Share

4. LAGU UNTUK PAPA

Author: Allina
last update Last Updated: 2025-04-14 09:44:12

Hari ini adalah hari yang sangat penting bagi Aerin, karena hari ini adalah hari di mana dia akan mewakili sekolahnya dalam perlombaan piano.

Sejak malam itu, Aerin memang tidak terlalu berharap jika papanya akan menepati janji untuk datang ke acara dekolahnya, lantaran Aerin tahu sesibuk apa papanya.

Pagi-pagi sekali Aerin sudah tiba di sekolah, melewatkan sarapan pagi karena papanya masih tidur. Semalam setelah Aerin terlelap, Varen pergi ke kamarnya untuk beristirahat.

Jam sudah menunjukkan angka 8 pagi, munkin Varen tidak akan bangun jika handphonenya tidak berbunyi.

“Ren, astaga kamu belum bangun?! Kamu lupa lagi kalau anak kamu hari ini mengikuti lomba piano? Kalau kamu belum bisa jadi ayah yang baik biar mama bawa Aerin untuk tinggal dengan mama lagi!” Tanpa jeda dan tarikan nafas Ellina memarahi anaknya layaknya anak kecil.

Varen paham dengan sifat mamanya yang sangat menyayangi Aerin, dan Varen sangat bersyukur akan hal itu. Di tengah sifatnya yang dingin terhadap Aerin ada Oma dan Opanya yang begitu peduli dengan Aerin.

“Ma, Varen pasti datang. Sekarang Varen siap-siap, Mama tunggu aja Varen di sekolah Aerin,” bujuk Varen kepada mamanya agar wanita paruh baya di seberang sana yang masih terlihat modis dan cantik tidak berusaha menceramahinya lagi.

“Nah gitu donk, Sayang! Itu baru anak kesayangan mama. Ya sudah, kamu siap-siap ya? Mama tutup dulu teleponnya.”

Varen lalu beranjak ke kamar mandi, sementara bukannya segera menyelesaikan ritual mandinya dia justru melamun. “Piano?? Sejak kapan anaknya bisa bermain piano” gumam Varen di dalam hatinya.

Ternyata tanpa dia sadari banyak hal yang selama ini dia lewatkan sebagai ayah, kapan terakhir dia menggendong anaknya? Kapan Aerin bisa berjalan? Kapan Aerin pertama kali memanggilnya papa?

Dia bahkan tidak tahu semua itu. Entah dia memang tidak peduli atau memang benar-benar tidak tahu, yang jelas keegoisannya sudah pasti mempengaruhi psikologis putrinya.

“Ayah macam apa aku ini!” Lagi-lagi Varen merutuki dirinya sendiri.

Varen tiba di plataran parkir Galaxy Internasional School, tempat di mana putrinya menuntut ilmu. Sekolah ini adalah Taman Kanak-Kanak bertaraf Internasional, tentu saja yang mampu bersekolah disini hanya masyarakat kalangan atas.

Hanya berbekal kartu indentitas orang tua siswa, Varen berhasil masuk tanpa aling-aling pemeriksaan yang ketat mengingat juga ini adalah acara elit kalangan atas, jadi sekolah pun tidak main-main perihal keamanan.

Tentu saja dia tidak ingat kapan mamanya memberikan kartu itu, tapi tanpa dia sadari dia selalu menyimpannya di dalam dompet. Sama seperti Aerin, sedingin apapun sikap Varen terhadapnya, Aerin selalu punya tempat tersendiri di hati Varen. Mungkin itu semua pergerakan dari alam bawah sadar yang tanpa pernah manusia sadari.

Varen digiring ke ruangan besar di sudut sekolah oleh seorang guru, di perjalanan menuju ke aula banyak mata yang memandang takjub akan ketampanan Varen.

Bagaimana tidak, Varen adalah pria tampan berusia 31th, duda beranak satu dengan body atletis dan tinggi 185 cm, ketampanannya juga di gadang – gadang mirip dengan pemeran drakor Lee Min Hoo.

Para ibu-ibu dari teman sekolah putrinya juga pasti tau kalau Varen adalah pengusaha, karena jika sudah masuk ke sekolah ini pastinya bukan orang sembarangan.

***

Diruangan besar yang bisa menampung ribuan orang ini, sejauh mata memandang Aerin terus mengawasi pintu masuk aula berharap papanya bener-bener menepati janji untuk datang.

Sudah ada oma dan opanya di barisan kursi paling depan, tentu saja mereka mendapatkan kursi VIP mengingat Revorma Group adalah investor terbesar Galaxy Internasional School.

“Segala puji bagi Tuhan yang telah memberikan nikmat dan juga kesehatan sehingga kita dapat berkumpul bersama pada kesempatan kali ini. Selamat pagi, selamat datang kami ucapkan kepada para hadirin dan orang tua siswa di Galaxy Internasional School.”

“Terima kasih kepada para hadirin yang sudah meluangkan waktu di acara hari ini yaitu lomba piano antar siswa. Mari kita sambut peserta pertama kita Aerilyn Bellvania Dhananjaya!” Sorak sorai para hadirin di tengah suara MC yang terdengar merdu membuka kata sambutan.

Aerin naik ke panggung namun matanya tidak menangkap sosok papanya, sosok yang selalu dia rindukan. Lantaran Varen datang terlambat akhirnya dia tidak bisa berada di barisan paling depan.

Sebenarnya bukan tidak bisa, namun dia enggan untuk duduk di depan. Dia memilih duduk di sudut ruangan mengamati anaknya dari kejauhan, kemunkinan itu lebih baik baginya.

Di tengah lamunannya Varen mendengar kata pembuka dari Aerin.

“Terima kasih untuk waktu yang diberikan kepada Aerin, lagu ini berjudul Daddy yang Aerin persembahkan untuk Papa. Aerin gak tau apa hari ini papa datang, tapi Aerin berharap papa mendengar lagu dari Aerin. Aerin sayang papa.”

Dari kursi VIP tampak Rama dan Ellina yang saling merangkul dan menguatkan satu sama lain, hati mereka sakit dan terharu mendengar sambutan dari Aerin. Tentu juga dari sudut ruangan ada Varen yang menunduk dan merasakan gemuruh hebat di dalam hatinya.

Tampak sayup-sayup terdengar lantunan piano dan suara emas Aerin yang menyanyikan lagu Daddy dari Coldplay.

Daddy,are you out there? (Papa apakah kau ada di luar sana?)

Daddy, won’t you come and play? ( Papa maukah kau datang dan bermain bersama?)

Daddy, do you not care? (Papa apakah kau tidak perduli lagi?)

Is there nothing that you want to say? (Adakah yang ingin kau sampaikan, Pa?)

I Know… (Aku tahu…)

You’re hurting too… (Kau juga terluka..)

But I need you. I do (Tapi aku membutuhkanmu)

Daddy,are you out there? (Papa apakah kau ada di luar sana?)

Daddy, all I want to say (Papa, semuanya ingin ku sampaikan)

But you’re so far away… (Tapi kau sangat jauh)

But you’re so far away… (Tapi kau sangat jauh)

But I’m okay (Tapi aku baik-baik saja)

Look, Dad! We’ve got the same hair ( Pa, lihatlah rambut kita sama)

All I want to say (Semuanya ingin ku sampaikan)

It’s just you”re so…. far away (Kau begitu jauh)

It’s just you”re so…. far away (Kau begitu jauh)

That’s okay,  I’m Okay ( Tidak apa-apa)

“Terima kasih opa dan oma, terima kasih Papa!”

Aerin menutup lagunya dan turun dari atas panggung diiringi dengan tepuk tangan riuh penonton. Banyak juga yang meneteskan air mata mendengar lagu yang dinyanyikan Aerin, pasalnya Aerin menyanyikannya dengan hati dan tentu itu adalah ungkapan isi hatinya.

Jangan tanyakan apa yang dirasakan Varen saat ini, mungkin dia sudah tidak sanggup berdiri dari tempat duduknya.

Hatinya berdenyut perih, luka 4 tahun lalu seolah menyembul ke permukaan lagi. Mengingatkan akan sikapnya kepada Aerin, anak yang tidak berdosa namun sudah menjadi pelampiasan emosi dan keegoisannya.

Di tengah lamunan akan gejolak dan emosi yang dia rasakan tiba-tiba ada tangan yang menyentuh punggungnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tante, Menikahlah Dengan Papa Galakku!   33. HILANGNYA ALEXI

    Dia mengangkat telpon sambil membaringkan Aerin di atas ranjang.Seseorang diseberang sana kembali bersuara, “Kakak bodoh kamu itu tiba-tiba lari, aku juga tidak tahu lari kemana.” Suara Aurel terdengar sangat datar, tanpa ada rasa sedih sedikitpun padahal itu juga adalah kakaknya.Alexa merasa suhu tubuhnya mendadak menjadi dingin. Hujan sebesar ini, kakak bisa-bisanya hilang. Apa yang sebenarnya mereka lakukan terhadap kakaknya? Dari dulu kakaknya tidak akan keluar dari rumah tanpa sebab.Dia mengidap autis, bagaimana kalau kakaknya bertemu orang jahat. Alexa tidak berani memikirkan kemungkinan terburuk yang terjadi terhadap kakaknya.“Aku harus pergi, Ren!”“Kamu mau kemana? Hari masih gelap, bertemu orang juga tidak mungkin di jam-jam begini”Namun Alexa tidak mendengarkan ucapan Varen, bahkan dia juga tidak berniat untuk menjelaskan. Saat ini yang ada di otaknya adalah kakak dan kakak.Alexa langsung keluar dari apartemen Varen, dia berlari di tengah hujan seperti orang gila. Unt

  • Tante, Menikahlah Dengan Papa Galakku!   32. SALING MEMBUTUHKAN ANTARA ALEXA DAN AERIN

    Alexa masih berjongkok sambil menutup matanya dengan kedua telapak tangan, hatinya bergetar hebat dan dia tidak merespon ucapan Varen.Varen merasa ada banyak luka yang wanita ini sembunyikan, bahkan luka 4 tahun terakhir tidak sebanding dengan tekanan psikis yang Alexa alami. Varen masih jauh lebih beruntung karena ada keluarga dan sahabat yang mensuportnya. Sedangkan Alexa, dia harus berjuang sendiri dari kecil.Varen mengulurkan tangan dan memapahnya untuk berdiri, mata Alexa sembab karena menangis. Menambah kesan iba dari diri Varen terhadap wanita dihadapannya.“Kita pergi dari sini?” tanya Varen.“Tolong antarkan aku pulang!”“Kamu mau pulang kemana? Sebaiknya kamu ikut ke apartemenku, apalagi jika kamu sudah memiliki jawaban atas tawaranku kemarin. Besok kita bisa langsung mencari apartemen yang cocok buatmu dan segera menjemput kakakmu.”Alexa terdiam beberapa saat, sebenarnya ada keraguan yang mengganjal dihatinya namun dia tidak bisa membohongi hatinya kalau dia sangat menya

  • Tante, Menikahlah Dengan Papa Galakku!   31. THALASSOPHOBIA

    “Ada urusan.” Nada suara Varen yang rendah dan jernih terdengar sedikit berat. Alexa mengedipkan matanya dan merasa kantuknya menghilang.Aku ingin meminta jawaban yang kemarin.” Nada suaranya masih terlihat dingin seperti biasanya.Alexa menggeserkan selimutnya dan bangun dari tempat tidurnya dengan satu tangan memegang handphone. Pria ini menelepon larut malam begini hanya untuk menanyakan jawaban atas tawarannya kemarin, sungguh pria yang pemaksa.“Aku ingin bertemu denganmu.” Varen berkata lagi.Alexa, “……….”Mengajak bertemu pada larut malam, permintaan ini agak kelewatan.“Bagaimana kalau aku tidak mau dan kita tidak perlu bertemu?”Varen mengangkat kepalanya dan menatap ke lampu jalan yang bercahaya, ekspresi dingin di wajahnya semakin terlihat karena disorot oleh lampu jalan yang terang.“Tunggu aku di luar, aku akan menjemputmu!” Selesai berkata dengan nada memerintah dan memaksa, Varen langsung menutup teleponnya tanpa aba-aba.“Apakah dia tidak perlu menanyakan di mana diri

  • Tante, Menikahlah Dengan Papa Galakku!   30. MELEWATI BATASAN

    Varen hanya mengedip-ngedipkan matanya seolah-olah sudah paham arah pembicaraan mereka kemana. Tidak berapa lama bagaikan sudah disetting seperti sinetron yang biasa Bi Minah tonton di apartemennya, Vita pun datang mendekat.Satu hal yang pertama kali Vita lihat adalah wajah Varen yang tampan, dia sampai tidak bisa mengedipkan matanya lantaran kagum akan semua yang melekat pada diri Varen.Nanea lantas menyadarkan Vita dari lamunannya, “Vit, kenalin ini Varen. Kamu masih ingat Varen kan teman masa kecilmu? Varen udah banyak berubah lo sekarang, udah sukses pula. Nanti kamu harus banyak belajar dari Varen cara mengurus perusahaan, jadi mulai sekarang kamu harus lebih sering berinteraksi dengan Varen,” ucap mamanya yang berhasil membuat Vita tersipu malu.Tapi tidak bagi Varen, dia justru muak dengan acara seperti ini. Sekarang dia sudah tahu sasaran perjodohannya kali ini adalah Vita, tetangganya semasa kecil.“Kalian ngobrol dulu deh berdua, mama sama Tante Nanea mau ketemu teman-tema

  • Tante, Menikahlah Dengan Papa Galakku!   29. TAWARAN UNTUK ALEXA

    “Oke.” jawab Aerin sembari mengacungkan ibu jarinya tanda setuju.Varen dan Alexa pun bangkit dan berjalan beriringan keluar dari kamar, mereka menuruni tangga menuju ruang tamu. Alexa merasa canggung dengan kegilaannya semalam, entah kenapa dirinya hilang kendali karena mabuk.Demi mengubah kecanggungan, dia lalu menawarkan teh untuk Varen.“Kamu mau aku buatkan chamomile tea? Lumayan untuk menghilangkan mabuk dan menenangkan pikiran,” ucap Alexa“Boleh.” Varen inginnya to the point saja, namun dia bingung harus memulai darimana percakapan ini.Alexa pun kembali ke sofa dengan dua chamomile tea, satu untuk dirinya dan satu untuk Varen.“Maaf!” Mereka serentak mengucapkan kata maaf, seperti sedang paduan suara saja.Varen menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan tersenyum canggung, begitu juga dengan Alexa yang tidak kalah canggungnya. Dalam hatinya sangat-sangat malu, sudah menumpang malah bikin masalah pula.“Ladies first” ucap VarenAkhirnya Alexa mulai berbicara dan pertama-tama

  • Tante, Menikahlah Dengan Papa Galakku!   28. KEPERGOK ELLINA

    Sontak Varen kaget dan berniat mengembalikan Alexa ke posisi semula atau membaringkannya di atas sofa. Namun tindakannya terhenti kala Alexa mulai meracau.“Kamu juga menghinaku, semua menghinaku, apa salahku! Aku bukan wanita jalang yang menghibur banyak pria, aku memang tidak memiliki pekerjaan tetap. Tapi aku bukan pelacur! Aku sudah berusaha mencari uang untuk pengobatan kakak!”“Papa, aku janji akan membawa kakak pergi. Papa, kenapa kamu tidak membawaku dan kakak pergi ke surga sana. Papa, besok aku akan mencari pekerjaan! Aku janji, Pa!” Dia lalu menangis di pelukan Varen, tanpa terasa kemeja yang dikenakan Varen sudah basah oleh airmata.Varen seperti merasakan sakit dan beban yang dirasakan Alexa, melihat wajahnya yang indah Varen merasa tenggorokannya sangat kering. Menggunakan keberanian karena pengaruh alkohol, tiba-tiba dia pun kelihangan kendali dan menciumnya.Alexa yang belum sepenuhnya sadar tiba-tiba berkata, “Panas sekali.” Kedua matanya tertutup rapat, tapi tubuhnya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status