Share

4. Tidur Itu Pakai Baju!

Author: VAD_27
last update Last Updated: 2025-01-18 23:10:36

Ruby duduk di kursi dengan nampan di tangannya sebelum netranya menatap gadis berambut pendek dengan gaya tomboy duduk di depannya sambil melahap makanannya.

Ruby meraih gelang yang ada di lengannya sebelum menggigit dan tangannya meraup rambut menjadi satu, memperlihatkan leher jenjang dan tulang selangkanya yang mulus kemudian mengikatnya.

Gerakan Ruby barusan sukses menarik perhatian para pengunjung Cafe lain yang berjenis kelamin laki-laki. Wajar saja, mengingat kecantikannya yang mencolok mata.

"Gini ya temenan sama seleb Tiktok. Jadi pusat perhatian mulu." Sindir Karin. "Eh, setelah ini elo mau ikut main gak?"

"Gas." Jawab Ruby langsung.

"Gila, bahkan elo gak nanya main kemana. Tapi enaknya temenan sama elo itu, gak pernah nolak kalau di ajak main." Ujar Karin membuat Ruby tertawa kecil.

"Jelaslah! Gue kan mau menikmati masa muda yang kerjaannya kuliah, main, belajar, pacaran dan gak perlu mikirin pusingnya nyari uang dan capeknya kerja." Jawab Ruby membuat Karin mengangguk maklum mengingat cerita perjuangan Ruby yang mati-matian untuk membiayai kuliah dan hidupnya sendiri.

Jujur Karin kagum terhadap perjuangan Ruby dan sedikit menyesal mengingat hidupnya sendiri yang amburadul. Bahkan dia menolak untuk berkuliah dan memilih diam di rumah menjadi anak nakal yang hobinya pulang malam selama tiga tahun sampai akhirnya memutuskan untuk berkuliah atas desakan kakaknya.

Maka dari itu dia cocok berteman dengan Ruby karena keduanya seumuran di perkuliahan semester pertama yang notabennya banyak anak muda yang masih belasan tahun baru lulus SMA, meskipun yang umurnya lebih tua darinya atau seumuran juga tidak sedikit.

"Dan lagi, gue bukan tipe anak rumahan." Karin mengangguk setuju mendegar itu.

"Style pakaian elo aja, gak menunjukan kalau elo anak gadis pendiem yang anggun dan lembut." Ujar Karin menatap Ruby yang memakai atasan baju lengan polos dengan celana pendek di atas paha.

"Lihat pakaian elo sendiri, Rin. Udah kayak jalan sama cowok gue." Ujar Ruby mendapati Karin yang memang berpakaian seperti laki-laki, kaos oblong dengan kalung perak dan celana jeans yang berlubang di lututnya.

"Eh, tapi apa Pak Dosen kita gak tergoda lihat pakaian sehari-hari elo di rumah yang menurut gue gak jauh beda dari sekarang?" Tanya Karin yang sudah mengetahui cerita lengkap kisah hidup Ruby yang sekarang tinggal bersama Andra dan Ibunya.

"Gak lah. Dia itu gila kerja, dan kayaknya gak tertarik sama cewek, deh! Lihat ada dia lajang sampai sekarang." Jawab Ruby menyeruput Ice Americanonya

"Nungguin elo dewasa, kali." Celetuk Karin asal.

Ruby merinding, "Bukan tipe gue, anj*r. Masa gue jalan sama om-om!"

**

Andra melengos pelan sebelum menyandarkan punggungnya ke kursi, menatap datar pada sekeliling bar yang ramai pengunjung sebelum menatap pria paruh baya yang seumuran dengannya menghampiri dan duduk di sebelahnya.

"Mukanya slow aja kali, Ndra! Nikmatin aja, kapan lagi kita bisa nongkrong bareng, iya gak, Wil?" Tanya Brian pada Wili yang sedang bermain biliard.

"Yoi."

"Gue disini karena kalian maksa." Jawab Andra.

Brian berdecak pelan sebelum merangkul pundak Andra. "Jangan terlalu workaholic lah! Sekali-kali nikmatin hidup, uang udah banyak sayang banget kalau nggak di hamburkan!"

Andra menggeleng pelan.

"Lagian elo mau sampai kapan ngurung diri di kamar? Sampai kita punya anak cucuk sementara elo masih pacaran sama laptop?" Sindir Wili.

"Lo harus cari cewek, bro! Kita ngajak nongkrong karena mau bantu elo! Kalau elo diem mulu di rumah, ya gak bakal datang lah jodohnya! Harus di cari!" Ujar Brian sebelum menyalakan rokok dan menghisapnya.

"Kalau elo berharap diem terus jodoh turun dari langit kayak duren montok, mending jangan berekspetasi, deh!Cuman Wili Saputra yang bisa gitu!" Ujar Brian membuat Wili mengangkat alisnya bangga.

"Yang modelan kayak Wili itu jarang banget kejadian. Enak banget setiap hari lembur di kantor, eh ... jodohnya malah sekantor! Ketiban Durian runtuh gak, tuh?!" Ujar Brian jadi iri, mengingat dirinya yang bekerja sebagai PNS hanya bisa meratapi diri karena LDR dengan pacarnya yang juga PNS namun di tempatkan di provinsi lain.

"Yang LDR, sabar ya! Gak bisa peluk cium!" Ejek Wili membuat Brian melempar bungkus rokoknya.

"Udah ini ronde dua, kuy! Main ps di rumah Andra. Mengenang jaman kuliah, asik!" Ajak Wili.

"Nyokap elo lagi gak ada di rumah kan? Yaudah, kuy!"

"Jangan, ada Ruby." Jawab Andra membuat mereka tersadar.

"Oh iya, anaknya almarhum temen elo tinggal bareng ya? Gue lupa." Ujar Brian mengacak belakang rambutnya sendiri.

"Dia seleb tiktok, kan? Meskipun masih muda tapi keterampilan pake make-upnya bagus. Pacar gue yang awalnya buta tentang make-up, gara-gara lihat konten dia jadi ngerti sedikit-sedikit. Ngebantu buat yang pemula." Ujar Wili mendekat dan duduk di sebrang keduanya.

"Mana cantik banget kan? Gila! Gue lupa ada cewek cantik dan sexy tinggal di rumah elo! Gimana keadaan lo? Aman?" Tanya Brian dengan nada menggoda sebelum tertawa bersama Wili.

"Maksudnya?" Tanya Andra mengangkat sebelah alisnya.

"Lo gak mungkin gak pernah tergoda sama dia, kan?" Tanya Wili menyeringai dengan menaik turunkan alisnya.

"Gila, ya? Dia masih anak-anak! Apalagi dia mahasiswa gue." Ujar Andra menggeleng pelan, tidak mengerti jalan pikiran kedua temannya.

"Udah dewasalah, ege!"

"Gue gak mungkin tergoda sama anak-anak!" Ujar Andra tegas membuat Wili dan Brian saling melirik dengan mulut gatal ingin menggoda.

**

"Ibu kapan pulang?" Tanya Andra merapihkan dasinya sebelum menghampiri Hani dan meraih tangannya untuk dia cium.

"Tadi jam lima pagi, Ibu baru sampai." Ujar Hani merapihkan meja makan untuk sarapan.

"Gimana Paman? Penyakitnya serius?"

Hani menggeleng, "Cuman demam, dia udah membaik. Ibu kesana karena mau silaturahmi sekalian ada hal penting yang harus di bahas."

Andra mengangguk pelan sebelum meneguk air putihnya dan mengambil koran untuk dia baca hari ini.

"Sana kamu bangunin Ruby!" Titah Hani membuat Andra mengangkat sebelah alisnya protes.

"Dia belum bangun? Bukannya seharusnya dia yang nyiapin sarapan?"

"Ibu sengaja matiin alarmnya, kasihan dia selama ini bekerja keras. Ibu baru bisa senang saat dia mulai kerja bikin konten karena perlahan tubuh Ruby mulai sehat dan wajahnya ceria lagi. Beda ketika kerja di pabrik, tubuhnya sangat kurus kering, dan kelelahan. Sebenarnya Ibu gak tega lihatnya. Tapi syukurlah, sekarang semuanya baik-baik aja berkat kerja kerasnya sendiri. Dia jadi terlihat seperti anak muda seumurannya." Ujar Hani tersenyum kecil.

"Udah sana cepat bangunkan untuk sarapan!"

Andra melengos pelan sebelum beranjak dengan membawa koran. Dia mengetuk pintu setelah sampai di depan kamarnya namun tidak ada sahutan.

"Ruby! Cepat turun untuk sarapan!" Ujar Andra.

"Ruby!" Andra berdecak, "Apa dia masih tidur? Anak gadis mana yang belum bangun sesiang ini?!" Andra mengomel sambil mengetuk pintunya dengan tidak sabar.

Andra tersentak kecil ketika pintu kamarnya terbuka sebelum menggeleng pelan.

"Apa dia gak ngunci pintu?! Dasar ceroboh!" Gumam Andra sebelum membuka pintu.

"Ruby bangun! Sarapan udah si---,"

Netra Andra membelalak sampai korannya terjatuh tatkala mendapati Ruby yang tidur dengan posisi memunggungi dirinya tanpa mengenakan pakaian membuat Andra dapat melihat punggungnya yang polos dan bagian bawahnya di tutupi selimut tebal sampai lutut dengan betis mulusnya yang terekspos.

Sinting!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   24. End

    Ruby menyandarkan punggung pada kursi taman, pandangannya menatap lurus pada orang-orang yang tengah melakukan kegiatan akhir pekan mereka, berpiknik dengan keluarga atau pacar, banyak anak-anak berlarian bermain gelembung sabun dan layangan juga permainan lain.Meskipun begitu, pikiran Ruby melanglang buana, ini sudah sebulan semenjak dirinya putus dengan Dika. Selama tiga hari, mantannya terus menghubungi dan beromong kosong soal permintaan maaf namun Ruby menutup hati.Sudah terlanjur kecewa karema dihianati, dan Ruby ini masuk golongan orang keras kepala, maka dari itu dia melancarkan penolakan keras pada Dika tanpa goyah.Dika sudah meninggalkan luka paling dalam di hatinya yang kini sudah berangsur-angsur sembuh, karena luka paling dalam tetap dipegang oleh kematian Ayahnya. Ruby jadi tersadar, bahwa Dika bukan segalanya dan kejadian perselingkuhan itu bukan akhir.Ruby juga sudah pindah dari kediaman Andra meskipun awalnya ditentang keras, tapi ternyata Ruby lebih keras kepala,

  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   23. Peringatan

    "Ruby!"Gadis berambut panjang dengan dress lilac selutut itu menoleh, keningnya berkerut dengan raut wajah mengeras tatkala menemukan Dika berlari sepanjang koridor ke arahnya."Kamu kemana aja? Udah tiga hari gak ada kabar. Pak Andra juga gak bilang apa-apa. Kamu baik-baik aja, kan? Apa kamu sakit sampai gak masuk?" Tanya Dika dengan napas memburu, mencekal kedua bahu Ruby dan mengecek tubuhnya.Ruby menggeleng pelan, dalam hati dia memuji teknik make upnya sendiri karena berhasil mengelabui semua orang untuk menutup bengkak di matanya."Gue gak papa."Kening Dika berkerut. "Gue?" Padahal mereka sepakat untuk mengubah panggilan satu sama lain setelah menjalin hubungan."Kita harus ngobrol ... berdua."..."Kamu kenapa? Kalau kamu gak ngomong, aku gak akan tahu keadaan kamu, Ruby. Kenapa kamu tiba-tiba lari dari rumah aku?" Tanya Dika beruntun, duduk di sebrang.Ruby meneguk minumannya, dia menatap malas ke arah lain, jantungnya bergemuruh antara sakit hati, benci, kesal, muak dan ji

  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   22. Jika Ruby sakit, maka Andra jauh lebih sakit.

    Netra Andra melebar dengan jantung mencelos tatkala mendapati untuk pertama kalinya Ruby menginginkan untuk menyentuh bahkan memeluk Andra dengan kesadarannya sendiri. Kening Andra mengernyit, hatinya ikut sakit saat mendapati pundak Ruby bergetar dengan tangisnya yang menyayat pilu. Andra segera membawanya ke pelukan lebih erat, mengusap punggungnya mencoba menenangkan sebelum menggendong Ruby tanpa mengubah posisinya dengan muda dan membawanya masuk ke mobil.Andra menempatkan Ruby di kursi samping kemudi sebelum dia beralih ke kursinya sendiri. Andra mengambil selimut, memakaikannya pada tubuh Ruby yang menggigil kedinginan baru Andra mendekat untuk membantu memasangkan sealt belt. Tangis Ruby tidak reda, namun bibirnya tetap bergetar dan terisak.Andra mengambil beberapa lembar tisu, melap wajahnya yang basah juga sisi wajahnya yang kotor karena tanah kuburan yang menempel di sana. Setelahnya Andra baru memberikan mug hangat berisi air hangat, memaksa kedua tel

  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   21. Cinta tidak selalu berakhir baik

    Tangan Ruby bergetar, napasnya memberat dengan netra memburam karena air mata melesak berlomba agar keluar dan turun membasahi mata. Napasnya mulai memburu namun dengan cepat dia memfoto semua riwayat chat Dika dan wanita itu yang diberi nama 'Penjual Galon' oleh Dika. Setelah mendapatkan semua bukti, Ruby melempar ponsel Dika ke kursi, dia menyambar tasnya dan segera berlari keluar dari sana dengan kaki pincang dan menjeritkan tangis pilu. Ruby masih terus berlari menjauhi rumah Dika, dia membelah jalanan komplek sebelum berbelok ke gang sempit antar celah rumah setelah mendengar suara Dika meneriakan namanya keluar rumah. Ruby memaksa kakinya yang pincang untuk berlari keluar dari gang sempit, dia menginjak jalanan besar perumahan kembali sebelum berlari untuk keluar dari sana. Tangisnya tidak berhenti, malah semakin keras dan keras. Dia mematikan ponselnya agar Dika tidak bisa melacak keberadaannya lewat aplikasi track girlfriend. Air

  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   20. Menjilat ludah sendiri

    "Kemana pacar kamu? Udah pulang?" Tanya Andra setelah menginjak anak tangga terakhir. Wajahnya sudah lebih segar setelah mandi, mengenakan kaos rumahan dan celana joger panjang.Ruby yang tengah duduk di sofa jadi menoleh. "Dika di toilet. Kita mau jalan sekarang."Andra bisa melihat Ruby tampil lebih segar dengan dress polkadot merah semata kaki dibalut kardigan berwarna tulang. Rambut panjang diikat kuda.'Cantik seperti biasa.' Puji Andra dalam benaknya."Jalan kemana? Mau kukuh padahal kaki kamu lagi sakit?" Tanya Andra tidak habis pikir."Mau kemana pun bukan urusan Bapak, kan? Lagipula saya cuman main ke rumah Dika. Itupun gak akan banyak gerak, karena dia bisa gendong saya kapanpu. Kita cuman mau nonton." Jawab Ruby agak kesal karena tidak mau dikekang oleh seseorang yang bahkan bukan siapa-siapanya.Andra jadi mengernyit, nonton film? Di rumah cowok? Berduaan?Andra jadi teringat pernah menggep Ruby dan Dika yang

  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   19. Pendapat Brian tentang komitmen untuk pria tuwir

    "Kenapa? Lo ketemu pacarnya Ruby?" Tanya Brian, nadanya lebih tenang sambil menahan tawa geli. Ini pertama kalinya, sahabatnya Andra uring-uringan karena seorang wanita.Mungkin ini akan menjadi hal penting dalam pertumbuhan perasaannya, sepertinya Brian akan merecord percakapan ini dan menyebarkan ceritanya di grup chatting circle mereka. Hitung-hitung hiburan di tengah hiruk pikuknya dunia kerja. Dan Andra yang menjadi topik hiburannya.Andra menghela napas kotor, menyugar rambutnya frutasi sebelum menahan tubuhnya pada tembok. "Dia datang ke rumah, jemput Ruby buat date. Kaki Ruby lagi cedera, gue pikir itu bisa jadi alesan buat mereka gagal date. Sialannya, mereka malah mesra-mesraan depan gue, mana nyokap welcome dan nawarin sarapan bareng lagi."Brian sontak terbahak lebar, bisa dipastikan dia tengah menahan perutnya yang geli sambil memukuli pahanya sendiri berkali-kali sekarang."Udah ketawanya?" Tanya Andra jengah."Ha ha ha. Hab

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status