Hari ini adalah hari yang sangat penting bagi Aerin, karena hari ini adalah hari di mana dia akan mewakili sekolahnya dalam perlombaan piano.
Sejak malam itu, Aerin memang tidak terlalu berharap jika papanya akan menepati janji untuk datang ke acara dekolahnya, lantaran Aerin tahu sesibuk apa papanya.
Pagi-pagi sekali Aerin sudah tiba di sekolah, melewatkan sarapan pagi karena papanya masih tidur. Semalam setelah Aerin terlelap, Varen pergi ke kamarnya untuk beristirahat.
Jam sudah menunjukkan angka 8 pagi, munkin Varen tidak akan bangun jika handphonenya tidak berbunyi.
“Ren, astaga kamu belum bangun?! Kamu lupa lagi kalau anak kamu hari ini mengikuti lomba piano? Kalau kamu belum bisa jadi ayah yang baik biar mama bawa Aerin untuk tinggal dengan mama lagi!” Tanpa jeda dan tarikan nafas Ellina memarahi anaknya layaknya anak kecil.
Varen paham dengan sifat mamanya yang sangat menyayangi Aerin, dan Varen sangat bersyukur akan hal itu. Di tengah sifatnya yang dingin terhadap Aerin ada Oma dan Opanya yang begitu peduli dengan Aerin.
“Ma, Varen pasti datang. Sekarang Varen siap-siap, Mama tunggu aja Varen di sekolah Aerin,” bujuk Varen kepada mamanya agar wanita paruh baya di seberang sana yang masih terlihat modis dan cantik tidak berusaha menceramahinya lagi.
“Nah gitu donk, Sayang! Itu baru anak kesayangan mama. Ya sudah, kamu siap-siap ya? Mama tutup dulu teleponnya.”
Varen lalu beranjak ke kamar mandi, sementara bukannya segera menyelesaikan ritual mandinya dia justru melamun. “Piano?? Sejak kapan anaknya bisa bermain piano” gumam Varen di dalam hatinya.
Ternyata tanpa dia sadari banyak hal yang selama ini dia lewatkan sebagai ayah, kapan terakhir dia menggendong anaknya? Kapan Aerin bisa berjalan? Kapan Aerin pertama kali memanggilnya papa?
Dia bahkan tidak tahu semua itu. Entah dia memang tidak peduli atau memang benar-benar tidak tahu, yang jelas keegoisannya sudah pasti mempengaruhi psikologis putrinya.
“Ayah macam apa aku ini!” Lagi-lagi Varen merutuki dirinya sendiri.
Varen tiba di plataran parkir Galaxy Internasional School, tempat di mana putrinya menuntut ilmu. Sekolah ini adalah Taman Kanak-Kanak bertaraf Internasional, tentu saja yang mampu bersekolah disini hanya masyarakat kalangan atas.
Hanya berbekal kartu indentitas orang tua siswa, Varen berhasil masuk tanpa aling-aling pemeriksaan yang ketat mengingat juga ini adalah acara elit kalangan atas, jadi sekolah pun tidak main-main perihal keamanan.
Tentu saja dia tidak ingat kapan mamanya memberikan kartu itu, tapi tanpa dia sadari dia selalu menyimpannya di dalam dompet. Sama seperti Aerin, sedingin apapun sikap Varen terhadapnya, Aerin selalu punya tempat tersendiri di hati Varen. Mungkin itu semua pergerakan dari alam bawah sadar yang tanpa pernah manusia sadari.
Varen digiring ke ruangan besar di sudut sekolah oleh seorang guru, di perjalanan menuju ke aula banyak mata yang memandang takjub akan ketampanan Varen.
Bagaimana tidak, Varen adalah pria tampan berusia 31th, duda beranak satu dengan body atletis dan tinggi 185 cm, ketampanannya juga di gadang – gadang mirip dengan pemeran drakor Lee Min Hoo.
Para ibu-ibu dari teman sekolah putrinya juga pasti tau kalau Varen adalah pengusaha, karena jika sudah masuk ke sekolah ini pastinya bukan orang sembarangan.
***
Diruangan besar yang bisa menampung ribuan orang ini, sejauh mata memandang Aerin terus mengawasi pintu masuk aula berharap papanya bener-bener menepati janji untuk datang.
Sudah ada oma dan opanya di barisan kursi paling depan, tentu saja mereka mendapatkan kursi VIP mengingat Revorma Group adalah investor terbesar Galaxy Internasional School.
“Segala puji bagi Tuhan yang telah memberikan nikmat dan juga kesehatan sehingga kita dapat berkumpul bersama pada kesempatan kali ini. Selamat pagi, selamat datang kami ucapkan kepada para hadirin dan orang tua siswa di Galaxy Internasional School.”
“Terima kasih kepada para hadirin yang sudah meluangkan waktu di acara hari ini yaitu lomba piano antar siswa. Mari kita sambut peserta pertama kita Aerilyn Bellvania Dhananjaya!” Sorak sorai para hadirin di tengah suara MC yang terdengar merdu membuka kata sambutan.
Aerin naik ke panggung namun matanya tidak menangkap sosok papanya, sosok yang selalu dia rindukan. Lantaran Varen datang terlambat akhirnya dia tidak bisa berada di barisan paling depan.
Sebenarnya bukan tidak bisa, namun dia enggan untuk duduk di depan. Dia memilih duduk di sudut ruangan mengamati anaknya dari kejauhan, kemunkinan itu lebih baik baginya.
Di tengah lamunannya Varen mendengar kata pembuka dari Aerin.
“Terima kasih untuk waktu yang diberikan kepada Aerin, lagu ini berjudul Daddy yang Aerin persembahkan untuk Papa. Aerin gak tau apa hari ini papa datang, tapi Aerin berharap papa mendengar lagu dari Aerin. Aerin sayang papa.”
Dari kursi VIP tampak Rama dan Ellina yang saling merangkul dan menguatkan satu sama lain, hati mereka sakit dan terharu mendengar sambutan dari Aerin. Tentu juga dari sudut ruangan ada Varen yang menunduk dan merasakan gemuruh hebat di dalam hatinya.
Tampak sayup-sayup terdengar lantunan piano dan suara emas Aerin yang menyanyikan lagu Daddy dari Coldplay.
Daddy,are you out there? (Papa apakah kau ada di luar sana?)
Daddy, won’t you come and play? ( Papa maukah kau datang dan bermain bersama?)
Daddy, do you not care? (Papa apakah kau tidak perduli lagi?)
Is there nothing that you want to say? (Adakah yang ingin kau sampaikan, Pa?)
I Know… (Aku tahu…)
You’re hurting too… (Kau juga terluka..)
But I need you. I do (Tapi aku membutuhkanmu)
Daddy,are you out there? (Papa apakah kau ada di luar sana?)
Daddy, all I want to say (Papa, semuanya ingin ku sampaikan)
But you’re so far away… (Tapi kau sangat jauh)
But you’re so far away… (Tapi kau sangat jauh)
But I’m okay (Tapi aku baik-baik saja)
Look, Dad! We’ve got the same hair ( Pa, lihatlah rambut kita sama)
All I want to say (Semuanya ingin ku sampaikan)
It’s just you”re so…. far away (Kau begitu jauh)
It’s just you”re so…. far away (Kau begitu jauh)
That’s okay, I’m Okay ( Tidak apa-apa)
“Terima kasih opa dan oma, terima kasih Papa!”
Aerin menutup lagunya dan turun dari atas panggung diiringi dengan tepuk tangan riuh penonton. Banyak juga yang meneteskan air mata mendengar lagu yang dinyanyikan Aerin, pasalnya Aerin menyanyikannya dengan hati dan tentu itu adalah ungkapan isi hatinya.
Jangan tanyakan apa yang dirasakan Varen saat ini, mungkin dia sudah tidak sanggup berdiri dari tempat duduknya.
Hatinya berdenyut perih, luka 4 tahun lalu seolah menyembul ke permukaan lagi. Mengingatkan akan sikapnya kepada Aerin, anak yang tidak berdosa namun sudah menjadi pelampiasan emosi dan keegoisannya.
Di tengah lamunan akan gejolak dan emosi yang dia rasakan tiba-tiba ada tangan yang menyentuh punggungnya.
Setelah keluar dari ruangan sang CEO, Kalya dicegat oleh dua orang karyawan wanita yang kebetulan berada di lantai 60.“Eh, Kalya! Itu si boss ama siapa di dalam? Perempuan ‘kan?” tanya salah satu staf wanita yang pakaiannya seperti kekurangan kain.“Maaf, aku nggak kepo seperti kalian. Mungkin itu pacarnya, karena dia membawakan makan siang untuk pak Varen. Jadi, mulai sekarang kalian nggak usah lagi ganggu pak Varen. Kalian harus sadar, diri kalian itu siapa, mana selevel dengan pak Varen.” Santai tapi menusuk, itulah bahasa yang digunakan oleh Kalya.“Memangnya wanita itu selevel dengan si bos, cantik sih! Tapi kok penampilannya masih kalah jauh sama aku, terlalu sederhana!” Salah satu staf wanita yang berdiri di sana mencibir kesal.Kalya sepertinya sudah habis kesabaran, dia lalu berkata, “Orang kaya itu tidak harus berpenampilan wah untuk menunjukkan jati dirinya, meskipun sederhana tetap saja akan terlihat aura kekayaannya.”“Mana bisa dibandingkan dengan kalian, orang miskin y
Namun, berbeda dengan Bayu. Dibandingkan dengan karyawan lainnya, dia memang memilki akses khusus untuk menanyakan masalah pribadi bosnya.Bayu menatap Varen sambil meninggikan alisnya, lalu berkata, “Apakah itu Alexa?”Varen menatap Bayu dengan santai, “Kenapa lo ingin tahu, apa kerjaan lo akhir-akhir ini terlalu santai hingga harus memikirkan kehidupan pribadi gue?”Bayu berdecak sebal kepada sahabatnya ini. “Lalu apa?” tanya Bayu lagi.“Iya, gue ada hubungan sama dia. Wanita yang gue maksud hari itu adalah Alexa.”“Nyokap lo dan pertunangan lo yang tersebar luas itu?”“Gue nggak peduli, justru gue punya niat buat nikahin Alexa secepatnya. Meskipun tanpa restu, gue akan menikah diam-diam.” Varen sudah mencetuskan rencananya kepada Bayu, hanya tinggal menunggu ekskusi saja.“Gue nggak salah denger, Ren! Lo bisa saja nggak peduli, tapi Alexa? Apa dia sanggup menanggung beban setelah menikah sama lo, lo tahu sendiri kalau nyokap lo nggak mudah untuk ditaklukkan.”“Lo tahu, kan! Gue buk
“Jika ada kesulitan, menangislah! Jika menangis itu berguna, aku akan menangis bersamamu. Aku bahkan tidak tahu harus tertawa atau menangis, melihat putri yang ku besarkan dengan kasih sayang justru lebih memilih berjuang untuk menyelamatkan perusahaan kekasihnya, dibandingkan dengan menyelamatkan ayahnya.”“Pa, aku baru saja memarahi putrimu. Jangan salahkan Aurel lagi, dibandingkan dengan Alexa, Aurel jauh lebih berbakti. Sebelumnya juga telah membujuk Damar untuk membantu perusahaan kita. Saat terjadi masalah besar seperti ini, dia tidak tahu apa yang harus dilakukan.” Tentu saja mulut manis Danita selalu berperan dalam mempengaruhi seseorang.Aurel jelas merupakan putri kandungnya, tidak sebanding dengan Alexa. Baron mana bisa marah kepadanya.***Dua hari kemudian, kebahagiaan Alexa terusik lagi oleh kehadiran Aurel di apartemennya. Ketika mendapati bahwa Alexa sedang tidak ada di
Varen lalu memutar tubuh Alexa agar menghadapnya, “Mulai sekarang aku akan melakukan apapun yang bisa membuatmu bahagia. Terima kasih telah memberikan malam pertamamu untukku, aku akan menjaganya dengan baik. Tidak akan membiarkan orang lain menyakitimu lagi.”Tidak terasa air mata Alexa mengalir mendengar ucapan Varen, dia lalu memeluk Varen dengan sangat erat. Dia tidak bisa membayangkan jika ke depannya dia akan hidup tanpa pria yang kini telah menjadi miliknya.“Masih sakit tidak?” tanya Varen lagi.Alexa hanya menganggukkan kepala, tidak bisa merasakan sakitnya seperti apa.Varen medekatkan kepalanya, lalu memberikan kecupan pada kening Alexa. “Cuma kali ini saja sakitnya, ke depannya tidak akan sakit lagi.”“Masih ada lain kali?” Alexa terkagok, wajahnya kembali memerah mengingat kejadian semalam. Dia tidak membayangkan bagaimana liarnya dia kemarin malam. Pasti semalam Varen menertawakan tingkahnya.Alexa menutup matanya. Astaga! Jika tiap hari begitu, apakah dia masih sanggup.
“Iya, aku seperti anjing, tukang gigit kamu si kelinci kecil!” Bibir Varen turun lagi untuk memberikan kecupan pada bibir Alexa.Alexa tidak menyangka jika dia mendapatkan serangan bertubi-tubi dari Varen. Dia bergerak sedikit saja tetapi langsung ditahan oleh lawan, dia hanya bisa menerima serangan itu tanpa bisa melawan.Varen mau meninggalkan jejaknya di tubuh Alexa, supaya dia tidak memilki niat untuk meninggalkannya. Varen tidak pernah berpikir akan ada hari ini, di mana dia merasa terikat dengan seorang wanita seumur hidupnya.Bercumbu sudah tidak bisa memuaskan Varen, dia mau lebih daripada ini. Tapi makhluk kecil di hadapannya ini masih belum siap. Varen melepaskan Alexa dengan perasaan yang kacau, pandangan Alexa telah buram karena dia juga sebenarnya menginginkan hal itu. Alexa ingin malam ini dia juga memilki Varen seutuhnya, ingin sekali malam ini dia egois tanpa memikirkan masalah yang ada.Seandainya pun pada akhirnya dia tidak berjodoh dengan Varen, dia ikhlas untuk mal
Ucapan Alexa membuat hati Varen menjadi lunak.“Alexa, aku tidak bisa menjanjikanmu kebahagiaan yang sempurna. Aku tidak bisa berjanji tidak akan pernah menyakitimu, karena kita hidup di dunia nyata bukan di dunia dongeng.”“Tapi, selama kamu percaya denganku, selama kamu meyakinkan hatimu untukku, aku berjanji akan menjaganya dengan baik. Kehidupanku tidak biasa Alexa, banyak orang yang menginginkan kehidupanku.”“Ada juga mama yang akan selalu menentang hubungan kita, aku hanya minta kepadamu untuk percaya. Kita akan melewati semua itu bersama, wanita yang berada di sampingku harus kuat, Alexa.”Varen memberikannya kekuatan, kekuatan untuk tetap mencintai. Alexa tidak tega menolak segala cara pendekatannya. Alexa bersandar di dalam pelukan Varen, keduanya berpelukan dengan romantis.Petir menyambar di langit yang gelap, hujan terdengar turun dan semakin deras menambah kesan romantis malam ini. Merasakan ketenangan jiwa yang tidak pernah dirasakan satu sama lain.Saat ini hati mereka