Retno tersenyum ketika melihat penampilannya di depan cermin pagi ini. Ia merasa bersyukur karena setelah semalam tubuhnya benar-benar terasa meriang parah, kali ini sudah membaik. Untung saja ada Susi di rumah ini yang setia menemaninya selama semalaman. Entah apa yang terjadi jika tidak ada Susi di rumah ini bersamanya.
Kini Retno memilih berjalan menuju ke arah tas Hermes Birkin miliknya dan segera keluar dari dalam kamarnya. Retno tersenyum ketika menyadari jika seminggu lagi ia akan datang kembali ke Jakarta karena dirinya memiliki undangan untuk menghadiri acara resmi yang diselenggarakan oleh salah satu brand fashion ternama dunia, di mana dirinya menjadi member aktif di sana hampir sepuluh tahun lamanya. Hal-hal seperti inilah yang harus Retno manfaatkan untuk memperluas relasi dan berakhir untuk memperluas bisnisnya lagi. Anggap saja sekali mendayung dua tiga pul
"Ya Tuhan, gue sudah dandan cantik paripurna gini, tahunya malah disuruh pangku seserahan yang isinya bikin gue pingin buruan cepet dihalalin," ocehan Manda yang duduk di kursi penumpang depan mobil Nada membuat Prima yang duduk di kursi belakang mobil Nada menghela napas panjang."Masih mending lo, Man lihat apa yang gue bawa ini. Rasanya gue mangku barang begini jadi pingin ngasah pusoko," kata Prima sambil melihat baju dalaman wanita lengkap dengan lingerie tidur seksi yang sudah dihias dengan begitu cantiknya di sana."Udah, mending lo berdua jadi pasangan aja," ucap Nada kepada Prima dan Manda."Ogah, Mbak. Kaya enggak ada laki-laki lain aja di luar circle kampret ini."Nada
Setelah acara lamarannya semalam dengan Rio berjalan dengan sukses sesuai rencana, pagi ini Retno harus bersiap-siap kembali untuk menghabiskan waktunya bersama Wulan dan orangtua Rio. Ia belum memperkenalkan sosok Wulan sebagai ibu kandungnya kepada keluarga Rio. Ia tidak ingin ada yang ditutupi lagi tentang masa lalu dirinya dan siapa ibu kandungnya. Retno ingin keluarga Rio mengetahui asal usulnya yang sebenarnya. Kini setelah merasa siap dengan penampilannya, Retno memilih segera keluar dari dalam kamarnya.Ketika ia sampai di ruang keluarga, Retno tersenyum karena akhirnya rumah ini yang biasanya sepi, kini terasa hangat. Kehadiran keluarga kakaknya dan empat orang keponakannya sukses membuat rumah ini terasa lebih hidup lagi. Di ruang keluarga pagi ini bahkan tampak sosok Mikha yang sedang duduk bersama Asri dan Chandra. Mereka sedang menonton acara gosip pagi di televisi sa
Bersama dengan Prima, siang ini Rio menjemput orangtuanya di Yogyakarta Internasional Airport. Selama perjalanan menuju ke bandara, Rio memilih duduk di samping Prima. Biarlah temannya yang menyetir dengan kasar ini menyetirinya, nanti baru ketika perjalanan pulang ke hotel, kemudi mobil akan ia ambil alih. Jika tidak, bisa-bisa orangtuanya akan teler dan pucat saat sampai di hotel.Saat mereka sampai di Bandara, ternyata kedua orangtuanya telah mendarat dan menunggunya di pintu keluar Yogyakarta Internasional Airport. Melihat kedatangan kedua orangtuanya, Rio langsung tersenyum dan memeluk Ayah dan Bundanya secara bergantian."Kamu sehat-sehat, Ri?" Tanya Ari ketika Rio memeluknya setelah memeluk Elina.Sebagai bentuk rasa hormat kepada orangtua temannya, Prima juga men
Retno memeluk Wulan sambil mengucapkan kata-kata kerinduannya. Rio yang melihat itu baru menyadari betapa miripnya Retno dengan ibunya. Rasanya ia bisa melihat wajah Retno kelak saat berusia 60 tahunan."Bu, aku kenalin sama Rio, ya?""Rio? Kamu sama dia ke sininya?""Iya," ucap Retno lalu ia membalikkan tubuhnya. "Ri, sini. Aku kenalin sama ibu."Rio melangkahkan kakinya ke depan dan segera saja ia berkenalan dengan Wulan."Rio.""Wulan."Setelah jabat tangan itu terurai, Wulan langsung memandangi anak dan calon menantunya ini. Walau usia mereka terp
Rio menoleh ke sisi sebelah kirinya dan menemukan Retno yang sedang tampak melamun. Sejak ia sampai di rumah Retno tadi, Rio bahkan tidak sempat duduk dan mengobrol dengan Retno. Mereka langsung menuju ke garasi karena jadwal mereka yang cukup padat hari ini."Yang?" Panggil Rio saat mobil yang ia kemudikan berhenti di sebuah lampu merah."Hmm..?""Kamu kenapa diam saja dari tadi? Lagi ada masalah?""Aku sedang menyiapkan diri saja andai nanti Mama dan Papa menolak kehadiran ibu di acara kita besok."Rio tersenyum dan ia memegang lengan kanan Retno dengan tangan kirinya."Yang, kalopun orangtua ka
Pagi ini Nico menatap Rio yang baru saja menikmati secangkir kopi panasnya di halaman belakang rumahnya. Mereka sedang menunggu Manda yang sedang menikmati aktivitas berenangnya. Rasanya ada beban yang mendera hatinya setiap kali melihat wajah Rio. Sial, semua ini karena acara makan siangnya dengan Retno kemarin. Benar, jika ia berhasil menjaga rahasia Rio, tapi siapa sangka jika kini ia juga harus menjaga rahasia Retno dari Rio. Menyadari jika Nico menatapnya sejak tadi, akhirnya Rio menanyakannya kepada Nico."Lo kenapa lihatin gue dari tadi? Naksir lo?""Najis gue naksir sama lo. Gue masih normal.""Terus kenapa justru lihatin gue, bukannya lihatin Manda yang lagi berenang?""Habis baju berenangnya si Ma