"Ya Tuhan, gue sudah dandan cantik paripurna gini, tahunya malah disuruh pangku seserahan yang isinya bikin gue pingin buruan cepet dihalalin," ocehan Manda yang duduk di kursi penumpang depan mobil Nada membuat Prima yang duduk di kursi belakang mobil Nada menghela napas panjang.
"Masih mending lo, Man lihat apa yang gue bawa ini. Rasanya gue mangku barang begini jadi pingin ngasah pusoko," kata Prima sambil melihat baju dalaman wanita lengkap dengan lingerie tidur seksi yang sudah dihias dengan begitu cantiknya di sana.
"Udah, mending lo berdua jadi pasangan aja," ucap Nada kepada Prima dan Manda.
"Ogah, Mbak. Kaya enggak ada laki-laki lain aja di luar circle kampret ini."
Nada
Rio cukup kesal karena ia justru mendapatkan parkiran mobil yang cukup jauh dari area teras Malioboro. Bukan karena ia malas berjalan, namun Rio tidak tega dengan kondisi kaki Retno yang masih belum sembuh sepenuhnya. Jika seperti ini, mau tidak mau Retno akan kelelahan karena berjalan cukup jauh dengan tongkat bantu jalannya.Saat mereka keluar dari mobil, Rio langsung berjalan mendekati Retno. Tidak ingin pembicaraan yang ia lakukan dengan Retno didengar orangtua mereka, Rio berbisik di telinga Retno."Yang, aku gendong kamu aja, ya?"Seketika Retno langsung menoleh ke arah Rio. Ia tatap Rio dengan tatapan penuh ketidakpercayaan. Beberapa saat kemudian Retno menggelengkan kepalanya."Enggak, Ri. Aku masih bi
Elina duduk di sofa yang ada di lobby sambil memikirkan apa yang Rio ceritakan kepadanya dan Ari kemarin tentang Retno saat mereka sampai di hotel. Rasa prihatin muncul di dalam diri Elina ketika mengetahui cerita lengkap tentang perempuan yang sebentar lagi akan menjadi menantunya itu.Siapa sangka jika kecelakaan kecil yang menimpa Retno membuatnya harus kehilangan calon buah hatinya. Sebagai wanita yang pernah mengalami keguguran sebanyak dua kali sebelum akhirnya ia berhasil melahirkan Rio, Elina tahu bagaimana perasaan Retno. Tidak hanya merasa hancur namun juga rasa bersalah pasti muncul di dalam diri Retno karena merasa gagal dalam menjaga calon anak yang ada di dalam rahimnya. Elina sangat bersyukur karena Retno bisa melewati semua ini dengan baik. Apalagi Rio tidak ada di dekatnya kala masa-masa terpuruknya. Rio lebih banyak berada di Jakarta untuk bekerja. Elina
"Ya Tuhan, gue sudah dandan cantik paripurna gini, tahunya malah disuruh pangku seserahan yang isinya bikin gue pingin buruan cepet dihalalin," ocehan Manda yang duduk di kursi penumpang depan mobil Nada membuat Prima yang duduk di kursi belakang mobil Nada menghela napas panjang."Masih mending lo, Man lihat apa yang gue bawa ini. Rasanya gue mangku barang begini jadi pingin ngasah pusoko," kata Prima sambil melihat baju dalaman wanita lengkap dengan lingerie tidur seksi yang sudah dihias dengan begitu cantiknya di sana."Udah, mending lo berdua jadi pasangan aja," ucap Nada kepada Prima dan Manda."Ogah, Mbak. Kaya enggak ada laki-laki lain aja di luar circle kampret ini."Nada
Setelah acara lamarannya semalam dengan Rio berjalan dengan sukses sesuai rencana, pagi ini Retno harus bersiap-siap kembali untuk menghabiskan waktunya bersama Wulan dan orangtua Rio. Ia belum memperkenalkan sosok Wulan sebagai ibu kandungnya kepada keluarga Rio. Ia tidak ingin ada yang ditutupi lagi tentang masa lalu dirinya dan siapa ibu kandungnya. Retno ingin keluarga Rio mengetahui asal usulnya yang sebenarnya. Kini setelah merasa siap dengan penampilannya, Retno memilih segera keluar dari dalam kamarnya.Ketika ia sampai di ruang keluarga, Retno tersenyum karena akhirnya rumah ini yang biasanya sepi, kini terasa hangat. Kehadiran keluarga kakaknya dan empat orang keponakannya sukses membuat rumah ini terasa lebih hidup lagi. Di ruang keluarga pagi ini bahkan tampak sosok Mikha yang sedang duduk bersama Asri dan Chandra. Mereka sedang menonton acara gosip pagi di televisi sa
Bersama dengan Prima, siang ini Rio menjemput orangtuanya di Yogyakarta Internasional Airport. Selama perjalanan menuju ke bandara, Rio memilih duduk di samping Prima. Biarlah temannya yang menyetir dengan kasar ini menyetirinya, nanti baru ketika perjalanan pulang ke hotel, kemudi mobil akan ia ambil alih. Jika tidak, bisa-bisa orangtuanya akan teler dan pucat saat sampai di hotel.Saat mereka sampai di Bandara, ternyata kedua orangtuanya telah mendarat dan menunggunya di pintu keluar Yogyakarta Internasional Airport. Melihat kedatangan kedua orangtuanya, Rio langsung tersenyum dan memeluk Ayah dan Bundanya secara bergantian."Kamu sehat-sehat, Ri?" Tanya Ari ketika Rio memeluknya setelah memeluk Elina.Sebagai bentuk rasa hormat kepada orangtua temannya, Prima juga men
Retno memeluk Wulan sambil mengucapkan kata-kata kerinduannya. Rio yang melihat itu baru menyadari betapa miripnya Retno dengan ibunya. Rasanya ia bisa melihat wajah Retno kelak saat berusia 60 tahunan."Bu, aku kenalin sama Rio, ya?""Rio? Kamu sama dia ke sininya?""Iya," ucap Retno lalu ia membalikkan tubuhnya. "Ri, sini. Aku kenalin sama ibu."Rio melangkahkan kakinya ke depan dan segera saja ia berkenalan dengan Wulan."Rio.""Wulan."Setelah jabat tangan itu terurai, Wulan langsung memandangi anak dan calon menantunya ini. Walau usia mereka terp