Pagi hari.
Adelia bangun lebih dulu saat mendengar suara adzan subuh berkumandang karena Adelia sudah terbiasa bangun saat hari masih gelap. Berbeda dengan Raden yang terlihat semakin menarik selimut ke seluruh tubuhnya saat adzan mulai mengganggu telinganya. "Ckk, apa mereka tidak pernah shalat subuh?" Guman Adelia dalam hati saat melihat pria yang sudah menjadi suaminya ini semakin menarik selimut. Adelia turun dari ranjang dengan perlahan dan pergi ke kamar mandi yang berada di kamar mereka. Bahkan kamar mandi mereka terlihat sangat besar seperti satu ruangan di rumah bundanya. Adelia membersihkan diri lalu berwudhu dan setelahnya Adelia mengeluarkan mukenahnya yang ia bawa dari rumah. Untung saja Adelia membawanya! Adelia bingung melihat sisi kamar Raden. Adelia tidak tau kemana arah kiblat dan lupa menanyakannya pada Mama mertuanya semalam. Gadis manis itu keluar dari kamar dan mengintip sekitar ruangan. Adelia menghampiri salah satu pelayan yang kebetulan lewat dengan membawa sapu dan bertanya padanya. "Maaf, permisi Mbak. Boleh nanya, arah kiblat kemana ya?" Pelayan tersebut tampak kebingungan saat akan menjawab anak kecil yang baru saja menjadi majikannya sebab bahkan dirinya tidak pernah shalat. "Maaf, Nona. Saya tidak tau, saya Kristen." Pelayan tersebut segera berpamitan untuk kembali bertugas sebelum majikan besarnya bangun. Adelia sedikit terkejut dan tercengang mendengar jawaban pelayan tersebut karena tidak mengira jika orang yang berada di rumah ini ada yang berbeda keyakinan dengan dirinya. Adelia kembali masuk ke dalam kamarnya dan menelpon Sang Ayah. "Halo, Ayah. Asslamualaikum." "Waalaikumsalam, Nak. Ada apa?" "Ayah, arah kiblat kemana ya. Adelia gak tau kalau di sini arah kiblatnya kemana. Tadi Adel tanya Mba pelayan tapi mereka juga tidak tau," "Ah kamu cari di g****e aja dulu untuk sementara terus kamu sesuaikan dengan kompas," jawab Adnan dari ujung telpon. "Oke, Ayah. Makasih. Ayah bilang sama Bunda ya nanti pulang sekolah Adelia mau pulang ke rumah," "Kenapa? Apa ada masalah? Kamu tidak betah?" "Bukan, Ayah. Adelia kangen sama Ayah dan Bunda. Adelia uda permisi kok sama Mama," "Yaudah kalau gitu. Jadi anak baik ya di sana, Nak." Panggilan selesai saat Adelia mengucapkan salam kepada Adnan dan Adnan menjawab salam Adelia. Adelia sudah berhasil menemukan arah kiblat untuk Adel shalat. Untung saja waktu masih tersisa sebelum matahari terbit dan adel selesai shalat. Diam-diam Raden yang terbangun karena suara Adel terus menatap apa yang adel lakukan. Raden merasa aneh dengan Adel karena Raden tidak pernah melihat orang tuanya shalat. Namun saat Adel selesai shalat, Raden kembali pura-pura tidur. Adelia tidak berani membangunkan Raden, jadi Adel memutuskan untuk mengganti pakaian tidur dengan pakaian sekolah. Tepat pukul 06:00 Adelia selesai memakai hijab sekolahnya. Adelia mengambil tas sekolahnya dan berjalan ke lantai satu tepatnya ke meja makan yang sudah terhidang makanan. Para pelayan kaget melihat Adelia sudah datang ke meja makan padahal mereka belum selesai menyiapkan makanan. "Pagi, Nona Muda." Sapa Pak Darto, kepala pelayan di rumah Yola. "Pagi, Pak." Jawab Adel menundukkan sedikit kepala sembari tersenyum ramah. "Apa anda sedang buru-buru? Anda turun terlalu cepat," ujar Pak Darto dengan wajah datarnya. "Tidak, saya hanya terbiasa bangun lebih pagi. Maaf, biasanya jam berapa Mama sama yang lain turun untuk sarapan?" "30 menit lagi mereka akan segera keluar dari kamar. Jika lebih dari jam itu, saya akan mendatangi kamar mereka untuk menanyakannya." "Ahh kalau begitu, saya boleh bantu tidak?" "Sebaiknya jangan, Nona. Akan lebih baik jika anda menunggu yang lain saja. Silahkan duduk, saya akan membuatkan anda susu," ujar Pak Darto menunjuk kursi tempat Adelia seharusnya duduk. "Terima kasih, Pak." Adelia yang merasa asing dan canggung berusaha mengontrol diri. "Panggil saya jika anda butuh sesuatu," sambung Pak Darto masih tak merubah mimik wajahnya dan berlalu. Adelia menghabiskan susunya yang dibawakan oleh salah satu pelayan dan memainkan ponselnya sembari menunggu yang lain turun. Tak berapa lama Raja turun lebih dulu seperti biasa dengan wajah coolnya. Sejenak Adelia mengagumi pria yang saat ini duduk di hadapannya tanpa menyapanya. Raja sadar bahwa Adelia terus memperhatikannya, namun Raja pura-pura tidak tau sambil sesekali melirik jam tangannya. "Pak Darto, panggil yang lain turun!" Raja memanggil Pak Darto dan menyuruhnya memanggil yang lain turun. "Baik, Tuan!" Pak Darto segera datang saat Raja memanggilnya dan hendak bergegas menuju kamar Yola. Tapi sebelum itu Adelia memanggil Pak Darto dan menghentikannya. "Pak Darto, sebentar. Biar saya aja," ujar Adel yang tanpa menunggu jawaban langsung berlari secepat kilat sembari mengangkat rok sekolahnya yang panjang menaiki anak tangga dan menghilang. Pak Darto dan Raja sama-sama heran dan terkejut melihat kelincahan Adelia yang seperti tidak mengenal rasa takut. Tok ... Tok ... Tok ... Adelia mengetuk pintu kamar Yola sedang Yola masih berusaha membujuk bayi besarnya yang sedang merajuk untuk segera mandi. Yola membuka sedikit pintu dan mengeluarkan kepalanya. "Ada apa, Del?" "Mama ayo turun sarapan," ajak Adelia penasaran. "Hmm bilang sama yang lain duluan ya, Sayang. Mama masih harus mengurus Papa kamu. Jangan lupa suru Raden antar kamu sekolah, oke?" "Oke, Ma." Yola langsung menutup pintu saat Adelia mengatakan 'oke'. Sekarang Adelia harus memanggil suaminya juga. Adelia menghela nafas karena sampai kini Adelia masih saja takut pada Raden. Adelia membuka pintu kamarnya dan melihat Raden sudah selesai memakai pakaian kerjanya. Adelia bisa sedikit lega kali ini. Adelia hendak berbalik namun Raden yang lebih dulu melihatnya memanggilnya. "Hei, anak kecil. Mulai besok belajarlah untuk menyiapkan pakaian untukku!" Adelia yang terkejut kemudian berbalik dan mengiyakan ucapan Raden. "Baik," singkat Adelia yang buru-buru keluar dari kamar dan bergegas turun. Raden terkekeh melihat respon Adelia yang lucu. "Seru juga nih, aku punya mainan baru untuk menghilangkan rasa bosanku." Raden bermonolog. Raja dan Adel telah selesai sarapan lebih dulu sedang Raden baru saja akan duduk. Adelia melihat jam tangannya dan menjadi murung setelahnya. Ternyata Adelia sudah terlambat untuk pergi ke sekolah. Raja yang mengerti keadaan Adel menawarkan diri untuk mengantar Adelia sekolah dan disetujui oleh Raden karena Raja sudah selesai sarapan bersamaan dengan Adel. "Tuan Muda, saya akan mengantar Nona Adelia pergi sekolah. Saya rasa Nona akan terlambat," ujar Raja segera berdiri dan mengambil kunci mobil dari saku celananya. "Silahkan. Bagus juga ada kamu di sini, Ja." Raden seakan tak perduli dengan urusan sekolah Adelia dan itu membuat Raja menjadi kesal pada Raden.Raja mulai menikmati waktunya saat ini bersama Kania dengan saling menyalurkan hasrat yang sempat tertahan sebelumnya.Tanpa melepas panggutannya Raja mulai membuka kancing baju Kania satu persatu. Kania yang kaget hanya tersentak sejenak dan melepaskan panggutan mereka namun kembali menyesap menikmati manisnya bibir Raja sembari memejamkan mata.Selesai dengan pemanasan singkat, Raja membawa Kania masuk ke dalam kamar dengan menggendongnya dari arah depan sedang Kania menyilangkan kakinya di punggung Raja untuk melanjutkan aktivitas halalnya.Raja membaringkan tubuh Kania dengan lembut ke atas ranjang dan mulai mengungkung Kania.Kania mulai bergetar geli saat bibir Raja berjalan dari dagunya ke leher lalu berhenti di atas gunung kembar milik Kania dan Raja bisa merasakan getaran tak biasa itu.Kania memejamkan mata sembari mwnggigit bibir bawahnya menikmati setiap sentuhan yang Raja berikan padanya.Tubuh Kania kini menggelinjang tegang dengan dada membusung saat tangan Raja dengan
"Yasudah, kamu tunggu disini. Aku akan segera kembali membawa makanan dan juga pakaian untukmu." Raja segera berlalu setelah memakai kembali pakaiannya dan meninggalkan Kania sendirian di dalam kamar hanya dengan handuk."Oke," singkat Kania membenarkan posisi handuknya.Kania tidak tahu harus memanggil Raja dengan sebutan apa sekarang karena sebelumnya Raja memarahinya karena masih menggunakan panggilan secara formal pada Raja.Sembari menunggu Raja datang, Kania keluar dari kamarnya masih dengan menggunakan handuk untuk melihat-lihat isi rumah yang tidak begitu besar tersebut."Apa yang kamu lakukan?" tanya Raja yang muncul tiba-tiba di belakang Kania dan mengejutkan Kania yang asik melihat-lihat lukisan yang terpajang di sekitar kamar."Ah itu, aku, aku cuman lihat-lihat aja kok." Kania yang kaget pun menjawab sembari tergagap."Ambil, ini pakaianmu. Aku akan menyiapkan makanan." Raja menyerahkan sebuah kantung tas berisi pakaian baru yang baru Raja beli di toko terdekat untuk Kani
Setelah acara doa selesai, Kania dan Raja menandatangi semua berkas dan juga buku nikah mereka yang diurus secara kilat dan express oleh anak buah Raja.Kini Raja dan Kania telah resmi menjadi sepasang suami dan istri. Dan orang tua Kania berarti juga akan menjadi orang tua Raja.Setelah semua acara selesai, Kania dan Raja serta Burhan dan Sulis berpisah karena Raja dengan terang-terangan ini berduaan dengan Kania."Bapak, Ibuk, anak buah Raja nanti akan bawa Bapak dan Ibuk ke rumah Raja yang baru. Di sana belum ada orang, jadi itu kesempatan untuk Bapak dan Ibuk untuk beradaptasi. Saya dan Kania akan berada di sini untuk malam ini dan akan menyusul besok. Oke?" Raja menjelaskan."Baiklah, Nak." Burhan dan Sulis menjawab sembari menahan tawa sedang Kania bersemu merah."Hati-hati ya, Pak, Buk." Kania mencium tangan kedua orang tuanya yang hendak berangkat.Anak buah Raja membawa Burhan dan Sulis ke Jakarta tepatnya di rumah baru Raja yang belum dihuni oleh siapapun.Sedang Raja kembal
"Hmm, kamu sangat polos atau bodoh? Atau, apakah kamu berpura-pura?"Raja menarik kedua tangan Kania ke pinggangnya dan mulai menempelkan bibirnya ke bibir hangat Kania.Kania yang kaget juga takut, memaksa agar Raja melepaskan tangannya.Plakkk!Satu tamparan mendarat ke wajah dingin Raja dari Kania."Maaf!" Kania perlahan berjalan menjauh dan hendak kabur karena takut Raja akan berbuat tak senonoh padanya dan Kania tidak ingin hal itu terjadi."Pergilah, maka aku akan menyiksa keluargamu!" Kania terhenti saat mendengar ancaman Raja yang sangat menakutkan.Rasanya Raja yang saat ini sedang bersama dengan Kania bukanlah Raja yang biasa, Raja yang membuat Kania kagum padanya.Saat ini Kania telah kehilangan perasaan bangga dan takjubnya pada Raja dan berubah menjadi perasaan kesal dan juga takut."Jangan, aku mohon ...." Kania kembali dan memohon di bawah kaki Raja."Itu tergantung bagaimana perlakuanmu terhadapku!""Aku akan menuruti anda, tapi jangan dengan hal ini." Kania memelas de
Raja membawa Kania dan keluarganya ke sebuah tempat. Bukan mereka, tapi hanya Burhan dan Sulis.Raja meminta anak buahnya yang mengikuti mobilnya dari belakang agar membawa Burhan dan Sulis ke sebuah penginapan yang masih berada di sekitar Bandung sedang Raja membawa Kania ke tempat berbeda.Sedang anak buah Pak Darto pergi mendatangi rumah Pak Darto dan memberi kabar jika ada sebuah komplotan yang menyerang mereka dan menculik Kania serta keluarganya.Pak Darto yang murka setelah mendengar laporan anak buahnya mulai mengepalkan tinjunya, mengeraskan rahangnya dan memukuli anak buahnya."Dasar kalian bodoh! Gak becus! Cari sampai ketemu siapa orang yang berani membawa calon istriku! Siapa yang berani menantangku?" Pak Darto mengamuk dan menghancurkan barang-barang di rumahnya dan membuat kedua istrinya ketakutan.Pak Darto segera berganti pakaian untuk mendatangi rumah Kania dan mencari tahu apa yang telah terjadi beberapa jam yang lalu."Pasti pria sombong itu yang membawa calon istr
Clara menoleh ke arah terakhir kali Clara melihat Ameera dan Steve bermain. Clara kebingungan dan mulai berjalan mendekati ke arah odong-odong yang tadi Ameera dan Steve naiki.Seketika kepanikan Clara menyerang saat tidak dapat menemukan Ameera dan Steve di sekitar odong-odong ataupun mereka.Clara berbalik dengan wajah paniknya dan membuat Niko juga panik."Sayang, anak-anak gak ada. Tadi mereka di sini." Clara menarik tangan Niko ke arah odong-odong yang tadi Ameera dan Steve naiki."Maksud kamu gak ada gimana, Sayang?" Niko bergegas menyisir pandangan untuk mencari Ameera dan Steve."Sayang, dimana mereka?""Ayo coba kita cari. Tenang, Sayang. Tolong tenang, jangan panik." Niko berusaha menemangkan Clara walau dirinya juga sebenarnya panik.Di sini, Niko dan Clara panik karena kehilangan Ameera dan Niko sedang di tempat lain, Raja sibuk dengan masalah Kania.Dari kejauhan Raja memantau Pak Darto dan anak buahnya mendatangi rumah Kania dengan membawa beberapa gaun dan juga perhiasa