Share

BAB 23

Author: Sang Penulis
last update Last Updated: 2024-12-18 10:29:20

Di sisi lain, Dimas mulai menyadari perubahan dalam sikap Emily. Ia bisa melihat bagaimana Emily sering melamun, terutama setelah berinteraksi dengan Mr. Whiteller. Suatu hari, Dimas memutuskan untuk berbicara dengan Emily. "Kau kelihatannya sedang memikirkan sesuatu, Em. Ada yang ingin kau ceritakan?" tanyanya saat mereka sedang makan siang bersama di kantin.

Emily terkejut dengan pertanyaan itu. "Tidak, aku baik-baik saja," jawabnya cepat sambil mencoba tersenyum.

"Tidak mungkin," balas Dimas sambil menatapnya tajam. "Aku mengenalmu cukup lama untuk tahu kalau kau sedang menyembunyikan sesuatu."

Emily menghela napas. "Aku hanya... bingung, Dim. Mr. Whiteller terlalu perhatian padaku akhir-akhir ini, dan aku tidak tahu harus bagaimana."

Dimas terdiam sejenak, lalu tersenyum kecil. "Kau suka dia, ya?" tanyanya dengan nada bercanda, meski ada sedikit kekhawatiran di matanya.

Emily langsung menggeleng cepat. "Tidak, tidak seperti itu. Aku hanya tidak ingin perhatian itu membuat orang la
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 24

    "Are you okay, Em?" tanya Dimas tiba-tiba, tepat setelah Emily keluar dari kamarnyaEmily hanya mengangguk kecil. "I'm okay, Dim," jawabnya. Namun, pandangannya langsung tertuju pada Leni yang sedang sibuk membuat sarapan di dapur. Tanpa ragu, Emily menembaknya dengan sebuah pertanyaan yang tajam."Apa kerjaan kemarin ulahmu, Len?" tanya Emily serius.Leni yang sedang mengaduk kopi di tangannya berhenti sejenak, lalu menoleh. "Atas dasar apa menuduhku?" jawab Leni dengan nada datar, tetapi jelas mengandung ketidaksenangan.Emily mendekat, matanya penuh dengan emosi yang ditahan. "Saat itu, di klinik, hanya ada aku, Dimas, dan Mr. Whiteller. Kamu tahu aku terjatuh, tapi kamu tidak ada di sana. Bisa saja kamu memfoto kami diam-diam, lalu menyebarkannya," cecarnya dengan nada yang mulai meninggi."Wow..." Leni tertawa sinis sambil memiringkan kepalanya. "Kau menuduhku?" ucapnya, kali ini terdengar jelas nada ketidaksukaannya."Karena hanya kamu yang selalu mengusikku," balas Emily tanpa

    Last Updated : 2024-12-19
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 25

    "Jadi, kemana sebenarnya kau mau membawaku?" tanya Emily sambil melipat tangannya, menatap Amore dengan mata menyipit."Taman hiburan," jawab Amore santai."Kemarin kau bilang ingin menunjukkan sesuatu. Menunjukkan apa di taman hiburan?" balas Emily curiga."Tak ada, hanya ingin bermain saja," ucap Amore sambil mengangkat bahu dengan senyuman kecil.Emily yang mendengar itu hanya menghela napas panjang, pasrah. "Baiklah...," gumamnya,Setibanya di taman hiburan, suasana langsung berubah ceria. Mereka hanyut dalam kegembiraan, berpindah dari satu wahana ke wahana lainnya. Tawa mereka sering kali pecah, terutama saat mencoba wahana yang lebih menantang."Naik roller coaster tadi seperti melepaskan seluruh beban hidupku. Rasanya semua masalahku ikut tertinggal di atas sana," ucap Emily sambil tertawa lepas, pipinya sedikit memerah karena udara dingin dan adrenalin.Amore ikut tertawa kecil. "Aku hampir kehilangan suaraku karena berteriak tadi," ujarnya sambil merapikan rambutnya yang ber

    Last Updated : 2024-12-20
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 26

    "Coba tebak," ucap Amore sambil dengan santai merangkul bahu Mr. Whiteller. "Apa kita terlihat mirip?""Kalian... kakak adik?" tebak Emily."Bukan," jawab Amore sambil tertawa kecil. "Coba tebak lagi."Namun, sebelum Emily bisa memberikan jawaban lain, Mr. Whiteller memotong. "Kami sepupu," ucapnya tiba-tiba.Emily menatap Amore dengan tatapan penuh tanda tanya, seolah berkata, Mengapa kau tidak memberitahuku sebelumnya?Melihat ekspresi Emily, Mr. Whiteller mencondongkan tubuh sedikit ke depan dan berkata dengan nada yang terdengar seperti menggoda, "Apa jawaban ini membuatmu senang?""T-tidak, Tuan Whiteller," jawab Emily dengan gugup saat diajukan pertanyaan tiba tiba seperti ituMr. Whiteller memperhatikan wajahnya yang memerah dan tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum tipis. Amore, yang sejak tadi memperhatikan interaksi mereka, memutuskan untuk angkat bicara."Apa aku melewatkan sesuatu di sini?" tanya Amore dengan nada curiga. Ia mengarahkan pandangannya secara berganti

    Last Updated : 2024-12-21
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 27

    Emily melangkah kembali ke mejanya dengan pikiran yang berat. Ia mencoba mengalihkan fokusnya pada pekerjaan yang harus ia selesaikan, tetapi kata-kata Leni dan tawa sinis itu terus terngiang di telinganya. Bahkan saat ia menatap layar komputernya, huruf-huruf di dokumen seperti tidak bermakna.Emily berusaha menata napasnya saat mendengar suara Beni di sebelahnya."Emily, Mr. Whiteller meminta mu ke ruangannya," kata Beni sambil menatap Emily dengan ekspresi serius."Oh... baik, terima kasih, Beni," jawab Emily, mencoba terdengar tenang meski pikirannya masih terganggu.Ia dengan cepat mengumpulkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan dan memasukkannya ke dalam map berwarna biru, berjaga jaga bila mr whiteller tiba tiba menanyakan pekerjaan. Setelah memastikan semuanya lengkap, ia berdiri dari kursinya dan berjalan menuju ruang Mr. Whiteller. Langkahnya terasa berat, sebagian karena suasana di sekelilingnya yang penuh dengan bisik-bisik dan tatapan tajam.Sesampainya di depan pintu ruanga

    Last Updated : 2024-12-22
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 28

    Di tengah perjalanan pulang menuju apartemennya, Emily berjalan kaki menyusuri trotoar yang sepi. Udara malam yang dingin membuatnya merapatkan jaketnya lebih erat. Namun, langkahnya terhenti ketika sebuah mobil berhenti di sampingnya. Jendela kaca mobil perlahan diturunkan, memperlihatkan wajah Mr. Whiteller yang sedang menatapnya dengan ekspresi tenang namun tegas."Masuk, Emily," perintah Mr. Whiteller tanpa basa-basi.Emily ragu sejenak, tapi akhirnya membuka pintu dan duduk di kursi penumpang. Suasana di dalam mobil terasa hangat, kontras dengan udara dingin di luar. Mr. Whiteller tidak langsung berbicara, hanya fokus menyetir sambil sesekali melirik Emily."Temani saya belanja furnitur," ucapnya tiba-tiba, memecah keheningan.Emily mengerutkan kening, kebingungan. "Furnitur, Tuan?" tanyanya, memastikan.Mr. Whiteller mengangguk ringan. "Ya. Saya membutuhkan opini kedua, dan saya pikir kamu orang yang tepat untuk itu."Emily masih belum sepenuhnya mengerti. "Kenapa saya?"Mr. Whit

    Last Updated : 2024-12-24
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 29

    Emily tersenyum samar, sedikit bingung dengan pertanyaannya. "Mmm... saya tidak tahu, Tuan. Saya hanya menyukainya saja," jawabnya jujur.Mr. Whiteller mengangkat alis, tampak sedikit tertarik. "Lalu, apakah hobimu adalah merombak ruangan dan menata ulang semuanya?" tanyanya lagi.Emily terkekeh kecil. "Tidak, Tuan. Kosan saya di Indonesia ukurannya kecil, jadi sulit untuk merombak atau menata ulang," jelasnya dengan nada bercanda.Mata Mr. Whiteller beralih ke sebuah vas bunga yang dipajang tidak jauh dari mereka. Ia mengambilnya dan memperhatikannya dengan saksama. "Vas bunga ini bagus. Apakah cocok untuk ruanganku?" tanyanya, meminta pendapat Emily.Emily memiringkan kepalanya sedikit, memandang vas itu dengan kritis. "Menurut saya, pilih yang kecil saja, jangan yang besar. Ruangannya akan terasa lebih seimbang," sarannya.Mr. Whiteller mengangguk, tampak mempertimbangkan jawabannya. "Bunga apa yang cocok untuk vas ini?" tanyanya lagi.Emily berpikir sejenak sebelum menjawab, "Bisa

    Last Updated : 2024-12-25
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 30

    Keesokan harinya, suasana kantor masih penuh dengan bisik-bisik dan tatapan penasaran dari para karyawan. Emily berusaha tetap tenang, meskipun dalam hatinya ia merasa sangat tidak nyaman. Ia fokus pada pekerjaannya dan menghindari pembicaraan yang tidak perlu dengan siapa pun.Namun, menjelang siang, suasana kantor mendadak berubah. Sebuah email resmi dari departemen HRD muncul di inbox seluruh karyawan. Subjeknya langsung menarik perhatian: "Klarifikasi Resmi Mengenai Foto yang Beredar".Emily membaca email itu dengan cemas. Isi email tersebut menjelaskan bahwa foto yang sempat beredar telah disalahartikan. Disebutkan bahwa foto tersebut adalah hasil editan dan tidak mencerminkan kejadian sebenarnya. Perusahaan juga menegaskan bahwa pihak yang menyebarkan foto tanpa izin sedang dalam investigasi, dan tindakan tegas akan diambil terhadap siapa pun yang terbukti terlibat.Di akhir email, ada kalimat yang membuat Emily hampir tak percaya:"Kami berharap karyawan bersikap profesional da

    Last Updated : 2024-12-25
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 31

    Dengan hati-hati, Emily mengetik balasan:"Terima kasih telah membersihkan nama saya, Tuan. Tapi soal membantu menata kamar Anda, saya rasa saya harus menolak. Saya tidak ingin ada gosip lain yang muncul. Terima kasih atas pengertiannya."Emily menekan tombol "Kirim" dan meletakkan ponselnya di meja. Ia berpikir bahwa balasan itu cukup sopan tetapi tetap menjaga jarak. Bagaimanapun, ia tidak ingin terjebak dalam situasi yang membuatnya menjadi bahan gosip lagi.Namun, hanya beberapa detik setelah ia mengirim pesan itu, ponselnya kembali berbunyi. Pesan balasan datang lebih cepat dari yang ia duga."Saya pikir kau sudah tahu saya tidak peduli dengan gosip. Tapi kalau kau keberatan, saya tidak akan memaksa. Mungkin lain kali."Emily menghela napas panjang. Apa maksudnya “lain kali”? pikirnya. Lagi-lagi, Mr. Whiteller membuatnya merasa bingung dengan sikapnya.Sore itu, Emily mencoba mengalihkan pikirannya dengan menatap layar komputernya, tetapi konsentrasinya terusik oleh pesan-pesan t

    Last Updated : 2024-12-26

Latest chapter

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 140

    Emily menoleh cepat, suaranya bergetar."Kamu pikir… dia sengaja?"Sylvester mengangguk pelan, wajahnya penuh kekhawatiran."Aku nggak suka ini. Pertama, motor tadi di pasar hampir menabrakmu. Sekarang mobil ini. Terlalu kebetulan untuk jadi kebetulan."Ibu Emily menggenggam sandaran kursi depan, wajahnya mulai cemas."Kalau begitu kita harus pulang sekarang juga. Jangan berhenti di mana pun.""Iya, Bu." Sylvester segera menyalakan lampu sein dan kembali masuk ke jalur. Ia menjaga kecepatan stabil, tapi matanya waspada, terus memeriksa spion dan jendela.Beberapa menit berlalu dalam keheningan yang mencekam, sampai akhirnya Emily berbisik,"Apa ini ada kaitannya dengan Carol?"Sylvester langsung menoleh cepat, jelas terkejut mendengar Emily menyebut nama itu. Tapi ia segera menyadari sang ibu ada di belakang."aku tidak tahu tapi Itu yang aku khawatirkan," katanya pelan. "Tapi selama kamu bersamaku, kamu aman. Aku janji.""Carol? Siapa Carol?" tanya sang ibu heran dari belakang.Sylve

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 139

    ...Mobil melaju perlahan melewati jalanan kota kecil yang mulai ramai. Di dalam mobil, Sylvester menyetir, sementara Emily duduk di kursi depan, dan sang ibu di belakang, memandangi keluar jendela dengan tenang.Mereka tiba di pasar tradisional yang tidak terlalu besar, tapi cukup ramai oleh pedagang dan pembeli. Udara pagi terasa segar, meski sedikit bau rempah dan ikan asin menyengat dari beberapa sudut pasar."Kita ke bagian sayur dulu," ujar sang ibu sambil menyesuaikan tas belanja di pundaknya.Sylvester dan Emily mengangguk dan mengikuti. Emily menggenggam lengan Sylvester tanpa berkata apa-apa, dan Sylvester membalasnya dengan senyum kecil.Mereka menyusuri lorong-lorong pasar, melewati pedagang sayur, buah, dan bumbu dapur. Sang ibu terlihat sangat lihai memilih bahan—mengetuk-ngetuk semangka, mencium daun bawang, dan menawar harga sambil sesekali bercanda dengan pedagang langganannya."Ibu kamu jago sekali menawar," bisik Sylvester ke Emily sambil terkagum-kagum.Emily terki

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 138

    Setelah makan malam selesai dan dapur dirapikan, malam kembali sunyi. Hanya terdengar suara kipas angin yang berputar pelan dan dengung halus dari luar jendela.Pintu kamar Emily terbuka sedikit, cahaya lampu dari lorong mengintip masuk. Ibu Emily berdiri di ambang pintu, lalu mengetuk pelan sambil memanggil dengan suara lembut,"Kak..."Emily menoleh dari tempat tidurnya."Belum tidur, Bu."Sambil tersenyum tipis, sang ibu masuk ke dalam dan duduk di tepi tempat tidur. Emily bergeser sedikit, memberi ruang. Sang ibu meraih tangan putrinya, menggenggamnya dengan hangat."Bagaimana kondisi Kakak? Ada yang sakit? Atau butuh sesuatu?""Enggak, Bu. Aku baik-baik saja," jawab Emily sambil tersenyum tipis.Sang ibu diam sejenak, seperti menimbang sesuatu sebelum akhirnya bertanya,"Kalian… sudah berapa lama menjalin hubungan?"Emily menarik napas sebentar, mencoba mengingat."Mungkin sekitar sebulan atau dua bulan, Bu. Aku sendiri nggak terlalu menghitung.""Kenapa kalian memutuskan berpaca

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 137

    Sebuah tamparan mendarat di pipi Sylvester."Ibu!" seru Emily terkejut."Itu untukmu—yang membawa pengaruh buruk pada anakku."PLAK!"Untukmu—yang merenggut mahkota anakku."PLAK!"Untuk kehamilan ini yang menghancurkan hati seorang ibu."PLAK!"Dan ini, kalau kau sampai lepas tanggung jawab."Sylvester tidak mengelak. Ia menerima semuanya dengan kepala tertunduk."Saya terima, Bu. Saya pantas menerimanya."Suasana hening beberapa detik. Sang ibu memejamkan mata, menarik napas dalam, lalu berkata pelan:"Boleh Ibu duduk?"Emily langsung berdiri dan mempersilakan."Tentu, Bu. Silakan duduk."Sang ibu duduk di kursi seberang mereka. Tatapannya tajam tapi tidak lagi penuh amarah, hanya kelelahan seorang ibu yang sedang mencoba memahami."Ibu... maafkan aku," ucap Emily dengan suara bergetar."Aku tahu ini mengejutkan. Aku tahu aku mengecewakan Ibu."Sang ibu menggeleng perlahan."Kamu tidak mengecewakan Ibu, Emily. Kamu hanya membuat Ibu sangat takut."Emily tertunduk. Sylvester masih me

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 136

    Emily menoleh, lalu menggenggam tangan Sylvester."Bu, ini Sylvester..."Sylvester menunduk sopan."Selamat siang, Bu. Saya kekasih Emily."Emily menatapnya terkejut—bukan karena kata-katanya, tapi karena... Sylvester berbicara dalam bahasa Indonesia."Weh, hebat! Kamu udah berapa lama tinggal di Indonesia, kok bisa bahasa Indonesia?" tanya sang ibu sambil terkekeh."Semenjak bersama Emily, Bu. Saya masih belajar." jawab Sylvester ramah."Loh, kamu kok nggak bilang-bilang, Emily? Punya pacar bule!" goda ibunya sambil menepuk pelan lengan anaknya.Emily hanya meringis, lalu tertawa."Yasudah, ayo masuk. Kita ngobrol di dalam," ajak sang ibu hangat.Emily menggandeng tangan Sylvester masuk ke dalam rumah, sambil berbisik,"Sejak kapan kamu bisa bahasa Indonesia? Kenapa aku nggak tahu?""Masih tahap belajar," bisik Sylvester sambil tersenyum. "Tapi aku yakin, seminggu lagi aku akan fasih.""Sangat tidak adil," gumam Emily sambil duduk di sofa ruang tamu. "Kau kaya, kau tampan, dan sekara

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 135

    Dokter hanya membalas dengan senyuman tenang, lalu mulai melakukan pemeriksaan fisik sederhana di bagian perut Emily.Beberapa menit kemudian, Emily kembali duduk di samping Sylvester, menggenggam tangannya erat. Tangannya dingin, dan wajahnya terlihat lebih pucat dari sebelumnya."Apa pun hasilnya, kita hadapi bersama," bisik Sylvester, jemarinya menyentuh pipi Emily dengan penuh kelembutan.Tak lama, pintu diketuk. Dokter masuk kembali sambil membawa sebuah amplop berisi hasil tes. Ia duduk, menatap mereka berdua dengan sorot mata hangat."Emily... selamat. Hasil tesnya positif. Kamu hamil."Seketika, waktu seolah berhenti.Emily menatap dokter itu dengan pandangan kosong, seakan otaknya butuh waktu untuk benar-benar mencerna kata-kata tersebut. Ia perlahan menoleh ke arah Sylvester, yang kini menatapnya penuh haru, tak mampu menyembunyikan campuran antara syok dan kebahagiaan."Aku... hamil?" bisiknya, hampir tak terdengar.Sylvester mengangguk perlahan, lalu merengkuhnya ke dalam

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 134

    Cahaya matahari menembus tirai kamar, membasuh ruangan dengan kehangatan lembut. Di dalam kamar, Emily tengah bersiap. Gaun sederhana berwarna biru muda membalut tubuhnya, rambutnya disisir rapi ke belakang. Tapi sebelum sempat menyentuh sepatu di dekat ranjang, perutnya tiba-tiba terasa mual.Ia buru-buru menutup mulut, lalu berlari ke kamar mandi."Ugh..." suara muntah terdengar, disusul oleh isakan kecil yang tertahan.Sylvester, yang baru saja datang membawa jaketnya, sontak panik."Emily?" Ia segera menghampiri, langkahnya cepat dan wajahnya cemas.Ia berdiri di ambang pintu kamar mandi yang terbuka setengah, melihat Emily berpegangan pada wastafel dengan wajah pucat."Em, kamu baik-baik saja?" tanyanya lembut, hampir berbisik.Emily berdiri lemas, membasuh wajahnya dengan air dingin. Ia mencoba tersenyum melalui cermin"Aku nggak tahu... tiba-tiba saja mual."Sylvester masuk dan memegang bahunya dengan hati-hati, seolah takut menyakitinya."Kamu sakit? Kita nggak usah ke mana-ma

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 133

    Malam itu, Di balkon lantai dua rumah Sylvester, angin malam bertiup pelan, membawa aroma segar.Emily berdiri di sana, mengenakan sweater hangat dan syal tipis, memandang ke kejauhan. Hatinya terasa lebih ringan dibandingkan hari-hari sebelumnya.Langkah kaki ringan terdengar dari dalam."Kau kedinginan?" suara Sylvester lembut menghampiri.Emily menoleh, tersenyum kecil."Sedikit. Tapi pemandangannya terlalu indah untuk dilewatkan."Sylvester tersenyum, lalu mengangkat sesuatu di tangannya — sebotol wine merah dan dua gelas."Kupikir... kita pantas merayakan malam ini."Emily mengangkat alis."Merayakan apa?"Sylvester menuangkan wine ke dalam kedua gelas, lalu menyerahkan satu padanya. Ia menatap Emily dalam-dalam, sorot matanya begitu hangat dan tulus."Merayakan hidup." katanya pelan. "Dan kau... yang masih bersamaku di sini."Emily terdiam, dadanya menghangat. Ia menerima gelas itu, lalu mengan

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 132

    "Gila..." gumam Ben pelan, suaranya serak."Aku nggak nyangka... tempat tadi ternyata benar-benar terpencil."Sylvester yang duduk di kursi pengemudi, melirik ke kaca spion tengah."Aku juga nggak," katanya pelan."Carol menyembunyikan tempat itu dengan sangat rapi. Bahkan GPS pun nggak bisa mendeteksi koordinatnya secara akurat."Ben menggeleng pelan, masih tak percaya."Rasanya... kayak baru keluar dari dunia lain. Aku bahkan sempat mikir kita udah bukan di kota yang sama lagi. Atau... bahkan bukan di negara yang sama.""Kita di California," ucap Sylvester tiba-tiba, nadanya datar tapi cukup membuat keheningan kembali tegang."APA?!" seru Ben dan Emily bersamaan.Sylvester mengangguk."Yah... aku pun sama terkejutnya dengan kalian saat tahu keberadaan kalian. Aku dapat koordinat kasar dari penyadapan yang nyaris tak sengaja."Ben mengerutkan kening."Kapan dia memindahkan kami? Apa kita tidak sadarkan diri selama itu?" tanyanya, menoleh pada Emily.Gadis itu menggeleng perlahan, sua

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status