langit sudah makin gelap, siang sudah benar-benar berganti menjadi malam. Suatu tempat di area pegunungan. Sosok besar yang kini sudah tampak samar-samar mulai berjalan dengan perlahan.
Sosok besar itu merupakan monster yang diyakini sebagai makhluk penjaga gunung.
Itu adalah monster balang!
(ps: balang sendiri adalah bahasa minang untuk belang, yaitu corak yang ada di tubuh harimau)
Gadis yang sedari tadi sudah ketakutan, kini hanya bisa pasrah. Dia tidak pernah membayangkan bahwa setelah dia selamat dari para bandit yang bejat itu, kini dia terjerat oleh makhluk monster yang tampak menyeramkan. Entah mimpi apa dia semalam mendapatkan musibah yang bertubi-tubi.
Gadis itu hanya bisa terduduk pasrah melihat sosok besar itu menghampirinya dengan perlahan. Tubuh gadis itu sudah lama tidak berfungsi karena terlalu panik.
Dengan tanpa pemberitahuan sama sekali, sosok besar yang tadinya berjalan ringan tanpa suara, kini akhirnya melompat dan mengaum.
“Aummm!”
Dengan sangat terkejut gadis itu bereaksi menutup matanya karena reflek ketakutan.
“ ... ”
Keheningan pun terjadi setelah suara raungan monster itu terdengar.
Gunung itu Kembali sunyi dan tenang seperti tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.
Di Sisi lain, gadis itu tiba-tiba tersadar. Kepalanya masih berada di tempat yang seharusnya.
Dia tidak mati!
Memegang kepalanya, kemudian melihat seluruh anggota badanya dengan canggung. Gadis itu menjadi sangat bersyukur.
“Benar! jelas itu adalah penjaga gunung. Dia pasti tau mana baik dan yang jahat,” katanya dengan senang setelah selamat dari musibah yang mengerikan itu.
Sosok gadis itu kini merapikan pakaiannya yang sudah tidak berbentuk, sebelum pergi meninggalkan area gunung.
***
“Huhh, berapa lama lagi aku harus terjebak di dalam tubuh harimau gendut ini,” kata sosok itu cukup keras di depan sebuah sungai.
Di bawah sinar bulan, air sungai menjadi sangat cantik dan indah. Pantulan dari air sungai itu menunjukkan sosok yang sangat besar dan agung.
Itu adalah monster balang!
“Cih gara-gara kakek tua ubanan itu aku jadi begini,” keluh sosok itu sekali lagi.
Sembari menatap bulan dari pantulan air sungai, sosok agung itu mengingat masa lalunya.
Dia adalah Surya, seorang anak petani biasa dari salah satu desa terpencil di daerah barat daratan Suma tara jiwa. Hidupnya cukup baik pada awalnya. Ayah dan ibunya menjadi petani di ladang sembari ayahnya sesekali bekerja sebagai seorang pandai besi.
Meskipun terkesan sederhana, Surya tidak pernah mengeluh karena jelas keluarga adalah kunci kebahagiannya. Seperti anak usia 10 tahun lainnya, Surya sangat aktif dan periang. Dia sangat suka untuk bermain main di sawah. Dia akan selalu menjadi anak kecil yang paling heboh Ketika ada kegiatan pacu jawi.
(ps: Pacu jawi adalah kegiatan tradisional masyarakat minang sebelum musim tanam padi. Kegiatan ini dilakukan oleh beberapa joki yang menaiki alat bajak yang telah dikaitkan ke sepasang sapi untuk bertempur mengadu kecepatan.)
Namun semua kebahagiaan dan kehangatan yang dirasakan Surya tiba tiba hancur. Kejadian itu semua diawali karena penjarahan yang dilakukan oleh sekelompok orang tidak dikenal. Seluruh penduduk desa itu di bantai dengan sangat kejam.
Surya sendiri yang masih anak-anak saat itu didorong oleh ayahnya untuk masuk ke dalam sumur. Semetara itu, ayah dan ibunya jelas jelas terbunuh di hadapanya. Dengan itu, hanya Surya lah satu satunya penduduk desa yang selamat.
selang beberapa saat, Surya entah bagaimana ditemukan oleh seorang kakek-kakek yang tampak halus dan rapuh. Sosok itu tampak sangat misterius dan juga terlihat penyayang secara bersamaan.
Setelah beberapa hari terbaring lemas, surya pun terbangun. dia merasa asing dengan tempat ini. tempat yang kini Surya tempati adalah sebuah gua, gua itu tidak terlalu besar, namun cukup untuk menampung 4 orang di dalamnya.
Merasa tidak akrab dengan tempat di mana dia terbangun, Surya pun berniat untuk menggerakkan kaki dan anggota tubuh lainnya untuk beranjak pergi.
“Ahhhh,” lirih Surya kesakitan.
Mendengar suara kesakitan yang keluar dari mulut Surya, sebuah suara tiba tiba terdengar.
“Apakah dirimu sudah bangun anak muda?”
Tiba tiba sosok kakek yang rapuh muncul tepat di hadapannya entah dari mana.
“Ehh!?” Surya pun kaget dan mulai ketakutan.
Dia hanya bisa menggerakkan kepalanya menjauh karena bagian tubuh lainnya masih dalam keadaan terluka.
Postur itu terlihat lucu dan menggelikan!
“Hmm ... Tampaknya cukup baik.” Kakek tua itu memukul mukul dan mengecek tubu Surya dengan cara yang cukup kasar tanpa memperdulikan rintihan menyedihkan dari bocah itu.
“Uhh”
“Ahhh sakit sakit”
“Hmm, ini sebenarnya sembuh hanya dalam waktu seminggu,” berkata dengan ekspresi serius sembari mengelus elus jenggot putihnya yang panjang.
“Apa seminggu?” Surya langsung kaget dengan pernyataan acak dari kakek itu.
“Apakah aku sudah terbaring menjadi tak berguna dalam seminggu ini?” tanya Surya dalam hati karena tidak percaya.
Dengan sangat cemas bocah itu pun teringat akan sesuatu.
“lalu keluarga ku— “
“Mereka semua sudah meninggal, hanya kau lah yang satu-satunya yang selamat,” kata kakek itu dengan penuh penyesalan.
Mendengar sebuah pernyataan yang tidak siap untuk diterimanya, Surya pun berteriak dengan marah.
“Tidak mungkin, ayah ... Ibu.”
“Tidak Tidak kau pasti berbohong kakek tua!”
“Orang tua ku tidak akan mati!” berteriak tidak percaya.
“Uuuuuuuuuuu Ayah ... Ibu ... Paman ... Bibi... Penduduk desa.”
Suara tangis yang cukup riuh pun memenuhi gua sunyi itu. air mata yang berlinang, dan cairan yang berkumpul di hidungnya yang kini mulai menggumpal. Membuat anak itu menangis dengan suara serak tersedu-sedu.
Dia tidak siap untuk mengalami hal ini.
Sementara Surya masih dalam suasana hati yang buruk, kakek tua itu hanya bisa memaklumi emosi bocah malang itu yang meluap luap. Kakek itu hanya bisa keluar dari ruang gua untuk memberikan Surya ruang untuk mengekspresikan kesedihannya itu.
Beberapa hari kemudian pemuda yang terbaring lemas itu pun tidak lagi memiliki api kehidupan di matanya. Tubuhnya makin membaik dari hari ke hari, namun tidak untuk jiwanya. Tatapan kosong menjelaskan kehampaan dirinya saat ini.
Apa yang akan dia lakukan sekarang dan seterusnya?
Keluarganya sudah tiada, dia juga baru berusia 10 tahun saat itu.
Bukankah dunia ini sangat kejam?
“Aku ingin mati saja, tidak ada lagi yang bisa ku lakukan di dunia ini,” lirihnya dengan sedih.
Sementara Surya berpikir pesimis dari hari ke hari, kakek tua yang sebelumnya selalu saja merawat Surya dengan baik setiap hari. Surya bahkan tidak pernah tau mengapa sosok kakek ini begitu baik padanya.
Surya ingin menolak setiap makanan yang diberikan oleh kakek tua itu kepadanya. Namun dia sama sekali tidak berdaya. Tangan yang lumpuh dan juga seluruh anggota tubuhnya yang terluka hanya bisa terdiam saat mulutnya di paksa untuk mengunyah makanan.
“Bukankah kakek ini terlalu berlebihan ?” Surya sedikit kesal dengan perlakukan kakek tua itu.
Dia akan selalu datang tepat waktu untuk memberikan Surya makanan. Surya akan melihatnya tiga kali sehari, dia tidak pernah tau kemana kakek tua itu pergi setelah memberinya makan.
Setelah satu bulan lebih, Surya akhirnya bisa berjalan. Tubuhnya kian membaik. Dia sudah bisa melakukan kegiatan kegiatan normal.
“Baiklah hari ini adalah hari yang aku tunggu-tunggu. Aku akan bisa bertemu ayah dan ibu.”
Dengan sangat bertekad Surya pun berjalan ke suatu arah. Dia berjalan dengan sedikit canggung karena tubuhnya masih dalam kondisi yang kurang sehat.
Setelah beberapa saat, barulah Surya sampai ke tempat yang dituju. Itu adalah tebing yang sangat curam. Ada jurang yang dalam di hadapannya kini, Bahkan setelah melihat ke bawah, Surya sendiri tidak dapat melihat dasarnya.
Memantapkan diri dengan menutup mata, bocah itu pun berlari ke arah jurang sembari berkata dalam hati.
“ayah, ibu, aku datang. tunggu aku di surga”
Surya pun terjun bebas ke arah jurang!
hai semuanya, apa kabar? gimana bab kali ini? semoga menghibur ya!! || Perhatian!!!, novel ini hanya karangan dan imajinasi author. jadi jangan menganggap serius dan melakukan hal hal yang ada di dalam cerita ini secara sadar, karena itu akan membahayakan kamu dan orang di sekitarmu || terima kasih semuanya atas perhatiannya 😘😘😘.
Di sebuah tempat yang tidak diketahui, terlihat seorang bocah berusia 10 tahun sedang berlari ke suatu arah. Dapat dilihat bahwa ujung dari tujuan bocah itu adalah jurang yang sangat dalam. Bocah itu berniat untuk bunuh diri! Dengan perasaan halusinasi yang melegakan, bocah itu pun akhirnya melompat yang akhirnya jatuh di tengah jurang . Tidak ada jejak penyesalan di wajah bocah itu. yang dia tau adalah, dia akan bisa bertemu kedua orang tuanya setelah ini. Sungguh pemikiran yang sangat naif! Setelah beberapa saat merasakan udara sejuk di seluruh tubuhnya, bocah itupun akhirnya tersadar. “Apakah aku sudah berada di surga? Wow ini benar tidak terasa sakit!” Bocah itu pun sangat bersemangat karena berpikir bahwa dia sudah sampai di tempat yang dia tuju. Dengan perlahan bocah itu membuka matanya. Hal pertama kali yang di lihatnya adalah awan putih dan langit biru. Dia sudah sangat yakin bahwa dia sudah berada di surga. Namun satu hal yang membuatnya bingung. Dia masih terus jat
Di sebuah area dekat desa. Tampak sekelompok orang mulai lari berdatangan. “Mana harimaunya, mana?” “Iya di mana di mana?” Sekelompok orang yang mulai panik itu pun akhirnya berkumpul di suatu tempat sembari melihat ke satu arah. Seketika itu orang-orang di sekitar langsung diam dan mematung. Mereka sama sekali tidak siap untuk melihat sosok agung di hadapan mereka. Sosok oranye besar itu hanya duduk tegak melihat ke arah mereka. Tidak ada hal lain yang dilakukan monster besar itu. Setiap orang mulai mengidentifikasi makhluk di hadapan mereka. Mulai dari kepalanya yang besar, tubuhnya yang kekar, kaki kakinya yang panjang dan tampak kokoh, serta matanya yang sayu terlihat menyeramkan seperti seorang predator yang sedang melihat semut kecil yang bisa dia bunuh kapan saja. makhluk itu benar-benar monster! Sementar itu di sisi lain, Surya bingung apa yang harus dilakukannya sekarang. Orang-orang berteriak tentang harimau besar. Sehingga penduduk di Kawasan itu dapat mendengarnya
Pagi hari yang cerah di gunung agung, sinar matahari seolah menjadi penyemangat bagi setiap makhluk yang ada di area itu. tumbuhan mulai berfotosintesis, hewan-hewan mulai beraktifitas mencari makan. Tidak terkecuali Surya, sosok harimau penjaga gunung. Dengan berjalan ringan, Surya pun melenggak lenggok dengan angun layaknya anak kucing. “Huuuu, mengapa aku bangun sepagi ini? aku sangat bosan setiap hari karena hanya bisa mengitari Kawasan hutan di gunung ini” Keluhan Surya itu menjadi awal lamunannya mengingat kenangannya bersama kakek tua putih itu. *** “Hey anak muda jangan malas,” kata sosok kakek tua sembari memukul kaki Surya. “Ahhh ah aw, sakit dasar kakek tua,” rintih Surya sembari memegang kaki belianya. “Uhhhh, bukankah anak kecil harus diajarkan sopan santun saat berbicara dengan orang yang lebih tua” Pukulan demi pukulan dilancarkan oleh kakek itu menggunakan tongkat kayunya. Wajah kakek itu terlihat mencibir ke arah Surya. Sementara bocah kecil itu hanya bisa pas
Di dekat sungai gunung agung. Tampak harimau besar melihat ke satu arah dengan tatapan yang sangat tajam. tatapan itu seolah olah bisa mencabik- cabik tubuh sosok yang di tatapnya. Mengembangkan dadanya, harimau itu mengaum sekali lagi sebelum berlari ke arah orang-orang yang tampak berantakan itu. “AUMMM!!!” Lompatan panjang pun diambil, menerjang ke arah sekelompok orang itu. Sekelompok orang yang melihat kejadian itu hanya bisa diam membatu. Jelas kejadian itu menjadi akhir bagi kehidupan mereka. Monster yang ukuran tubuhnya hampir sama dengan gajah itu, bahkan bisa melompat dengan mudah layaknya tupai. “Crat cret crat.” Suara sayatan terdengar sebelum cairan berwarna merah mulai muncrat ke mana-mana. Tanah di sekitar kini berwarna merah kehitaman, beberapa kepala berserakan di tanah bersamaan dengan sejumlah tubuh yang sudah kaku terbaring lemas tak bernyawa. Sekelompok orang itu telah menjadi mayat hanya dalam waktu yang singkat. “Cihhh orang orang ini membuat ku semakin
Di sebuah sungai di bawah gunung agung, dapat dilihat sosok harimau besar sedang berenang menikmati keindahan alam. Dia tampak berenang secara alami menggunakan keempat kaki besarnya. Bulu bulunya yang mengkilap kini menjadi basah dan tampak cukup berat. “Huuuu, ini sangat segar, jika bukan karena kemunculan bandit bandit itu, aku akan malas berenang. Bulu bulu ku akan sulit kering dan berat badan ku menjadi bertambah,” keluhnya dengan kesal. Makhluk besar itu pun berenang kesana dan kemari beberapa kali, sampai pada akhirnya dia mengingat kembali kenangan yang pernah dia lakukan bersama si kakek tua. *** “Uhhhhh ini sangat dingin,” kata Surya kecil mengigil sembari memeluk ringan tubuhnya sendiri. “Jangan terlalu manja, mandi pagi dengan air dingin itu sehat,” jawab seorang kakek di hadapan surya. Mendengar perkataan dari kakek ubanan itu, surya hanya bisa diam sembari mengutuk dalam hati. “Sial, kini pelatihan macam apalagi yang harus aku lalui?” berkata dengan jijik. Namun s
Di sebuah sungai area hutan gunung agung, dapat dilihat sebuah pusaran yang cukup besar. Deburan air layaknya ombak terus mengelilingi poros dari pusaran itu. sosok harimau besar yang tampak gagah dengan tenang duduk di tengah-tengah poros tidak melakukan suatu. Sementara itu, tampak ada sosok mengerikan dengan tubuh yang besar sedang mengudara sebelum menghantamkan pedangnya ke pusat dari pusaran sungai itu. “BUMMMM!” Sebuah suara dahsyat pun tiba-tiba terdengar sebagai hasil dari hantaman pedang besar milik si bengis penjagal kidal. Sejumlah air mulai tumpah ke mana-mana, area di sekeliling sungai itu menjadi berantakan. Fenomena itu sangat dahsyat sampai membuat air sungai yang tadinya penuh kini menjadi sedikit surut. Penjagal kidal yang membelah menggunakan pedangnya itu sama sekali tidak mengenai apa pun. Namun jejak dari hantaman itu sangat dahsyat, sehingga timbul sebuah cekungan yang cukup dalam. Sementara itu, Surya sendiri selamat dari kejadian. Dia dengan tanpa sadar
Di sebuah tempat yang berantakan. Tampak seorang bertubuh besar sedang berdiri tegak sembari tertawa kegirangan. Sosok itu benar benar mengerikan, tawanya yang keras seperti menertawakan kesengsaraan orang yang berada di neraka. Sementara itu, tampak seekor harimau besar tergeletak lemas tidak jauh dari sosok penjagal kidal itu. Jelas harimau itu adalah Surya yang sudah dipukul dengan bodoh oleh si bengis penjagal kidal. Julukan itu bukan sebuah omong kosong! Dengan ringan sosok penjagal kidal itu berjalan ke arah Surya, dia sesekali berhenti hanya untuk tertawa. Setelah sampai di hadapan sosok harimau itu, penjagal kidal pun melihat tubuh Surya dengan seksama. Dia melihat luka luka sayatan di tubuh Surya dengan bangga. Ada semacam euforia tersendiri baginya setelah melihat kucing pengganggu ini terbaring lemah karenanya. Meskipun dia sedikit kesal karena luka-luka di tubuhnya, dia hanya bisa bersyukur. Dengan memegang lehernya yang terluka, sosok penjagal kidal itu bergumam. “A
Di suatu tempat yang benar-benar kacau. Tampak seorang bertubuh besar melayang di udara memegang gagang pedang dengan kedua tangannya. Sosok itu tampak sangat mengerikan dengan tubuh berwarna merah darah. Dengan menarik pedangnya ke belakang, sosok menyeramkan itu mulai membelah ke satu arah. “HeyyiAaaaa!” teriakan panjang terdengar Ketika sosok itu menebas. Surya yang sama sekali tidak siap hanya bisa membungkus dirinya dengan aura berwarna oranye. Dengan menaruh kedua tangannya kedepan, Surya berharap dia bisa menangkis serangan itu. Hanya dalam waktu singkat, tebasan dari penjagal kidal itu sudah menghantam tubuh Surya. Serangan ini benar-benar berbeda dari sebelumnya. Jelas ini 3 kali lebih kuat dari serangan sebelumnya. Surya mungkin akan benar benar tamat sekarang. “Siallll, ini sangat berat seperti aku sedang ditekan oleh sebuah gunung!” Tangan Surya dengan bergetar menahan serangan itu, bahkan kaki belakangnya harus menderita karena menopang tekanan yang cukup kuat, samp