang berulang kali disulutnya. "Gadis yang tangguh, cantik dan cerdas. Membuat aku semakin menggilai dan tidak mungkin bisa melupakannya," ucapnya kagum. Lelaki itu kemudian turun dari mobil, sesaat setelah orang suruhannya mulai mendekat. "Maaf, Bos. Kami gagal," ucap salah satu orang suruhannya yang mulai kehabisan tenaga. "Kenapa bisa begitu?" tanya Si Bos. "Gadis itu sungguh kuat, Bos." Kedua pemuda itu pun menunduk, tak berani menatap wajah Si Bos. "Ok, tak apa. Tapi lain kali kalian tidak boleh gagal lagi," ucap lelaki itu sambil masuk mobil dan berlalu pergi meninggalkan kedua suruhannya. "Dasar Bos Billy aneh, kenapa dia selalu mengincar gadis itu? Apa yang dia rencanakan
Si masa Paman Jo disandera.Byuurr!Aku langsung gelagapan. Bagaimana tidak, satu ember air mengguyur tubuhku yang belum 100% sadar. Kuusap air pada wajahku, mencoba berdiri, tapi tak bisa. Yah, tentu saja karena kedua kakiku terikat."Si--siapa kalian? Beraninya main keroyokan," umpatku pada mereka."Katakan, apa maksudmu mengikuti jejakku? Mau jadi jagoan? Hah!" Lelaki bertopeng itu bangkit dari duduknya.Lelaki bertopeng itu mulai mendekatiku, lalu dengan keras kaki kekarnya terayun ke perutku.Tiada perlawanan berarti dariku, hanya lenguhan dan suara mengaduh yang bergantian karena sakitnya pukulan."Jawab pertanyaanku, bedebah!" serunya seraya terus menendang seluruh badanku.Aku hanya diam, tak ada sedikitpun info yang mereka dapat.Aku tidak akan mengkhianati gadis malang itu, Tanka adalah pemegang saham terbesar di perusahahaan karet yang dikelola ayahnya. Aku harus melindungi semua aset