Home / Romansa / Tanpa Status / Bab 4 Dunia Malam untuk Nico

Share

Bab 4 Dunia Malam untuk Nico

Author: J Shara
last update Last Updated: 2022-08-21 20:00:07

"Nico, ayo kita ke club!" ajak Rendy.

"Ke club?" Nico menggeleng, "tidak, aku mau pulang sa ...."

"Ayolah! Yang lain juga ikut, kok!" paksa Rendy, "kapan lagi kita senang-senang?"

"Tapi ... di sana bukannya tempat yang tidak baik."

"Rendy melongo memandang Nico lalu tawanya meledak. "Tentu saja tidak! Club hanya tempat bersenang-senang. Apanya yang tidak baik?"

Nico hanya diam. Di pikirannya, club malam tak lain adalah tempat untuk mabuk-mabukkan sambil berjogeg dan menurutnya itu adalah hal yang negatif. Sebagai pria yang dididik sedemikian rupa, tentu nalurinya menolak ajakan Rendy.

"Ayolah!" bujuk Rendi, "Kau sepertinya belum pernah main ke club. Bagaimana kalau kau mencobanya sekali?"

"Aku ...."

Rendi langsung menarik tangan Nico. "Jangan terlalu lama berpikir, nanti kita ketinggalan sama yang lain!"

Akhirnya, Nico terpaksa mengikuti ajakan Rendy. Walaupun ia menganggap club adalah tempat tak baik namun sejujurnya ia juga penasaran tempat seperti apa di sana. Benarkah di sana tempat untuk mabuk-mabukkan?

Musik dari disk jockey terdengar begitu menggelegar ketika Nico dan lainnya memasuki club malam. Lampu disco berwarna-warni menerangi ruangan itu. Nico mengikuti karyawan lainnya, duduk di sofa dan mulai memesan minuman.

Nico melemparkan pandangannya ke segala arah. Ada begitu banyak wanita-wanita cantik dengan gaya pakaian yang minim, meliuk begitu menggoda.

"Ayo kita joget!" seru seseorang.

Rendy menarik Nico namun Nico menolak dan memilih untuk duduk di sofa bersama para karyawati yang lebih memilih untuk minum. Sementara Rendy dan beberapa karyawan lainnya dengan semangat menuju ke panggung dan berjoget dengan heboh di sana.

"Hai Nico ...," sapa seseorang karyawati, kamu sudah punya pacar belum?" tanyanya.

"Astaga ... pertanyaanmu itu loh, Via!" Lalu semuanya tertawa.

Nico menunduk malu dengan salah tingkah. "Belum ...."

"Kenalin dong, namaku Rachel," kata gadis bernama Rachel itu sambil mengulurkan tangannya.

Dengan canggung Nico menjabat tangan Rachel. "Salam kenal, Rachel," balasnya.

"Kenalin juga, temanku!" kata Rachel, "namanya Marintan dan yang ini Via."

"Hai, aku Nico," kata Nico sambil mengulurkan tangannya ke arah gadis-gadis itu.

Kedua gadis itu menjabat tangan Nico secara bergantian.

Nico menoleh ke arah Marintan. Gadis itu memiliki paras yang amat ayu dengan rambut panjang yang dicat berwarna coklat gelap.

"Panggil aku intan saja," kata gadis bernama Marintan itu.

Nico mengangguk.

"Nico, sebelumnya kamu bekerja di perusahaan apa?" celetuk Via.

"Sebelumnya aku bekerja di digital marketing untuk produk kesehatan."

"Oh, begitu ...," gumam Via. "Minum dong! Kamu haus, kan?"

"Ah, tidak ...," tolak Nico sambil menggeleng.

Rachel lalu mengambil segelas minuman berwarna merah dan menyodorkannya ke Nico. "Ayo, diminum! Ini pertama kalinya kau main ke club, kan? Rugi kalau tidak minum!"

Nico ragu-ragu mengambil gelas minuman itu namun ia tetap mengambilnya. Ia mengendus sekali minuman itu, tercium jelas aroma alkoholnya namun ia juga penasaran seperti apa rasanya.

Namun, sebelum ia menenguk minuman itu, tiba-tiba seseorang duduk di samping Nico dan tangan mungilnya merebut gelas minuman itu dan langsung menenguk isinya. Nico mendelik saat melihat Jessica yang duduk di sampingnya, menenguk habis minuman itu.

Jessica, kamu ke mana saja?" seru Rachel setelah Jessica menaruh gelas itu di meja.

"Tadi aku bertemu klien dengan Pak Arya," sahut Jessica.

"Oh ...." Tampak Rachel dan yang lainnya menyunggingkan senyum mereka ke karyawati lainnya, semacam memberi kode satu sama lain.

Jessica menoleh ke arah Nico. "Kenapa? Kau mau juga?" katanya pada pria itu, "kau tidak cocok dengan minuman seperti itu."

Jessica lalu mengangkat tangannya ke arah pelayan lalu pelayan itu segera menghampirinya. "Segelas Blue Ocean, katanya pada pelayan itu. Pelayan itu mengangguk lalu berlalu.

Nico memilih patuh dan duduk diam mendengar para gadis-gadis bercerita. Entah berapa jam sudah berlalu namun Nico mulai tak nyaman berada di sana. Musik disco yang menggelegar ditambah dengan lampu berwarna-warni yang berkedip-kedip membuat kepalanya pusing.

"Aku ... pulang dulu ...."

"Kau sudah mau pulang?" tanya Rachel, "kita belum lama di sini."

Nico melihat jam tangannya, sudah jam sebelas malam lebih dan besok ia harus mulai mengerjakan tugas pertamanya. "Aku harus istirahat ...."

"Kau pulang sendiri?" tanya Rachel.

"Iya, tidak apa-apa. Aku bisa naik bis atau taksi."

"Sekitar sini tidak ada bis dan taksi juga sudah jarang lewat," kata Rachel, "tunggu Rendy saja!"

"Biar aku yang antar pulang!" kata Jessica, "aku juga sudah mau pulang, kok."

Nico menoleh ke arah Jessica dan wanita itu tengah tersenyum padanya. "Aku bawa mobil, kok," kata wanita itu, di mana rumahmu?"

***

Nico mengikuti langkah Jessica menuju parkiran. Wanita itu memainkan kunci mobilnya di jari telunjuknya. Begitu wanita itu memasuki mobil, Nico juga ikut masuk dan duduk di samping Jessica.

"Jangan lupa pasang sett belt-nya!" kata Jessica memperingati sambil tersenyum pada Nico.

Nico lalu cepat-cepat mengenakan sabuk pengamannya dengan gerakan yang sangat kikuk dan Jessica mulai menyalakan mesin mobilnya. Mobil itu pun melaju begitu perlahan saat keluar dari area parkiran.

Tubuh dan tatapan Nico menegang saat Jessica mengemudikan mobilnya dengan kecepatan yang luar biasa. Sesekali ia melirik ngeri ke arah Jessica yang tampak santai menyetir mobilnya yang melaju bak kesetanan.

"Apa kau selalu mengemudi seperti ini?" tanya Nico.

"Kau bilang apa?" Jessica malah bertanya balik dengan setengah teriak dan terus mengemudi mobilnya.

Akhirnya, mobil berhenti tepat di gedung apartemen tempat Nico tinggal. Nico melepas sabuk pengamannya dengan perasaan lega, ia merasa beruntung karena nyawanya belum melayang. Nico keluar dari mobil Jessica dengan sempoyongan karena kepalanya pusing.

"Kau baik-baik saja?" tanya Jessica ketika ia menurunkan kaca mobilnya untuk melihat Nico.

"Ya, agak pusing sedikit," jawab Nico sambil memegang pelipisnya.

Jessica malah tersenyum dengan manis. "Kalau begitu, good nite dan sampai jumpa besok!" pungkasnya.

"Nite," balas Nico.

Tidak lama kemudian Jessica melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Nico hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan wanita cantik itu lalu dengan agak terhuyung-huyung ia berjalan masuk ke gedung apartemen sederhana.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tanpa Status   Bab 24 Mari Kita Akhiri!

    Jessica tampak lemah dan murung di kantor. Tidak seceriah seperti yang biasa tampak darinya, ia bahkan tak tersenyum dengan semua orang bahkan menyibukkan dirinya dengan beberapa dokumen yang harus dia selesaikan.Sebenarnya, dokumen itu bisa ia selesaikan kapan saja namun ia memilih untuk tidak menundanya mengerjakannya. Di sisi lain, Nico yang sedari ngobrol bersama rekan kerja lainnya, diam-diam memperhatikan Jessica yang tampak beda dari biasanya. Begitu pun saat makan siang, wanita itu tetap memilih makan sendirian. Ingin sekali Nico menghampirinya namun ia berusaha menahannya. Ia bisa merasakan ada yang beda dengan wanita cantik itu. Malam telah tiba, Nico mencoba mengambil kesempatan untuk bisa bicara dengan Jessica namun wanita itu malah memilih untuk lembur. *** Jam sudah menunjukkan jam 23.00 dan Jessica hendak membereskan dokumen dan meninggalkan mejanya. dengan anggunnya dia berjalan menuju lift namun ia tak menyangka di belakangnya, Nico juga menghampirinya. "Kau bel

  • Tanpa Status   Bab 23 Terima Kasih

    Jessica dan Arman menoleh ke samping, ke arah pria yang berseru dengan lantangnya yang kini berdiri tak jauh dari mereka. Jessica tampak kaget saat melihat sosok itu adalah Nico. Nico menyeringai tajam menatap Arman. "Dengan paksa, Heh?" Arman mendengus sekali lalu secara terpaksa ia melepaskan cengkramannya. Sementara Jessica masih shock, tubuhnya gemetaran karena perlakuan paksa yang dilakukan Arman padanya. Sambil terus menatap tajam Arman, Nico berjalan menghampiri mereka. Setelah berada di samping Jessica yang masih shock, Nico meraih tangan Jessica. Menyadari tangan Jessica yang gemetaran hebat, Nico pun menggenggamnya erat. "Jessica, biar kutemani sampai di parkiran," kata Nico lalu ia menarik Jessica untuk memasuki lift dan meninggalkan Arman. Di dalam lift, mereka hanya berdiaman sementara Nico masih menggenggam tangan Jessica selama lift bergerak ke bawah. Secara berangsur-angsur ketakutan Jessica sirna, bahkan kini ia merasa aman berada bersama Nico. Perlahan ia menenga

  • Tanpa Status   Bab 22 Bimbang

    Jessica diam merenung, ia sampai tak bisa menikmati hidangan steak di hadapannya. Ia mengingat lagi pertemuan terakhir ia dan Nico, bagaimana Nico bersikap tak ramah padanya. Jessica berpikir keras, apa yang membuat pria itu bersikap seperti itu padanya. "Apa steak-nya tidak enak?" Jessica tersentak dari lamunannya, ia menoleh ke arah Arya yang kini tersenyum lembut padanya. "Oh, bukan itu ...," kelit Jessica. "Ada yang mengganggu pikiranmu?" Jessica diam sejenak sebelum menjawab. "Tidak ada, jawabnya sambil berusaha tersenyum manis. Arya lalu menggenggam tangan Jessica. "Jika ada sesuatu yang mengganggu pikirianmu, kau bisa ceritakan padaku." Jessica mengangguk semangat. "Jangan khawatir, aku baik-baik saja, kok, tidak ada masalah," ucapnya. Arya hanya mengangguk sambil tersenyum mengerti lalu ia kembali menikmati hidangan makan malamnya. *** "Aku lihat kau semakin dekat dengan karyawan baru itu," kata Arya. Jessica yang duduk menyandar di sofa tersenyum tipis. "Kenapa? Ka

  • Tanpa Status   Bab 21 Menjauh

    Nico berjalan terhuyung-huyung saat memasuki apartemennya. Ia tampak lelah dan langsung duduk menyandar di sofanya. Ia lantas meraih remote TV dan menyalakannya namun ia tak bisa menikmati tontonan yang ada di TV. Akibatnya, ia menengadahkan kepalanya dan memandang langit-langit apartemennya, membiarkan TV menyala di sana. Ia memikirkan Jessica, wanita itu sepertinya berhasil menguras pikirannya. Hari ini ia tak henti-hentinya memikirkan wanita itu, apalagi sampai ia pulang dari kantor, wanita itu tak kunjung keluar dari ruangan atasan mereka. Nico memejamkan matanya, tak seharusnya ia terlalu serius dalam menganggap sikap Jessica yang kerap membuatnya berdebar-debar apalagi saat mereka bercinta. Nico mulai berpikir, wanita sepertu Jessica hanya menganggap sex adalah hal yang biasa namun tidak bagi Nico. Sex adalah pengalaman awal Nico dan ia melakukannya dengan perasaan.Nico berpikir mungkin ia tak patut lagi terlalu dekat dengan wanita macam Jessica, ia tak ingin perasaannya pada

  • Tanpa Status   Bab 20 Mengapa?

    Napas Nico tertatih menyaksikan Jessica yang berada di atasnya, menggoyangkan pinggulnya maju mundur di sana. Sesekali ia menggeram, merasakan nikmatnya liang milik Jessica mengaduk-mengaduk miliknya. "Ah ... Jessica ...," desah Nico. Napas Jessica juga memburu, ia memandang wajah Nico yang menatapnya penuh gairah. Ia mempercepat gerakan pinggulnya saat ia merasakan ada sesuatu yang meledak dalam dirinya. "Ugh ... ah ah ah ah, Nico ... aku ... ahh!" Tubuh Jessica mengejang hebat, ia menengadahkan wajahnya dan dadanya membusung. Napasnya terdengar memburu. Nico yang menyaksikan pemandangan seksi itu tak tahan apalagi ia merasakan denyutan-denyutan hebat di dinding kenikmatan milik Jessica. Nico bangun dan mencium bibir Jessica dengan penuh gairah, mereka saling melumat bibir dan sesekali menyesapnya. "Ahh ... Nico ...," desah Jessica saat Nico menyesap puncak buah dadanya. Wanita itu mulai bergairah lagi dan menggerakkan pinggulnya. "Ah ah ah ah ...." Suara desahan mereka saling

  • Tanpa Status   Bab 19 Apa Kau Menyukaiku?

    "A-aku ...," Nico tersipu hingga bingung harus menjawab apa. Jessica diam menunggu pengakuan Nico namun tiba-tiba ia tertawa. "Aku hanya bercanda!" Nico mengusap belakang kepalanya. Ia pun bingung, Jessica adalah wanita yang cantik dan menarik, tentu ia sangat menyukainya. Hanya saja, ia masih ragu apakah wanita itu memiliki hubungan dengan atasannya atau tidak. Karena tidak mungkin ia mendekati wanita yang masih menjadi kekasih pria lain."Baiklah, ayo kita naik itu!" ujar Jessica sambil menunjuk wahana bianglala. Nico menoleh ke arah wahana yang menyerupai kincir raksasa itu. "Apa itu aman?" "Tentu saja," kata Jessica, "kau harus mencobanya! Dari atas kita bisa lihat pemandangan kota yang indah." Nico mengangguk setuju lalu mereka pun menuju ke wahana itu. Dengan semangat Jessica masuk ke salah satu kabin bianglala itu. Mereka saling duduk berhadapan. Bianglala mulai berputar, Jessica tertawa saat melihat Nico agak panik saat merasakan bianglala itu mulai berputar namun tidak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status