Home / Romansa / Tawanan Cinta Sang Penguasa / Bab 124. Aroma yang memikat

Share

Bab 124. Aroma yang memikat

Author: Strrose
last update Huling Na-update: 2025-06-26 16:00:15

Setelah makan hampir selesai, Marco bersandar ke sisi Hiriety. Kini ia seperti anak muda yang tengah jatuh cinta, dan tak ingin melepaskan dunia kecil yang ada di sampingnya.

Dengan gerakan malas, ia menyandarkan dagunya di pundak Hiriety. “Aku mengantuk” gumamnya pelan, seperti protes yang manja, bukan pernyataan. “Aku menghadiri banyak rapat lalu bergegas kesini”

Hiriety melirik ke arahnya, separuh geli, separuh heran. “aku tak memintamu datang”

Marco mengangguk pelan, masih tak mengangkat kepalanya dari bahu Hiriety. “Kau mengabari lokasimu dan pertemuan dengan kakek. Tentu saja aku akan datang” gumamnya

Hiriety tersenyum “Kau khawatir aku membunuh kakekmu?”

Marco menggeleng “Aku hanya ingin melihat wajahmu lagi”

Hiriety tak menjawab. Dia justru menatap jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 15.20 “Setelah ini ke kantor lagi?” Tanyanya

“Hm

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 124. Aroma yang memikat

    Setelah makan hampir selesai, Marco bersandar ke sisi Hiriety. Kini ia seperti anak muda yang tengah jatuh cinta, dan tak ingin melepaskan dunia kecil yang ada di sampingnya.Dengan gerakan malas, ia menyandarkan dagunya di pundak Hiriety. “Aku mengantuk” gumamnya pelan, seperti protes yang manja, bukan pernyataan. “Aku menghadiri banyak rapat lalu bergegas kesini”Hiriety melirik ke arahnya, separuh geli, separuh heran. “aku tak memintamu datang”Marco mengangguk pelan, masih tak mengangkat kepalanya dari bahu Hiriety. “Kau mengabari lokasimu dan pertemuan dengan kakek. Tentu saja aku akan datang” gumamnyaHiriety tersenyum “Kau khawatir aku membunuh kakekmu?”Marco menggeleng “Aku hanya ingin melihat wajahmu lagi”Hiriety tak menjawab. Dia justru menatap jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 15.20 “Setelah ini ke kantor lagi?” Tanyanya“Hm

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 123. Calon cucu menantu

    Gregory baru saja hendak menyesap tehnya lagi ketika suara langkah sepatu kulit mendekat dari koridor restoran terdengar. Langkah itu tenang, tapi penuh intensitas yang khas. Bilik mereka berada di sudut paling privat dari restoran Jepang itu, dan hanya tamu dengan akses khusus yang bisa menembus area tersebut.Gregory sempat mengangkat wajahnya, alisnya mengerut… lalu matanya melebar. Marco berdiri di ambang bilik, jasnya dilepas dan hanya mengenakan kemeja coklat yang lengannya digulung sampai siku.Wajahnya tidak marah, tidak tersenyum, hanya… penuh kehadiran. Aura dominannya langsung menekan ruangan seolah udara jadi lebih berat.“Kakek” ucap Marco datar, lalu memandang Hiriety, dan ke meja.Gregory menegakkan punggungnya dengan perlahan, lalu tertawa pendek, rendah, sedikit tak percaya. Ia menoleh pada Hiriety, matanya menyipit dengan geli. “Kau memberitahunya?”Hiriety menyandarkan tubuh ke bantal duduk,

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 122. Kakek yang baik

    Restoran itu terletak di sudut tersembunyi distrik bisnis, mengusung tema Jepang tradisional dengan lampion merah bergantung rendah, suara shamisen mengalun lembut dari speaker tersembunyi, dan pelayan mengenakan yukata dengan warna pastel.Hiriety sudah lebih dulu tiba, duduk tenang di bilik pribadi yang tersembunyi di bagian belakang restoran, sebuah ruang semi-tertutup dengan tatami dan meja rendah dari kayu solid.Ia mengenakan setelan hitam simpel dan anggun, rambutnya digelung rapi. Penampilan yang menyampaikan satu pesan: ia tak datang untuk bermain. Tepat pukul dua siang, suara langkah kaki terdengar dari koridor. Tirai bambu terbuka.Gregory Valley masuk, diiringi oleh seorang pria muda bersetelan abu-abu gelap—postur tegap dan ekspresi kaku. Asisten, atau anjing penjaga—Hiriety belum memutuskan yang mana.Gregory, seperti biasa, berpakaian dengan sempurna. Jas hitam buatan tangan, dasi keperakan yang diikat nyaris tanpa cela, tongkat

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 121. Dangerous Woman

    Ponsel Hiriety berdering—bukan pesan, tapi panggilan masuk. Nomor tak dikenal, tidak tertera nama, hanya deretan angka internasional. Ia sempat ragu. Tapi instingnya—insting yang sudah diasah bertahun-tahun untuk mengenali kapan sesuatu akan berbalik menjadi badai—berdesir.Ia mengangkat. Namun tak menyapa. Karena dia ingin sang penelpon yang duluan berbicara.Sejenak, hanya ada keheningan di seberang sana. Lalu, suara berat dan dingin terdengar, begitu khas, seolah tak butuh basa-basi.“Kau kembali menjebak cucuku ke dalam dramamu, Nona Walton? Kau bilang akan menemuiku jika tiba di Washington tapi hingga sekarang kau tak muncul juga, takut?”Suara itu membuat senyum Hiriety muncul begitu saja. Ia mengenal suara itu, bahkan jika baru didengar satu dua kali. Gregory Valley. Kakek Marco. Pria yang dikenal lebih keras dari baja dan lebih tajam dari belati.Sudah tiga hari sejak dia tiba di Washington namun dia tak juga m

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 120. Dipermainkan

    Hiriety menggigit bibir bawahnya, masih berusaha mempertahankan wibawa di hadapan kedua orang tuanya. Tapi rona merah di wajahnya tetap tak bisa disembunyikan.Marco sudah pergi sekitar 20 menit yang lalu tapi Hiriety tertahan diruang tamu Mansion Walton ini dengan ketegangan yang tak sirna“Menjebak... peliharaan dan budak?” Gumam Caid pelan, nyaris retoris, seperti sedang mencernanya perlahanHiriety hanya duduk diam di sofa, lututnya disilangkan, namun jemarinya tak berhenti memainkan cincin di jari manisnya—sebuah pertanda gelisah yang jelas. Sementara Lova hanya menghela napas panjang dan meletakkan cangkir tehnya, memutuskan untuk tidak ikut campur kali ini. Dia tahu, ini bukan lagi pertarungan antara ayah dan anak, tapi antara dua pribadi yang terlalu mirip untuk saling tunduk.Caid menoleh perlahan ke arah putrinya, sorot matanya tak lagi setajam tadi, tapi berubah menjadi sesuatu yang lebih gelap—curiga.“Dia

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 119. Menuntut tanggung jawab!

    Pesawat mendarat mulus di Bandara Internasional Washington Dulles, deru mesin perlahan mereda, dan tanda sabuk pengaman pun padam. Para penumpang kelas bisnis mulai berdiri satu per satu, mengambil jas dan koper kabin mereka dari loker atas.Marco berdiri lebih dulu, membantu Hiriety mengenakan coat hitam tipisnya sebelum mengambil koper kecil mereka. Tatapan Hiriety singkat tertuju ke arah lorong belakang—ke tempat Laurent duduk—namun ia tak berkata apa pun, dan memilih melangkah anggun keluar bersama Marco.Mobil hitam dengan plat diplomatik pribadi mengantar mereka melewati jalanan elite Washington yang basah oleh gerimis pagi. Pohon-pohon maple berguguran di sisi jalan, mengiringi mobil yang akhirnya berhenti di depan gerbang tinggi Mansion Walton, rumah keluarga Hiriety yang berdiri megah dengan gaya kolonial yang dingin dan aristokratik.Pintu dibukakan oleh pelayan, dan Marco menggenggam tangan Hiriety saat mereka melangkah masuk. Di ruang ten

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status