Home / Pendekar / Taring Putih Dari Barat / 02. Kisah Teragis Di Balik Monster Balang

Share

02. Kisah Teragis Di Balik Monster Balang

Author: Ampas tahu
last update Last Updated: 2022-03-10 12:22:41

langit sudah makin gelap, siang sudah benar-benar berganti menjadi malam. Suatu tempat di area pegunungan. Sosok besar yang kini sudah tampak samar-samar mulai berjalan dengan perlahan.

Sosok besar itu merupakan monster yang diyakini sebagai makhluk penjaga gunung. 

Itu adalah monster balang! 

(ps: balang sendiri adalah bahasa minang untuk belang, yaitu corak yang ada di tubuh harimau)

Gadis yang sedari tadi sudah ketakutan, kini hanya bisa pasrah. Dia tidak pernah membayangkan bahwa setelah dia selamat dari para bandit yang bejat itu, kini dia terjerat oleh makhluk monster yang tampak menyeramkan. Entah mimpi apa dia semalam mendapatkan musibah yang bertubi-tubi.

Gadis itu hanya bisa terduduk pasrah melihat sosok besar itu menghampirinya dengan perlahan. Tubuh gadis itu sudah lama tidak berfungsi karena terlalu panik.

Dengan tanpa pemberitahuan sama sekali, sosok besar yang tadinya berjalan ringan tanpa suara, kini akhirnya melompat dan mengaum.

“Aummm!” 

Dengan sangat terkejut gadis itu bereaksi menutup matanya karena reflek ketakutan.

“ ... ”

Keheningan pun terjadi setelah suara raungan monster itu terdengar.

Gunung itu Kembali sunyi dan tenang seperti tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.

Di Sisi lain, gadis itu tiba-tiba tersadar. Kepalanya masih berada di tempat yang seharusnya.

Dia tidak mati!

Memegang kepalanya, kemudian melihat seluruh anggota badanya dengan canggung. Gadis itu menjadi sangat bersyukur.

“Benar! jelas itu adalah penjaga gunung. Dia pasti tau mana baik dan yang jahat,” katanya dengan senang setelah selamat dari musibah yang mengerikan itu.

Sosok gadis itu kini merapikan pakaiannya yang sudah tidak berbentuk, sebelum pergi meninggalkan area gunung.

***

“Huhh, berapa lama lagi aku harus terjebak di dalam tubuh harimau gendut ini,” kata sosok itu cukup keras di depan sebuah sungai.

Di bawah sinar bulan, air sungai menjadi sangat cantik dan indah. Pantulan dari air sungai itu menunjukkan sosok yang sangat besar dan agung.

Itu adalah monster balang!

“Cih gara-gara kakek tua ubanan itu aku jadi begini,” keluh sosok itu sekali lagi.

Sembari menatap bulan dari pantulan air sungai, sosok agung itu mengingat masa lalunya.

Dia adalah Surya, seorang anak petani biasa dari salah satu desa terpencil di daerah barat daratan Suma tara jiwa. Hidupnya cukup baik pada awalnya. Ayah dan ibunya menjadi petani di ladang sembari ayahnya sesekali bekerja sebagai seorang pandai besi.

Meskipun terkesan sederhana, Surya tidak pernah mengeluh karena jelas keluarga adalah kunci kebahagiannya. Seperti anak usia 10 tahun lainnya, Surya sangat aktif dan periang. Dia sangat suka untuk bermain main di sawah. Dia akan selalu menjadi anak kecil yang paling heboh Ketika ada kegiatan pacu jawi.

(ps: Pacu jawi adalah kegiatan tradisional masyarakat minang sebelum musim tanam padi. Kegiatan ini dilakukan oleh beberapa joki yang menaiki alat bajak yang telah dikaitkan ke sepasang sapi untuk bertempur mengadu kecepatan.)

Namun semua kebahagiaan dan kehangatan yang dirasakan Surya tiba tiba hancur. Kejadian itu semua diawali karena penjarahan yang dilakukan oleh sekelompok orang tidak dikenal. Seluruh penduduk desa itu di bantai dengan sangat kejam.

Surya sendiri yang masih anak-anak saat itu didorong oleh ayahnya untuk masuk ke dalam sumur. Semetara itu, ayah dan ibunya jelas jelas terbunuh di hadapanya. Dengan itu, hanya Surya lah satu satunya penduduk desa yang selamat.

selang beberapa saat, Surya entah bagaimana ditemukan oleh seorang kakek-kakek yang tampak halus dan rapuh. Sosok itu tampak sangat misterius dan juga terlihat penyayang secara bersamaan.

Setelah beberapa hari terbaring lemas, surya pun terbangun. dia merasa asing dengan tempat ini. tempat yang kini Surya tempati adalah sebuah gua, gua itu tidak terlalu besar, namun cukup untuk menampung 4 orang di dalamnya.

Merasa tidak akrab dengan tempat di mana dia terbangun, Surya pun berniat untuk menggerakkan kaki dan anggota tubuh lainnya untuk beranjak pergi.

“Ahhhh,” lirih Surya kesakitan.

Mendengar suara kesakitan yang keluar dari mulut Surya, sebuah suara tiba tiba terdengar.

“Apakah dirimu sudah bangun anak muda?”

Tiba tiba sosok kakek yang rapuh muncul tepat di hadapannya entah dari mana.

“Ehh!?” Surya pun kaget dan mulai ketakutan.

Dia hanya bisa menggerakkan kepalanya menjauh karena bagian tubuh lainnya masih dalam keadaan terluka.

Postur itu terlihat lucu dan menggelikan!

“Hmm ... Tampaknya cukup baik.” Kakek tua itu memukul mukul dan mengecek tubu Surya dengan cara yang cukup kasar tanpa memperdulikan rintihan menyedihkan dari bocah itu.

“Uhh”

“Ahhh sakit sakit”

“Hmm, ini sebenarnya sembuh hanya dalam waktu seminggu,” berkata dengan ekspresi serius sembari mengelus elus jenggot putihnya yang panjang.

“Apa seminggu?” Surya langsung kaget dengan pernyataan acak dari kakek itu.

“Apakah aku sudah terbaring menjadi tak berguna dalam seminggu ini?” tanya Surya dalam hati karena tidak percaya.

Dengan sangat cemas bocah itu pun teringat akan sesuatu.

“lalu keluarga ku— “

“Mereka semua sudah meninggal, hanya kau lah yang satu-satunya yang selamat,” kata kakek itu dengan penuh penyesalan.

Mendengar sebuah pernyataan yang tidak siap untuk diterimanya, Surya pun berteriak dengan marah.

“Tidak mungkin, ayah ... Ibu.”

“Tidak Tidak kau pasti berbohong kakek tua!”

“Orang tua ku tidak akan mati!”  berteriak tidak percaya.

“Uuuuuuuuuuu Ayah ... Ibu ... Paman ... Bibi... Penduduk desa.”

Suara tangis yang cukup riuh pun memenuhi gua sunyi itu. air mata yang berlinang, dan cairan yang berkumpul di hidungnya yang kini mulai menggumpal. Membuat anak itu menangis dengan suara serak tersedu-sedu.

Dia tidak siap untuk mengalami hal ini.

Sementara Surya masih dalam suasana hati yang buruk, kakek tua itu hanya bisa memaklumi emosi bocah malang itu yang meluap luap. Kakek itu hanya bisa keluar dari ruang gua untuk memberikan Surya ruang untuk mengekspresikan kesedihannya itu.

Beberapa hari kemudian pemuda yang terbaring lemas itu pun tidak lagi memiliki api kehidupan di matanya. Tubuhnya makin membaik dari hari ke hari, namun tidak untuk jiwanya. Tatapan kosong menjelaskan kehampaan dirinya saat ini.

Apa yang akan dia lakukan sekarang dan seterusnya?

Keluarganya sudah tiada, dia juga baru berusia 10 tahun saat itu.

Bukankah dunia ini sangat kejam?

“Aku ingin mati saja, tidak ada lagi yang bisa ku lakukan di dunia ini,” lirihnya dengan sedih.

Sementara Surya berpikir pesimis dari hari ke hari, kakek tua yang sebelumnya selalu saja merawat Surya dengan baik setiap hari. Surya bahkan tidak pernah tau mengapa sosok kakek ini begitu baik padanya.

Surya ingin menolak setiap makanan yang diberikan oleh kakek tua itu kepadanya. Namun dia sama sekali tidak berdaya. Tangan yang lumpuh dan juga seluruh anggota tubuhnya yang terluka hanya bisa terdiam saat mulutnya di paksa untuk mengunyah makanan.

“Bukankah kakek ini terlalu berlebihan ?” Surya sedikit kesal dengan perlakukan kakek tua itu.

Dia akan selalu datang tepat waktu untuk memberikan Surya makanan. Surya akan melihatnya tiga kali sehari, dia tidak pernah tau kemana kakek tua itu pergi setelah memberinya makan.

Setelah satu bulan lebih, Surya akhirnya bisa berjalan. Tubuhnya kian membaik. Dia sudah bisa melakukan kegiatan kegiatan normal.

“Baiklah hari ini adalah hari yang aku tunggu-tunggu. Aku akan bisa bertemu ayah dan ibu.”

Dengan sangat bertekad Surya pun berjalan ke suatu arah. Dia berjalan dengan sedikit canggung karena tubuhnya masih dalam kondisi yang kurang sehat. 

Setelah beberapa saat, barulah Surya sampai ke tempat yang dituju. Itu adalah tebing yang  sangat curam. Ada jurang yang dalam di hadapannya kini, Bahkan setelah melihat ke bawah, Surya sendiri tidak dapat melihat dasarnya.

Memantapkan diri dengan menutup mata, bocah itu pun berlari ke arah jurang sembari berkata dalam hati.

“ayah, ibu, aku datang. tunggu aku di surga”

Surya pun terjun bebas ke arah jurang!

Ampas tahu

hai semuanya, apa kabar? gimana bab kali ini? semoga menghibur ya!! || Perhatian!!!, novel ini hanya karangan dan imajinasi author. jadi jangan menganggap serius dan melakukan hal hal yang ada di dalam cerita ini secara sadar, karena itu akan membahayakan kamu dan orang di sekitarmu || terima kasih semuanya atas perhatiannya 😘😘😘.

| 1
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Nabot Lumbanraja
putus asa anak ini
goodnovel comment avatar
Fahmi
Bocah itu berlari kearah jurang
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Taring Putih Dari Barat   380. Kesakitan

    “Argh!!!”Seorang pemuda berbadan tegap kini tengah meringkuk buruk di tanah. Sosok itu terus saja bergetar dengan hebat seolah tak terima atas rasa sakit yang dirasakannya.Badan tubuh sosok pemuda tegap itu menegang dengan warna merah merona seperti kepiting rebus yang telah dimasak dalam waktu yang lama.Urat-urat tubuhnya yang sudah menonjol sejak awal kini mulai menggeliat seperti cacing yang menginvasi daging di bawah kulitnya.Semakin lama Surya meringkuk dengan gelisah di tanah, semakin pula rasa sakit yang aneh itu menyiksa tubuhnya.Samar-samar Surya menebak bahwa hal yang telah muncul di punggung tangannya adalah sebuah masalah yang dihasilkan setelah dia bersentuhan dengan mayat milik Abar sebelumnya.Hanya pemuda itulah yang terkait dengan beruang, dengan ini, tato beruang yang muncul di punggung tangan Surya jelas berasal darinya.Dengan ini Surya sedikit merasa pahit di mulutnya, dia menyesal karena telah terlalu serakah menjarah mayat pihak lain sebelumnya.Namun meski

  • Taring Putih Dari Barat   379. Tato Misterius

    Surya yang telah begitu susah payah melawan kelompok organisasi kejam sebelumnya sama sekali tak ingin merugi.Pemuda yang memiliki badan kokoh itu langsung saja bergerak maju ke arah badan mayat kelompok orang yang telah dibunuhnya sebelumnya.Hal itu terus saja berlanjut hingga akhirnya Surya sampai di tubuh Abar yang tanpa kepala.Dengan pergerakan ringan, Surya langsung saja menggeledah tubuh pihak lain tanpa sedikitpun sopan santun.Pada awalnya Surya bisa mencari dengan begitu mudahnya seolah tengah melakukan hal yang remeh, namun beberapa saat kemudian, ada sebuah gejolak aneh yang muncul dari tubuh tanpa kepala milik Abar.Surya yang begitu dekat dengan tubuh pihak lain merasakan Krisis yang aneh.Pemuda itu sama sekali tak percaya bahwa mayat tanpa kepala itu bisa mengancam Surya, namun seiring berjalannya waktu, perasaan mencekam dan krisis itu teru saja menebal membuat Surya tak enak hati.Surya akhirnya menjauh karena dia ingat bahwa instingnya begitu jarang memiliki kesal

  • Taring Putih Dari Barat   378. Pembunuhan

    “Badum… badum… badum…” Suara detak jantung yang begitu keras terdengar di dada seorang pemuda kacau. Sosok pemuda itu tak lain adalah Abar yang tengah melihat ke arah seorang pria yang memiliki usia yang hampir sama dengannya. Abar melihat pihak lain dengan begitu takut seolah pihak lain telah menanamkan trauma mendalam kepadanya. Tubuh abar begitu layu, ingin sekali meleleh dan jatuh ke tanah meskipun dia sudah terduduk dengan kacau sekarang. “Tuk tak tuk…” Suara langkah kaki yang pelan dan ringan terdengar seperti teriakan monster di telinga Abar, pemuda kacau itu terus saja menyusut saat suara langkah kaki yang ringan itu semakin jelas di telinganya. Abar bisa melihat dengan jelas senyum hangat dari pemuda tegap yang tengah berjalan ke arahnya. Meskipun terlihat begitu bersahabat, entah mengapa Abar begitu enggan melihat senyum cerah yang ditampilkan oleh pihak lain. Hal ini terus saja membuat Abar frustasi, karena putus asa, pemuda kacau itu mulai membuka mulut untuk bersua

  • Taring Putih Dari Barat   377. Ketakutan  

    “Swoosh~” “Dum… dum… dum…” Suara ricuh terus saja bermunculan saat dua telapak tangan yang mirip saling berbenturan. Kedua telapak tangan dari dua belah pihak itu tampak mirip namun berbeda. Hal ini seolah telapak tangan itu milik dua orang yang bersaudara. “Bahkan kekuatannya sama!” teriak Kakhi berseru kaget. Kakhi pada awalnya berpikir bahwa dia sedang berhalusinasi. Bagaimana bisa musuh yang belum pernah ditemui bisa menggunakan serangan yang mirip bahkan hampir sama dengan serangan yang telah didapat kelompoknya. Namun sekarang, setelah kakhi melihat dengan jelas aura dan juga dampak serangan, sosok itu hanya bisa bertanya dalam hati. “Apa maksud conqu suci? Apakah kita sedang dipermainkan?” katanya kesal menatap kedepan. Kedua raksasa besar itu terus saja beradu, mereka begitu sengit karena memiliki kekuatan yang hampir sama, namun meskipun begitu tetap saja ada celah kecil antara kekuatan keduanya. Di saat seperti ini, perbedaan yang sangat kecil sekalipun bisa berdampak

  • Taring Putih Dari Barat    376. Konfrontasi Langsung 

    Serangan demi serangan mulai bergerak dengan indah dan kacau menuju ke satu arah, bersamamaan dengan kilau-kilau yang memukau itu, sejumlah besar suara ricuh mulai mengacaukan are sekitar. Seolah sebuah badai akan terjadi, debu-debu dan pepohonan di sekitar mulai terangkat akibat momentum yang diciptakan. Sekelompok orang yang tampak menyerang dengan sembarangan itu kini membentuk sebuah pola yang rumit namun beraturan. Kelompok itu kini melakukan serangan formasi yang telah mereka latih sebelumnya, kini bahkan momentum yang ditunjukkan kelompok orang itu benar-benar seperti monster kuno yang menakutkan. Surya yang melihat hal ini dari kejauhan jelas takjub dan juga terkejut, dia tak pernah membayangkan akan melihat hal yang begitu hebat menyerang ke arahnya. Samar-samar ada gambaran seorang laki-laki putih bersih dengan sepasang sayap indah yang mulai menerjang ke arah Surya. Hal itu terlihat sangat kuat! Namun meskipun begitu, Surya sama sekali tak mengendur. Pemuda berbadan t

  • Taring Putih Dari Barat   375. Serang!

    “Swosh!”Suara deru angin mulai terdengar saat seorang pemuda melesat dengan kencang menuju ke satu arah.Setelah beberapa saat melesat, sebuah suara benda jatuh mulai terdengar di telinga sekelompok orang di sekitar.“Pluk.”Suara itu tidak begitu besar dan juga sangat terendam, namun meskipun begitu, suara jatuhan itu bisa didengar dengan jelas oleh setiap orang.Kelompok yang sudah lama terpaku melihat ke arah belakang mereka hanya bisa menajamkan mata seolah tak percaya.Sosok yang membawa Abar di tempat ini telah benar-benar kehilangan kepala, di sebelah Abar hanya menyisakan seorang sosok tanpa kepala.“Pluk!”Seolah batu kecil yang bisa membuat seluruh gunung es menjadi longsor, suara kecil jatuhan yang baru saja terdengar itu membuat hati setiap orang yang ada di area sekitar menjadi runtuh.Suara terjatuh itu jelas berasal dari tubuh tanpa kepala sebelumnya.Abar yang juga tersadar akan hal ini hanya bisa melihat ke arah mayat tanpa kepala yang ada di dekatnya dengan tatapn t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status