Share

Chapter 6

"Lepas—hmmpttt!!!—kan saya dosen gi—ehemmptt!!! Ibell gelagapan saat Arkan melumat ganas bibirnya. Menghisap semua rasa manis di rongga-rongga mulutnya. Mata Ibell membelalak ngeri saat  merasakan lidah Arkan  membelit lidahnya dan  mulai mencuri nafasnya. Ibell sesak napas dan nyaris muntah.

Setelah Arkan merasa Ibell mulai kehabisan oksigen dengan memukul-mukul panik punggungnya, barulah Arkan melepaskan tautan bibirnya. Mata Ibell menatap Arkan horror. Seumur hidup Ibell belum pernah dicium orang secara seksual. Pipinya hanya pernah dicium oleh kedua orang tuanya. Itu pun saat ia masih kecil. Dan hari ini ciuman pertamanya direbut paksa oleh Arkan dengan cara yang begitu brutal. Ibell shock.

"Sudah, jangan memasang mimik wajah seperti itu. Sekarang, apabila ada pria lain yang bertanya apakah kamu sudah pernah dicium, kamu sudah bisa menjawabnya bukan, Sayang?"

Arkan menaikkan sudut bibirnya. Mengejek kebingungan dan rasa shock yang terpetakan dalam raut wajah Ibell. Melihat Ibell hanya diam saja dengan wajah pias, Arkan akhirnya menuangkan segelas air putih, dan menggenggamkan gelas pada tangan dingin Ibell. Arkan mencoba mengurai rasa shock pada diri Ibell.

"Minum," perintah Arkan.

Seperti robot, Ibell mengikuti titah Arkan. Meminum beberapa teguk air putih yang Arkan sodorkan. Beberapa saat kemudian, Ibell mulai bisa juga mengendalikan dirinya.

"Sebenarnya apa tujuan Bapak menculik saya?" tantang Ibell berani. Ternyata ungkapan yang mengatakan bahwa kita akan menjadi sangat berani saat sedang berada di bawah tekanan, sungguh benar adanya. Saat ini Ibell tidak merasa takut lagi. Tapi ia marah!

"Excuse me? Menculik? Definisi kata menculik itu identik dengan permintaan sejumlah besar uang tebusan kepada pihak keluarga korban. Dan biasanya keluarga korbannya itu kaya raya atau tokoh terkenal. Bagian mana dari kamu yang mencakup kategori keluarga kaya atau terkenal itu? Kamu bahkan tidak punya satu bagian pun yang cocok untuk disebut sebagai korban penculikan," ejek Arkan.

"Anak dari keluarga buangan seperti kamu ini, siapa yang memperdulikannya selain pembantu rumah tanggamu yang sudah renta itu? You are nothing! Akuilah bahwa kamu itu bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa di dunia ini. Bahkan kalau kamu mati saat ini pun, paling cuma pembantumu itu saja yang akan menangisimu. Correct me if I'm wrong."

Ibell tahu apa yang dikatakan oleh dosen gila ini  memang benar. Setiap patah kata menyakitkan yang keluar dari mulut sadisnya itu memang tepat sekali. Tetapi tetap saja, mendengar orang lain mengingatkan akan keadaan sebatang karanya di dunia ini, rasa-rasanya seperti ada sembilu tak kasat mata yang mengiris-iris keping demi keping hatinya. Sakitnya bahkan sampai ke jiwa.

"Bapak tidak perlu membuang-buang nafas Bapak yang berharga itu hanya untuk memperjelas keadaan Saya. Straight to the point saja. Bapak membawa saya ke sini ini untuk tujuan apa?"

Ibell sengaja menekankan kata membawa, sebagai upaya mengganti kata menculik, yang menurut dosen gila ini tidak masuk kategori untuk orang sepertinya.

"Untuk ini!" Arkan berjalan menghampiri sebuah meja kerja, dan melemparkan sebuah map berwarna putih ke lantai. Tepat di hadapan Ibell.

"Baca baik-baik dan fahami juga unsur-unsur hukum yang mengikat di dalamnya. Saya lihat kamu cukup cerdas untuk memahami isinya. Sekarang, baca!"

Tanpa banyak bicara, Ibell membungkuk dan meraih map putih itu. Membuka berkasnya dan mulai membaca dalam hati. Wajah Ibell semakin lama semakin memucat saat membaca kalimat demi kalimat yang termaktub di dalamnya. Terlebih lagi saat ia melihat, ada lembar akte kelahiran aslinya yang diselipkan di dalam dokumen. Ternyata ini adalah surat perjanjian yang dibuat oleh Arkan dengan mommynya. Selama ini Ibell selalu menggunakan copyan akte lahir dalam mengurus semua dokumen surat menyurat studynya. Karena ia tidak bisa menemukan akte kelahiran aslinya. Dan sekarang ia telah tahu aktenya itu ada di mana.

Ibell melanjutkan  membaca. Mommynya ternyata telah meminjam uang tunai sebesar lima ratus juta rupiah pada Arkan, dengan suku bunga 1% perbulan selama tiga tahun. Itu berarti mommynya harus membayar lima juta rupiah untuk bunga selama satu bulan. Dan rupanya, mommynya tidak pernah mencicilnya sekali pun. Secara kasar Ibell menghitung untuk suku bunga saja ia harus membayar sejumlah empat ratus delapan puluh juta rupiah. Ditambah dengan hutang pokok sebesar lima ratus juta rupiah. Berarti Ibell harus menanggung hutang warisan total sebesar sembilan ratus delapan puluh juta rupiah. Nyaris satu milyar! Ibell harus membayar dengan apa coba?

"Sudah mengerti mengapa Saya membawa kamu ke sini, Ibell?"

Dengan lesu Ibell mengangguk. Ia tahu, mommynya memang berhutang pada Arkan. Ia telah melihat perjanjian hitam di atas putihnya.

"Maaf, Pak Arkan. Sa-Saya tidak punya uang sebanyak itu. Satu-satunya solusi yang bisa saya tawarkan adalah saya tetap akan membayar, tetapi dengan cara mencicil. Bagaimana Pak?" Ibell menatap Arkan dengan mata penuh permohonan.

Pasti seperti inilah dulu cara Celine dalam merayu papanya. Oke pembalasan termanis akan segera ia tunaikan.

"Setahu saya selain berjualan kue kamu tidak punya penghasilan lain 'kan?"

Ibell mengangguk.

"Saya akan memberikan kamu satu pekerjaan mudah dan cepat, serta insentif yang cukup besar untuk mulai mencicil hutangmu. Apakah kamu bersedia?" Ibell langsung mengangguk cepat. Ia sangat bersyukur dalam keadaan seperti ini Arkan masih mau memberikan pekerjaan padanya.

"Okey. Kamu bisa hand job atau blow job Ibell?" Arkan menatap Ibell dengan air muka melecehkan.

"Oh kebetulan saya bisa dua-duanya, Pak?"

"Wow really? Are you sure?" Arkan menaikkan satu alisnya. Ia seperti tidak percaya dengan kata-kata Ibell. Ia bahkan  terang-terangan menatap sekujur tubuh Ibell. Ibell mendadak merasa risih.

"Absolutely, Sir."

"Dari mana kamu belajar kedua teknik kelas tinggi itu?"

"Kalau blow job itu, dulu saya pernah memperhatikan mommy melakukannya kalau mommy hang out dengan teman-temannya. Makin besar saya makin ahli. Saya bahkan bisa berimprovisasi dengan berbagai macam gaya yang sedang trend saat ini."

Ibell menjawab jujur. Arkan makin intens saja memandanginya.

"Kalau hand job?"

"Kalau itu saya memang sudah mempunyai bakat alami. Dengan banyaknya buku-buku panduan dan media internet, terutama YouTub*, saya jadi sering mengikuti semua tutorialnya. Dan hasil akhirnya cukup memuaskan. Kadang saya juga melakukannya sesuai dengan request-an customer, Pak."

"Unbelieveable! Kamu masih bocah tetapi sudah sangat capable dengan hal-hal seperti ini. Speechless saya!" Arkansas menggeleng-gelengkan kepala. Takjub mendengar keterus terangan Ibell yang sepertinya biasa-biasa saja nenceritakan semua aib-aibnya.

"Oke. Saya memutuskan untuk percaya, dan memberikan kamu kesempatan untuk menerima pekerjaan ini. Apakah setelah saya menerima kamu, kamu akan kembali ingkar janji seperti almarhumah ibumu dengan menolak menjalankan jenis pekerjaan yang telah kita setujui bersama tadi, Ibell?!"

"Tentu saja tidak Pak. Saya bukan jenis manusia yang suka mengingkari janji. Apa yang sudah saya putuskan, insya allah akan saya laksanakan dengan sebaik-baiknya. Bapak tidak usah khawatir. Silahkan pegang kata-kata Saya!"

"Ok. Sekarang silahkan kamu praktekkan keahlian-keahlian kamu pada saya. Mungkin dimulai dengan yang lebih gampang dulu. Hand job misalnya."

"Bapak salah. Hand job justru lebih susah dan rumit jika dibandingkan dengan blow job. Kita harus lebih kreatif dalam menggali ide dan memainkan imajinasi agar hasil akhir yang dibuat lebih berkesan artistik. Lain dari pada yang lain. Intinya hasilnya tidak boleh sama dengan hand job hasil produksi pabrik yang dijual di toko-toko. Sekarang Bapak mau saya buatkan hand job apa? Tas boneka perca, gantungan kunci, bingkai photo atau sweater rajut mungkin? Ini saya ada beberapa contoh hand job yang sudah pernah direquest customer dan cukup best seller. Silahkan Bapak lihat-lihat dan pilih-pilih dulu." Ibell tersenyum manis sembari memberikan ponselnya.

"What are you talking about, young lady?" Arkan memijit-mijit keningnya. Ia pusing karena salah pengertian atas dua istilah yang ternyata pemahamannya berbeda dengan pemahaman gadis kecil. What the hell!

"Oke. Kalau begitu kamu praktekkan saja keahlian blow job kamu. Silahkan dimulai." Arkan mencona peruntungannya.

"Ok. Tidak masalah. Tapi hair dryer Bapak disimpan di mana? Kalau tidak ada hair dryer, bagaimana saya bisa memblow rambut Bapak? Mana ini rambut Bapak sudah berpomade begini. Hasil akhirnya pasti tetap aja lepek nantinya."

"Damn! Kamu salah persepsi tentang dua kosa kata dalam bahasa inggris tersebut. Sekarang mari kita luruskan kesalahfahaman yang makin lama semakin bertambah konyol ini!"

Arkan kali ini bahkan sampai membanting asbak rokok karena frustasi. Ibell memandangi serpihan kaca dengan raut kebingungan dan mulut ternganga. Apa kesalahan yang sudah ia lakukan kali ini?

Arkan  mengembalikan ponsel Ibell. Kemudian ia memerintahkan Ibell untuk mengklik g****e dan mencari kata-kata hand job. Begitu Ibell membaca definisinya kata perkata, selebar wajahnya langsung memucat bagai tidak dialiri darah. Rupanya hand made dan hand job itu pengertiannya berbanding terbalik dengan segala pengertian versinya sendiri. Ibell langsung merasa sesak nafas seketika.

Saat Arkan kemudian menyuruhnya kembali googling dengan kata kunci blow job, Ibell seketika mual dan berlari ke toilet. Ia memuntahkan sisa makan siangnya yang tidak seberapa. Membayangkan ia harus memegang kejantanan Arkan saja, Ibell rasa-rasanya ingin pingsan. Ini ditambah ia harus memakannya. Bagaimana perutnya tidak mual dan bergolak seketika. Mata Ibell sampai pedih akibat mual yang terus menerus mendera lambungnya. Ia jijik mengingat cairan yang memancar setelahnya dari tubuh seorang pemeran pria, yang tadi ia lihatnya di intrernet. Untuk pertama kalinya Ibell ingin menjadi seorang pengecut. Lari dari tanggung jawabnya. Tapi itu adalah perbuatan yang sangat hina bukan? Apa bedanya ia dengan mommynya di mata Arkan? Astaga, Ibell berharap bumi terbelah dan menelannya  saat ini juga.

"Alright. Setelah kesalahfahaman kita clear. Saatnya kita mulai membahas uang balas jasa atas pelayanan kamu terhadap Saya. Listen, setiap kamu melakukan satu kali pelayanan pada saya hingga tuntas, tolong garis bawahi kata tuntasnya. Saya akan mereduce hutang kamu sebesar lima juta rupiah untuk satu sesi. Total jumlah hutang kamu beserta bunganya adalah sembilan ratus delapan puluh juta. Jadi kamu harus melakukan pelayanan kepada saya sebanyak seratus sembilan puluh enam kali lagi kali, baru hutang tersebut lunas. Ingat saya sudah berbaik hati untuk menghentikan suku bunganya, sehingga pokok hutang kamu sudah tidak akan bertambah lagi." Ibell memandangi raut wajah dingin di sampingnya ini nanar. Melakukan itu be--berapa kali tadi? Ibell pening.

"Tidak bermoral!" Ibell mendesiskan rasa bencinya sambil lalu. Ia benar-benar merasa sudah dibodohi oleh Arkan.

"Ngomong apa tadi kamu? Moral? Fine, mari saya perlihatkan sesuatu yang lebih tidak bermoral lagi sebagai referensi buatmu dalam menservice saya nanti."

Tangan Arkan dengan cekatan memasukkan flash disk dan mengklik beberapa kali di macbook. Kali ini perasaan Ibell benar-benar luruh saat melihat adegan panas yang diperankan oleh mommynya dengan seorang pria dewasa yang mirip Arkan. Pasti laki-laki itu adalah papa Arkan. Ibell menekan tombol stop. Ia tidak sanggup lagi melanjutkan tontonannya. Arkan memandangi wajah pias mangsanya yang sudah terlihat seperti tidak punya semangat hidup lagi.

"Ada 8 video yang kesemuanya dibuat oleh ibumu, dan dikirimkan pada ibu saya setiap minggu secara rutin. Akibatnya kewarasan ibu saya terganggu. Sampai sekarang pun ibu saya tetap menjadi pasien permanen di RSJ. Semua itu terjadi atas campur tangan ibumu di dalamnya. Ibu kamu hebat kan, Ibell? Masih mau membahas masalah moral dengan saya, hmm?"

Arkan berbisik pelan di telinga Ibell. Sejurus kemudian Arkan melepas celana bahannya berikut pakaian dalamannya. Suara resleting yang diturunkan berikut bahan kain yang jatuh di lantai, membuat Ibell merasa sedang berada di pintu menuju neraka. Begitu masuk ke dalam, pasti api akan membakar hangus tubuhnya.

"Come on, Baby. Let's show me. I'm waiting. Tunjukkan kepada saya bahwa kamu itu bukan type orang yang suka menjilat ludahnya sendiri."

Ibell merasa kakinya mendadak terpaku di lantai, dan lehernya dikalungi oleh berkilo-kilo besi. Ia tidak sanggup untuk mengangkat kepalanya, apalagi menggerakkan kedua kakinya. Ibell diam saja. Nafasnya tiba-tiba tercekat saat merasakan ada sesuatu benda dijejalkan dengan paksa pada mulutnya dan membuatnya nyaris tidak bisa bernafas. Saat Ibell gelagapan dan berusaha berontak, Arkan memegangi kepala Ibell sekaligus menghentak-hentakkan dirinya pada mulut mungil Ibell. Geraman kenikmatan hakiki mulai merasuki sekujur tubuhnya bahkan ke setiap pembuluh darahnya. Setiap dia merasakan gadis kecil ini berusaha memberontak dan tersedak, maka dia akan mempererat cengkraman pada kepala sang gadis. Saat ini Ibell mengoralnya dalam posisi duduk, sementara dia berdiri dengan kejantanan sejajar pada kepala Ibell. Arkan meringis saat merasakan gadis kecil ini mencoba menggigit kejantanannya.

"Kalau kamu mencoba menggigit lagi, maka saya akan mematahkan batang lehermu ini. Coba saja lakukan sekali lagi!" Setelah kurang lebih dua puluh menit dioral oleh mulut manis Ibell, Arkan pun mulai memuntahkan cairannya, diikuti Ibell yang juga memuntahkan seluruh isi perutnya, sudah tidak terisi apa-apa selain cairan asam lambungnya sendiri. Ibell hancur tidak bersisa. Harga diri yang selama ini merupakan kekayaan yang ia punya, telah dihancurkan dengan kejam tak bersisa. Ibell yang tadi dalam keadaan bersimpuh, kita terduduk lesu dengan pandangan kosong di lantai. Ibell merasa telah mati dalam keadaan hidup.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status