Saat Alexa ingin membicarakan sesuatu dengan Varen, telepon Alexa berdering. Alexa pun segera menjawab panggilan itu.Begitu tersambung, terdengar suara nafas yang sesak dari mulut Aurel, “Tolong aku, Alexa, tolong aku!”Alexa pun terkaget, “Aurel?”“Alexa, eh tidak! Kakak, tolong aku! Aku minta maaf sama kamu.” Terdengar Aurel sedang menangis di seberang sana.“Aku tidak akan merebut barang milikmu lagi, aku sudah tidak mempunyai apa-apa lagi. Mama telah membawa pergi semua asset keluarga. Papa menjualku kepada pria-pria tua hidung belang. Kakak, tolong aku!”Alexa tidak tahu harus menjawab apa. “Aurel, kenapa dia bisa menjadi seperti itu? Bukankah dia adalah anak kesayangan Danita dan Baron? Walaupun bangkrut, seharusnya tidak separah ini juga. Apakah ini adalah perbuatan Varen?” Banyak pikiran terlintas
Nala melepaskan tangannya dan berbicara lagi, “Kak Varen tidak tega mengatakan ini padamu, tetapi kamu harus tahu diri. Sudah waktunya untuk pergi!”Kalimat terakhir yang diucapkan oleh Nala, mampu membuat kepercayaan diri Alexa seketika runtuh.“Tante, mulai sekarang kamu jangan bermuka tembok lagi, aku tunggu kabar perpisahan kalian!”Tanpa menjawab ucapan Nala, Alexa lalu pergi meninggalkan Nala di kamarnya. Nala yang melihat kepergian Alexa menyunggingkan senyuman licik, pertanda bahwa dia akan menang.Alexa kembali ke kamarnya dan menyandarkan tubuhnya di dinding, mengumpulkan sisa-sisa tenaga yang masih dia miliki.Tiba-tiba Varen membuka pintu kamarnya, dia melihat Alexa yang sedang menangis sambil duduk di lantai. Varen yang melihat ini juga ikut duduk di samping Alexa, “Apa yang terjadi?” tanya Varen.
Sontak Varen dan Alexa menghentikan kegiatan mereka, Alexa ingin bangkit dan melihat apa yang terjadi. Karena suara jeritan itu sepertinya suara Nala, namun Varen menahan tubuhnya. Kalau dihentikan otomatis dia harus mandi air dingin hari ini.“Kita lihat saja sebentar,” ucap Alexa marah.Belum sempat Varen menjawab, suara ketukan pintu sudah lebih dulu terdengar dari luar sana.“Tuan, Nyonya!”“Ada apa?” jawab Varen dari dalam kamar.“Nona Nala mencoba bunuh diri dengan memotong urat nadi di tangannya, bisa tolong Tuan lihat sebentar?” tanya si pelayan rumah.“Cepat panggilkan dokter!” titah Varen.Dengan kesalnya Varen dan Alexa lalu membersihkan diri mereka di dalam kamar mandi, siapa sangka Varen tidak ingin melepaskan Alexa begitu saja. Bahkan kamar mandi
“Apa?” Pandangan Varen masih marah, dengan tubuh yang masih basah kuyup. “Aku ingin melakukan apa? Dan kapan aku menyakitimu?”“Bukankah kamu sedang mencari seseorang? Kini dia telah datang, lalu apakah aku harus mundur dan mengalah?” jawab Alexa.“Apakah aku harus menunggu kamu untuk mengucapkan kata perpisahan untukku?” imbuh Alexa lagi.“Kamu marah padaku?” Varen sebenarnya ingin sekali menggigit wajah istrinya ketika marah, lalu mengecup bibir tipisnya itu.“Apakah aku masih berhak untuk marah?” Alexa menunduk dan mendorong tubuh Varen agar menjauh. Namun kekuatan Varen sangat besar.Varen mengangkat dagunya, “Lihat aku! Jika kamu tidak berhak, lalu siapa yang berhak? Apakah wanita yang tidak jelas di luar sana itu?”Alexa sontak terkaget mendengar ucap
Perpisahannya dengan Damar pernah membuatnya begitu putus asa. Rupanya yang paling menyakitkan bukanlah perpisahan, melainkan kenangan di masa lalu yang kembali hadir di masa depan. Alexa baru sadar seberapa dalam luka yang dia alami.Alexa mengangkat kepalanya, namun air mata sudah tidak bisa dibendung lagi. Kebahagiaan yang dia rasakan akhir-akhir ini kini sudah menjadi bahan tertawaan. Sikap manja yang diberikan Varen pun menjadi sindiran.Ternyata rasa sayang dan kelembutan itu bisa dia tunjukkan kepada orang lain juga, bukan hanya untuknya dan Aerin.“Sudah, cukup!”“Alexa, sadarlah!”“Dia tidak mencintaimu.”Pernikahan yang terjalin mungkin hanya untuk Aerin, kebaikan dan rasa sayang yang dia tunjukkan mungkin juga hanya sebatas ikatan pernikahan.Aku dan dia tidak punya cinta sebaga
Di bawah sana, Varen juga tidak sedang baik-baik saja. Pikiran yang pertama melintas bukanlah membalas pelukan gadis itu, melainkan ingin melepaskan diri dari pelukannya.Dengan menahan rasa jijiknya, Varen melepaskan diri dari gadis ini. Paras gadis ini termasuk cantik, postur tubuhnya sangat sempurna, dandanannya pun sangat bagus. Seperti sudah mempersiapkan dirinya dengan sangat baik.“Kamu adalah Nala kecil?” Emosi Varen tidak bisa dibaca dari matanya.Nala terus menatap Varen dari ujung kaki sampai ujung rambut, “Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, apakah kakak kecil telah melupakan saya?”Varen tidak menjawab.Lanjut Nala, “Tetapi saya tidak pernah melupakan kakak kecil. Maafkan saya yang tidak pernah datang menemuimu, tapi saya punya alasan untuk itu. Apakah janji kakak kecil untuk menjaga saya seumur hidup masih berlaku?&rdquo