Share

5. Tertangkap Kiss

Author: VAD_27
last update Huling Na-update: 2025-01-18 23:11:18

Andra sontak menutup pintu kamar Ruby dengan keras sebelum menyandarkan punggungnya dengan napas memburu. Andra mengusap keningnya, tiba-tiba badannya terasa panas ketika bayangan punggung polos Ruby kembali hinggap di kepalanya membuat Andra memukul kepalanya sendiri ketika otaknya sudah tidak bisa dia kontrol.

"Ruby! Cepet turun sarapan!" Teriak Andra sebelum berlari turun.

Tangannya terulur mengisi gelas dengan air putih sampai penuh dan sedikit tumpah sebelum menghabiskannya dalam satu kali tegukan ketika tenggorokannya tiba-tiba kering.

Andra menghidupkan AC, menambah suhu mendapati badannya tiba-tiba panas. Andra menarik napas dalam, mencoba untuk tenang tapi reaksi tubuhnya tidak dapat dia kontrol.

Hani yang duduk di depan Andra jadi mengerjap, mendapati anak bungsunya yang biasa tenang kini bergerak-gerak gelisah.

Andra berdecak sebelum kembali mengambil air mineral dan menenggaknya sebelum dia menyemburkan airnya ketika mendapati Ruby turun dari tangga dengan rambut acak-acakan dengan pakaian kemeja putih yang panjangnya menutupi celana pendek sepaha yang Ruby kenakan.

Andra menggelengkan kepalanya kuat tatkala bayangan punggung polos Ruby kembali hadir bagai lagu yang terngiang-ngiang tidak mau pergi dari kepalanya.

Gila.

Sepertinya lama-lama dia bisa gila.

"Loh, Nenek mau kemana?" Tanya Ruby sambil duduk di sebelah Andra membuat empunya mengumpat dalam hati.

Kenapa harus memilih duduk di sebelahnya.

Sementara Andra tidak bisa diam, Ruby menyendok makanan ke dalam piring sebelum melirik Andra sekilas.

"Nenek udah selesai, kalian sarapan aja, jangan buru-buru mumpung hari ini libur." Ujar Hani tersenyum sambil mengusap punggung Ruby sebelum melenggang pergi.

Andra menghembuskan napas kasar ketika Ruby mengubah posisi duduknya menjadi bersila membuat ujung lutut Ruby menyentuh celana Andra sedikit. Netra Ruby membelalak ketika kursinya digeser menjauh oleh Andra menggunakan sebelah kakinya.

"Apa kamu tidak punya malu hanya memakai kemeja saja?"

Ruby yang sedang mengunyah itu jadi menoleh dengan sebelah alis terangkat. "Saya pakai celana kok, cuman pendek." Ujar Ruby mengangkat ujung kemejanya membuat Andra segera membuang muka.

"Kamu memang tidak punya urat malu, ya?"

"Bukannya setiap hari udah biasa saya pakai baju kayak gini? Ini bukan pertama kalinya Bapak lihat dan Nenek Hani juga biasa aja. Ini kan baju rumahan saya, Pak."

"Ada baiknya kamu memilih baju rumah yang lebih tertutup. Ini untuk kebaikan kamu sendiri dan lagi jika kamu lupa, di rumah ini ada laki-laki. Seharusnya kamu lebih menjaga sopan santun dalam berpakaian, apalagi saya dosen kamu sekarang." Ujar Andra tanpa menoleh.

Ruby mengernyit mendengar nasihat Andra yang panjang lebar, padahal akhirnya dia bisa senang tanpa ada yang merecoki dan mengomelinya tapi kali ini Ruby dibuat jengah kembali.

"Tapi Pak, saya udah biasa pakai baju begini dan semua baju saya juga modelnya gak jauh beda. Padahal kita udah tinggal selama tiga tahun bareng tapi kenapa Bapak baru protes sekarang?" Tanya Ruby dengan raut wajah kesal yang kentara.

Mendadak selera makannya hilang.

Karena Andra sudah melihat punggung Ruby yang polos! Oleh karena itu jika dia melihat bagian tubuh Ruby yang tidak tertutup oleh pakaian, pikirannya akan langsung melayang pada kejadian pagi ini.

Maka dari itu Andra sudah menetapkan pikirannya,

"Saya membuat keputusan untuk menetapkan aturan yaitu dilarang mengenakan baju ketat dan kurang bahan di rumah ini!" Ujar Andra membuat Ruby melotot tidak setuju.

"Maaf sebelumnya, tapi saya gak mau di atur Pak. Melihat yang tinggal di rumah ini hanya tiga orang, sudah jelas bahwa peraturan itu untuk saya, dan saya gak suka diatur." Jawab Ruby.

"Tapi ini rumah saya dan kamu tinggal disini!"

"Tapi saya bayar!"

"Kalau begitu, tidak boleh memakai pakaian ketat di depan saya!" Putus Andra membuat Ruby mengernyit.

Sebenarnya ada apa?

Kenapa Andra tiba-tiba bersikap seperti ini?

Netra Ruby jadi membelalak dengan tangan yang menutup mulutnya sendiri, "Apa jangan-jangan ... Bapak beneran tergoda sama saya?"

"Mana mungkin saya tergoda dengan tubuh anak-anak." Andra mengelak.

Ruby menoleh protes, "Kalau gitu apa Pak Andra mau lihat tubuh saya supaya Bapak yang keras kepala ini percaya kalau saya udah bukan anak-anak lagi?"

Andra melotot, "Kamu gila?! Apa kamu sudah tidak punya urat malu berbicara seperti itu pada orang yang lebih tua apalagi saya dosen kamu?!"

"Kalau gitu jangan panggil saya anak-anak!" Ujar Ruby tegas.

Keduanya saling menukar pandangan sebelum membuang muka ketika Hani berjalan melewati keduanya untuk ke arah dapur.

"Pokoknya tidak boleh memakai pakaian ketat!" Ujar Andra berbisik.

"Pokoknya gak mau!" Protes Ruby menggeleng kuat.

"Kamu harus menuruti saya!"

"Kenapa Bapak ngatur?"

**

Deru motor meraung menulikan gendang telingan bersamaan dengan asap motor yang mengepul ke udara menjadi polusi. Tidak hanya asap motor, tapi asap rokok begitu menusuk hidung.

Seorang wanita seksi dengan bendera di tangannya berdiri di tengah kedua pengendara motor yang sedang menarik gasnya sebelum benderanya dia lempar dan kedua motor tersebut melaju kencang saling susul demi menggapai kemenangan.

Teriak terdengar berisik dan heboh dari penonton yang antusias meneriakan nama calon juara yang mereka dukung demi kembalinya modal dari taruhan yang sudah di pasang.

Begitu pula dengan Ruby dan Karin yang tidak kalah semangat meneriakan nama pacar masing-masing. Sampai Ruby berteriak paling heboh ketika pacarnya yang sampai garis finish terlebih dahulu.

Dika mengangkat tangannya ke atas setelah memarkir motor membuat semua orang berteriak dan membopongnya untuk di lempar ke atas. Setelah seremoni yang begitu membahagiakan, Dika menghampiri Ruby membuat semua orang yang mengetahui hubungan keduanya bersorak menggoda.

"Selamat." Ujar Ruby tersenyum membuat Dika mengangguk sebelum memeluknya.

Semua orang sontak menjerit termasuk Karin yang bersorak sebelum lelaki tinggi merangkul dirinya dan menariknya mendekat.

"Lo kesel karena kalah?" Tanya Karin membuat Malik menggeleng pelan.

"Gue seneng karena lo datang." Ujar Malik.

"Yeu gombal." Decak Karin sebelum kembali menatap Ruby. "Lo gak dimarahin kalau pulang malem?"

Ruby sontak melirik jam tangannya yang menunjukan pukul enam tepat.

"Gak akan. Gak ada larangan pulang malem. Gue juga punya kunci cadangan, jadi gue bakal main sampai malem!" Ujar Ruby bersorak membuat Dika memeluknya gemas.

"Nanti gue anterin pulang." Ujar Dika membuat Ruby mengangguk sebelum keningnya mengernyit ketika perutnya melilit membuat tungkainya lemas.

Dika sontak memegang lengan Ruby agar tidak ambruk dengan wajah cemas, "Lo kenapa? Sakit?"

**

"Gimana? Udah baikan?" Tanya Dika sambil mengusap pelipis Ruby.

Ruby mengangguk sebelum menyandarkan kepalanya pada bahu Dika membuat tangan Dika terulur mengusap surainya. Karena tamu bulanan Ruby datang, Ruby harus pulang duluan.

Kebetulan Andra mengirim pesan bahwa dia akan pulang larut sementara Hani sedang pergi ke rumah Paman Andra lagi membuat rumah kosong, maka dari itu Dika memutuskan untuk mampir dan merawat Ruby sebentar.

Ruby menatap kaleng jamu pereda nyeri haid yang dibelikan oleh Dika sebelum mengulum senyum ketika jantungnya berdebar, Dika memang seperhatian itu. Meskipun terbilang anggota geng dan anak nakal, tapi jika bersamanya, Dika menjadi pribadi yang dewasa dan lembut.

Mereka baru jadian satu bulan yang lalu, tepat saat Ruby masuk Universitas dengan Dika yang merupakan katingnya.

Tanpa pdkt, Dika langsung tancap gas dan beruntungnya Ruby menerima.

Ruby pikir cinta bisa datang belakangan, kapan lagi dia ditembak oleh kating ganteng yang populer seantero kampus. Belum lagi Ruby sudah lama mendambakan hidupnya yang berwarna karena memiliki kisah cinta setelah sekian lama berjuang sendirian dan kesepian.

Ruby mendongkak sontak membuat Dika menunduk, keduanya saling bertukar pandang dalam jarak yang begitu dekat sampai deru napas mereka yang hangat terasa di kulit masing-masing.

Pandangan Dika jatuh pada bibir Ruby yang ranum dan dipoles lipstik merah menggoda membuatnya mengikis jarak.

Sontak Ruby memejamkan netra, bibir keduanya hampir bersentuhan sebelum suara pintu terbuka dan Andra muncul dengan raut wajah memerah dengan emosi yang naik ke ubun-ubunya.

"Apa yang kamu lakukan di rumah saya, Ruby?"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   24. End

    Ruby menyandarkan punggung pada kursi taman, pandangannya menatap lurus pada orang-orang yang tengah melakukan kegiatan akhir pekan mereka, berpiknik dengan keluarga atau pacar, banyak anak-anak berlarian bermain gelembung sabun dan layangan juga permainan lain.Meskipun begitu, pikiran Ruby melanglang buana, ini sudah sebulan semenjak dirinya putus dengan Dika. Selama tiga hari, mantannya terus menghubungi dan beromong kosong soal permintaan maaf namun Ruby menutup hati.Sudah terlanjur kecewa karema dihianati, dan Ruby ini masuk golongan orang keras kepala, maka dari itu dia melancarkan penolakan keras pada Dika tanpa goyah.Dika sudah meninggalkan luka paling dalam di hatinya yang kini sudah berangsur-angsur sembuh, karena luka paling dalam tetap dipegang oleh kematian Ayahnya. Ruby jadi tersadar, bahwa Dika bukan segalanya dan kejadian perselingkuhan itu bukan akhir.Ruby juga sudah pindah dari kediaman Andra meskipun awalnya ditentang keras, tapi ternyata Ruby lebih keras kepala,

  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   23. Peringatan

    "Ruby!"Gadis berambut panjang dengan dress lilac selutut itu menoleh, keningnya berkerut dengan raut wajah mengeras tatkala menemukan Dika berlari sepanjang koridor ke arahnya."Kamu kemana aja? Udah tiga hari gak ada kabar. Pak Andra juga gak bilang apa-apa. Kamu baik-baik aja, kan? Apa kamu sakit sampai gak masuk?" Tanya Dika dengan napas memburu, mencekal kedua bahu Ruby dan mengecek tubuhnya.Ruby menggeleng pelan, dalam hati dia memuji teknik make upnya sendiri karena berhasil mengelabui semua orang untuk menutup bengkak di matanya."Gue gak papa."Kening Dika berkerut. "Gue?" Padahal mereka sepakat untuk mengubah panggilan satu sama lain setelah menjalin hubungan."Kita harus ngobrol ... berdua."..."Kamu kenapa? Kalau kamu gak ngomong, aku gak akan tahu keadaan kamu, Ruby. Kenapa kamu tiba-tiba lari dari rumah aku?" Tanya Dika beruntun, duduk di sebrang.Ruby meneguk minumannya, dia menatap malas ke arah lain, jantungnya bergemuruh antara sakit hati, benci, kesal, muak dan ji

  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   22. Jika Ruby sakit, maka Andra jauh lebih sakit.

    Netra Andra melebar dengan jantung mencelos tatkala mendapati untuk pertama kalinya Ruby menginginkan untuk menyentuh bahkan memeluk Andra dengan kesadarannya sendiri. Kening Andra mengernyit, hatinya ikut sakit saat mendapati pundak Ruby bergetar dengan tangisnya yang menyayat pilu. Andra segera membawanya ke pelukan lebih erat, mengusap punggungnya mencoba menenangkan sebelum menggendong Ruby tanpa mengubah posisinya dengan muda dan membawanya masuk ke mobil.Andra menempatkan Ruby di kursi samping kemudi sebelum dia beralih ke kursinya sendiri. Andra mengambil selimut, memakaikannya pada tubuh Ruby yang menggigil kedinginan baru Andra mendekat untuk membantu memasangkan sealt belt. Tangis Ruby tidak reda, namun bibirnya tetap bergetar dan terisak.Andra mengambil beberapa lembar tisu, melap wajahnya yang basah juga sisi wajahnya yang kotor karena tanah kuburan yang menempel di sana. Setelahnya Andra baru memberikan mug hangat berisi air hangat, memaksa kedua tel

  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   21. Cinta tidak selalu berakhir baik

    Tangan Ruby bergetar, napasnya memberat dengan netra memburam karena air mata melesak berlomba agar keluar dan turun membasahi mata. Napasnya mulai memburu namun dengan cepat dia memfoto semua riwayat chat Dika dan wanita itu yang diberi nama 'Penjual Galon' oleh Dika. Setelah mendapatkan semua bukti, Ruby melempar ponsel Dika ke kursi, dia menyambar tasnya dan segera berlari keluar dari sana dengan kaki pincang dan menjeritkan tangis pilu. Ruby masih terus berlari menjauhi rumah Dika, dia membelah jalanan komplek sebelum berbelok ke gang sempit antar celah rumah setelah mendengar suara Dika meneriakan namanya keluar rumah. Ruby memaksa kakinya yang pincang untuk berlari keluar dari gang sempit, dia menginjak jalanan besar perumahan kembali sebelum berlari untuk keluar dari sana. Tangisnya tidak berhenti, malah semakin keras dan keras. Dia mematikan ponselnya agar Dika tidak bisa melacak keberadaannya lewat aplikasi track girlfriend. Air

  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   20. Menjilat ludah sendiri

    "Kemana pacar kamu? Udah pulang?" Tanya Andra setelah menginjak anak tangga terakhir. Wajahnya sudah lebih segar setelah mandi, mengenakan kaos rumahan dan celana joger panjang.Ruby yang tengah duduk di sofa jadi menoleh. "Dika di toilet. Kita mau jalan sekarang."Andra bisa melihat Ruby tampil lebih segar dengan dress polkadot merah semata kaki dibalut kardigan berwarna tulang. Rambut panjang diikat kuda.'Cantik seperti biasa.' Puji Andra dalam benaknya."Jalan kemana? Mau kukuh padahal kaki kamu lagi sakit?" Tanya Andra tidak habis pikir."Mau kemana pun bukan urusan Bapak, kan? Lagipula saya cuman main ke rumah Dika. Itupun gak akan banyak gerak, karena dia bisa gendong saya kapanpu. Kita cuman mau nonton." Jawab Ruby agak kesal karena tidak mau dikekang oleh seseorang yang bahkan bukan siapa-siapanya.Andra jadi mengernyit, nonton film? Di rumah cowok? Berduaan?Andra jadi teringat pernah menggep Ruby dan Dika yang

  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   19. Pendapat Brian tentang komitmen untuk pria tuwir

    "Kenapa? Lo ketemu pacarnya Ruby?" Tanya Brian, nadanya lebih tenang sambil menahan tawa geli. Ini pertama kalinya, sahabatnya Andra uring-uringan karena seorang wanita.Mungkin ini akan menjadi hal penting dalam pertumbuhan perasaannya, sepertinya Brian akan merecord percakapan ini dan menyebarkan ceritanya di grup chatting circle mereka. Hitung-hitung hiburan di tengah hiruk pikuknya dunia kerja. Dan Andra yang menjadi topik hiburannya.Andra menghela napas kotor, menyugar rambutnya frutasi sebelum menahan tubuhnya pada tembok. "Dia datang ke rumah, jemput Ruby buat date. Kaki Ruby lagi cedera, gue pikir itu bisa jadi alesan buat mereka gagal date. Sialannya, mereka malah mesra-mesraan depan gue, mana nyokap welcome dan nawarin sarapan bareng lagi."Brian sontak terbahak lebar, bisa dipastikan dia tengah menahan perutnya yang geli sambil memukuli pahanya sendiri berkali-kali sekarang."Udah ketawanya?" Tanya Andra jengah."Ha ha ha. Hab

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status