Share

Episode 5

Episode 5

Tanka mematikan mesin mobilnya sebelum masuk rumah Tony. Dengan langkah yang lesu lemas dia menuju dapur dan membuat teh hangat untuk mengembalikan semangat yang hilang. Tak ada yang bisa ia lakukan selain mengiklaskan rumah miliknya. 

Yah, dia tidak tahu-menahu, tentang harta peninggalan dari orang tuanya. Semua diurus oleh pengacara kepercayaan David, ayah Tanka. Namun pada kenyataannya rumah itu sekarang telah berpindah kepemilikan.

Sudah hampir satu bulan lamanya ia hanya berdiam diri di rumah Tony, tanpa sesuatu yang berarti. 

Hingga gadis itu ingat akan tawaran dari Paman Jo tempo hari. Tanpa berfikir panjang ia langsung menekan nomor yang tertera pada daftar kontaknya dan menghubungi nomor tersebut.

"Hallo!" Tanka menyapa seseorang dari ponselnya.

"Bisakah saya berbicara dengan Paman Jo?" 

"Maaf, Paman. Saya Tanka. Bisakah kita bertemu di tempat biasa?" tanya gadis itu sebelum mematikan sambungan ponselnya.

Tanka bergegas mandi dan bersiap untuk menuju cafe yang biasa dia sambangi. Langkahnya mantap tanpa keraguan. Cepat dia menstater mobilnya, tak ingin menghancurkan semangat yang telah tercipta.

Akhirnya gadis itu pun sampai juga, setelah melakukan perjalanan yang lamban karena macet. Terlihat suasana ramai pengunjung sehingga cukup sulit baginya untuk menemukan Paman Jo di sana.

Tak lama dari sudut ruangan nampak seorang pria berbadan; tinggi, kurus, rambut ikal dan giginya yang sedikit menonjol tengah melambaikan tangan padanya. Tanka dengan cepat melangkah menuju meja di ujung ruangan, tempat Paman Jo berada.

"Hi! Paman. Maaf telat." Tanka meraih tangan Paman Jo dan segera duduk di seberang meja yang memposisikannya duduk saling berhadapan.

"Mau pesan apa?" tanya  Paman Jo setelah melambaikan tangan pada salah satu pelayan cafe.

"Umh, orange jus saja," jawab Tanka tanpa mengalihkan perhatian dari foto yang telah disodorkan Paman Jo pada dirinya. 

Setelah pelayan itu pergi, Paman Jo kembali fokus pada permasalahan awal dan menjelaskannya pada Tanka. "Namanya Parman, dia bekerja di salah satu club sebagai pelayan." Paman Jo menunjukan mimik wajah yang sendu setelah menjelaskan.

"Aku ingin kamu menyelidikinya, sudah beberapa kali aku memergoki mereka tengah bercengkrama di club yang sama," imbuh Paman Jo kemudian.

Tanka memperhatikan foto di tangannya dengan seksama, sosok pria yang cukup tampan dengan tinggi yang ideal, kulit bersih, otot pada tubuhnya terlihat menggoda dengan senyuman yang menawan.  Pantas saja istri Paman Jo menggilainya, jauh bila dibandingkan dengan Paman Jo yang kerempeng.

Sekilas Tanka tersenyum saat membandingkan kedua pria tersebut.

"Ok, Paman. Besok saya akan mulai penyelidikan. Tapi saya minta uang mukanya sekarang, lagi kere soalnya." Tanka nyengir usai menjawabnya, memamerkan jajaran gigi yang bersih dan terawat.  

Paman Jo hanya tersenyum sembari menggelengkan kepala, kemudian ia menyerahkan sebuah amplop berwarna coklat dan meninggalkan selembar foto seorang wanita cantik, yang tak lain adalah istri dari Paman Jo sendiri.

"Jangan bertindak sendiri. Setelah semua bukti terkumpul, aku yang akan menentukan langkah apa yang akan kita ambil selanjutnya, mengerti?" Paman Jo bangkit dan meninggalkan Tanka yang masih mencerna perkataan Paman Jo barusan.

Tanka menatap dua lembar foto tersebut secara bergantian. Menyayangkan tindakan mereka yang mengundangnya untuk menjadi mengintai yang mematikan. Usai menghabiskan minum, Tanka bangkit dan beranjak meninggalkan cafe menuju club yang akan menjadi tempat mengintaian selanjutnya.

Gadis itu melangkah menuju halaman tempat mobilnya terparkir.

"Maafkan aku, tante," ujarnya setelah mobil itu melaju pesat membelah ramainya jalanan kota. 

Gadis itu menghentikan mobil tepat di depan bangunan yang bertuliskan "KAVANDRA CLUB".

Kenapa nama ayahnya bisa tersemat di sana? 

Apa hubungan antara ayah Tanka dengan club tersebut? 

Semua masih menjadi rahasia untuk Tanka.

Lama gadis itu terdiam, asik bermain dengan pikirannya sendiri. Hingga sebuah pesan berhasil membuyarkan lamunan. Dibukanya pesan singkat dari Paman Jo yang berisi info, bahwa nanti malam si Tante akan bertemu dengan Parman, pelayan tampan. 

Setelah membaca pesan tersebut. Gadis ayu itu pun menyalakan kembali mesin mobil dan berbalik arah, pulang. Sesampainya di rumah, gadis itu langsung menuju kamar mandi dan membersihkan badan dari debu jalanan.  

Usai melakukan ritual mandinya, dia langsung menyiapkan baju yang akan ia kenakan nanti malam, juga camera mini yang akan dipergunakan untuk merekam kegiatan yang dilakukan oleh targetnya.

Tepat pukul delapan malam, Tanka keluar dari rumah. Dia terlihat cantik dengan balutan mini dress berwarna hitam dan high heels dengan warna senada. Tak lupa camera mini terselip pada tas kecil yang dibawanya. Perlahan mobil sedan merah itu keluar dari garasi dan meluncur membarengi kendaraan yang lainnya.  

Suasana di dalam club sungguh mengasyikkan, lampu yang temaram dan musik yang dapat menghilangkan penat sesaat. 

Pantas saja banyak orang yang tertarik dengan tempat semacam ini. Minuman yang siap menghilangkan stress hingga para wanita cantik yang siaga menemani setiap tamu yang datang.

Tanka memesan red wine dan mencari tempat duduk di pojok ruangan. Matanya menelisik setiap sudut tempat itu , mencari target penyelidikan.

Sayup terdengar suara desahan seseorang dari arah samping. 

Membuat gadis itu risih dan berniat untuk berpindah tempat. Namun seketika dia urungkan kala melihat ke arah sumber suara tersebut.

Dua insan yang tengah berpelukan dan bercumbu mesra tanpa menghiraukan keadaan sekitar. Mereka tak lain adalah tante Sandra dan Parman.

Tidak ingin kehilangan moment yang langka itu, Tanka langsung mengarahkan camera pada tante Sandra dan pasangan mesumnya.

Adegan panas mereka terekam dengan jelas dan sangat apik. 

Saat Tanka tengah fokus mengarahkan camera pengintai, tiba-tiba dia didatangi seorang pria tampan yang tak asing baginya. Dia adalah pria yang mengaku telah membeli rumahnya.

"Hi! Sendirian saja?" tanya pria itu yang kemudian duduk di sampingnya. 

"Umh ... iya. Kamu sendiri?" tanya Tanka sembari mengamankan tasnya yang berisi camera pengintai.

"Seperti yang kamu lihat, cantik," jawab pria itu yang dengan cepat mencium bibir Tanka.

Sontak Tanka kaget mendapatkan perlakuan itu secara tiba-tiba.

Semakin dia melawan, tangan itu semakin kuat saja memeluk tubuhnya. Hingga akhirnya Tanka larut dalam permainan pria tersebut. 

Lumatan bibir itu membuat dia lupa akan tujuan awal kedatangannya. 

Hingga tiba pada suatu adegan yang mengingatkannya akan masa lalu yang kelam. Cepat Tanka mendorong pria itu hingga terjungkal ke belakang. 

Seketika Tanka sadar akan tujuan awal kedatangannya dan saat dia menoleh ke arah target. Mereka sudah tidak ada di tempatnya.

"Sial!" umpat Tanka.

Segera ia membalik badan dan melayangkan satu tamparan hangat di pipi pria itu.

"Katakan! siapa kamu sebenarnya?" 

Tanka menarik kerah baju pria itu dan menjatuhkannya kasar.

"Aku adalah orang yang kamu cari." 

Tanka terdiam sejenak, menatap pria itu tajam dan pergi begitu saja.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status